PARIS, 5 September 2025 – Sebanyak 26 negara menyatakan kesiapannya berpartisipasi dalam pembentukan pasukan internasional guna memberikan jaminan keamanan bagi Ukraina apabila tercapai kesepakatan damai dengan Rusia. Hal itu disampaikan Presiden Prancis Emmanuel Macron usai memimpin pertemuan tingkat tinggi para sekutu Kyiv di Istana Elysee, Paris, Kamis (4/9).
Macron menjelaskan, pertemuan yang dihadiri 35 pemimpin negara dari “koalisi sukarela”, mayoritas berasal dari Eropa, bertujuan memfinalisasi mekanisme jaminan keamanan serta meminta dukungan Amerika Serikat. “Sebagai bentuk penegasan, 26 negara telah berkomitmen untuk mengerahkan pasukan ke Ukraina, baik di darat, laut, maupun udara,” ujar Macron yang berdiri berdampingan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy.
Menurut Macron, jaminan keamanan tersebut akan mencakup komitmen membangun kembali dan memperkuat angkatan bersenjata Ukraina. Jerman dan sejumlah negara Eropa lain menyatakan siap terlibat dalam upaya tersebut. Namun, Berlin menegaskan keputusan pengerahan militer masih menunggu kejelasan, terutama sejauh mana keterlibatan AS.
Peran Amerika Serikat
Setelah pertemuan, Macron dan para pemimpin Eropa bersama Zelenskiy melakukan panggilan bersama Presiden AS Donald Trump. Kontribusi Washington terhadap jaminan keamanan itu disebut akan difinalisasi dalam beberapa hari mendatang.
Trump dalam pembicaraan tersebut menekankan bahwa Eropa harus menghentikan pembelian minyak Rusia yang dinilai menjadi sumber dana perang Moskwa. “Presiden juga menegaskan pentingnya menekan Tiongkok secara ekonomi karena dianggap ikut membiayai perang Rusia,” kata seorang pejabat Gedung Putih.
Selain itu, koalisi dan AS juga sepakat mempererat koordinasi mengenai sanksi baru, terutama terhadap sektor energi Rusia dan potensi kerja sama lebih jauh dalam menekan Beijing.
Jalan Panjang Negosiasi
Koalisi negara pendukung Ukraina telah membahas selama berbulan-bulan skema dukungan militer jika tercapai gencatan senjata dengan Rusia. Namun, sebagian besar pemerintah Eropa menekankan, peran militer apa pun membutuhkan “jaminan balik” berupa perlindungan dari AS.
Utusan khusus Trump, Steve Witkoff, turut hadir dalam pertemuan pembuka setelah sebelumnya melakukan konsultasi dengan diplomat senior Prancis, Inggris, Jerman, Italia, dan Ukraina. Dua pejabat Eropa mengatakan bahwa koalisi ingin menyoroti lambannya kemajuan menuju perundingan damai langsung antara Vladimir Putin dan Volodymyr Zelenskiy. Selain itu, koalisi juga berupaya mendorong Trump agar menekan Moskwa dengan lebih keras.
Sementara itu, Putin sehari sebelumnya mengatakan masih ada peluang mengakhiri perang melalui negosiasi “jika akal sehat menang”. Namun, ia menegaskan siap menggunakan kekuatan militer bila itu menjadi satu-satunya jalan. Putin juga menolak kemungkinan pengerahan pasukan negara NATO ke Ukraina sebagai bagian dari penyelesaian damai.
Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte menepis keberatan Putin tersebut. “Mengapa kita harus peduli apa yang dipikirkan Rusia soal pasukan di Ukraina? Ukraina adalah negara berdaulat,” ujarnya dalam sebuah konferensi di Praha sebelum bergabung ke pertemuan Paris lewat video.
“Ia (Putin) tidak ada urusan dengan hal ini. Kita harus berhenti membuat Putin seolah begitu berkuasa,” kata Rutte.












