Elmedia – Malam itu datang dengan rahasia. Ia menyelinap dalam sunyi, merayap di antara tarawih yang khusyuk, tadarus yang syahdu, dan doa-doa yang lirih menggetarkan langit.
Lailatul Qadar, begitu ia disebut—malam yang lebih baik dari seribu bulan. Tapi bagaimana cara mengenalinya? Apakah ada isyarat yang bisa ditangkap oleh hati yang bersih, oleh mata yang jeli?
Sebagaimana setiap rahasia, Lailatul Qadar tak diumumkan dengan terang-terangan. Ia datang dengan tanda-tanda, seperti angin lembut yang berbisik di telinga mereka yang mendengar, seperti sejuk malam yang menyusup ke dalam dada mereka yang percaya.
Al-Qur’an dan hadis-hadis Rasulullah ﷺ memberikan petunjuk tentang malam istimewa ini, seolah Tuhan membiarkan kita menjadi pencari dalam perjalanan spiritual yang penuh cahaya.
Lailatul Qadar dalam Al-Qur’an: Malam Penuh Kemuliaan
Allah berfirman dalam surah Al-Qadr: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada Lailatul Qadar. Dan tahukah kamu apakah Lailatul Qadar itu? Lailatul Qadar lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Sejahteralah (malam itu) hingga terbit fajar.” (QS. Al-Qadr: 1-5)
Betapa indahnya, betapa misteriusnya. Malam itu bukan sekadar peristiwa sejarah, melainkan mukjizat yang datang setiap tahun. Sebuah malam di mana takdir ditetapkan, di mana doa-doa diangkat, di mana langit dan bumi bertaut dalam keheningan yang mulia.
Di ayat lain, Allah mengisyaratkan bahwa Lailatul Qadar terjadi di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan:
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi. Sesungguhnya Kamilah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (QS. Ad-Dukhan: 3-4)
Malam itu penuh keberkahan, penuh cahaya. Tapi kapan tepatnya? Itu yang menjadi teka-teki yang harus kita pecahkan dengan hati yang bersih dan ibadah yang tulus.
Hadis-Hadis tentang Tanda-Tanda Lailatul Qadar
Rasulullah ﷺ tidak menyebut tanggal pasti kapan Lailatul Qadar turun, tetapi beliau memberikan petunjuk bagi mereka yang ingin mencarinya. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Carilah Lailatul Qadar pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Malam ganjil: 21, 23, 25, 27, atau 29 Ramadan. Tapi jangan salah, ia bisa saja datang di malam-malam genap jika Allah menghendaki. Lailatul Qadar bukan teka-teki matematika yang bisa dihitung pasti, tetapi rahmat yang harus dikejar dengan kesungguhan.
Beberapa hadis lain menggambarkan tanda-tanda malam istimewa ini:
1. Udara yang Sejuk dan Nyaman
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Lailatul Qadar adalah malam yang tenang, tidak panas dan tidak dingin, matahari di pagi harinya tampak kemerahan lemah.” (HR. Ibnu Khuzaimah)
Udara terasa sejuk, tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Malam itu membawa ketenangan, bukan sekadar di langit, tetapi juga di hati mereka yang sedang beribadah.
2. Cahaya Bulan yang Lembut
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
“Barang siapa yang ingin mencari Lailatul Qadar, maka carilah pada malam ke-27. Pada malam itu, bulan tampak seperti separuh nampan.” (HR. Ahmad)
Cahaya bulan tidak menyilaukan, melainkan lembut, seolah menyelimuti dunia dengan keheningan yang penuh rahmat.
3. Matahari di Pagi Harinya Terbit Tanpa Cahaya yang Terik
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Pada pagi hari setelah Lailatul Qadar, matahari terbit tanpa sinar yang menyilaukan, seakan-akan ia adalah bejana sampai naik.” (HR. Muslim)
Matahari terbit dengan cahaya yang lembut, tidak menyilaukan seperti biasanya. Seakan-akan alam pun merayakan malam yang baru saja berlalu.
4. Malam yang Tenang, Penuh Kedamaian
Ibn Abbas berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
“Lailatul Qadar adalah malam yang cerah, tidak panas dan tidak dingin, tidak ada awan, tidak ada hujan, tidak ada angin kencang, dan tidak ada bintang yang dilemparkan.” (HR. At-Thayalisi)
Tidak ada angin ribut, tidak ada suara gemuruh. Malam itu seolah dunia berhenti sejenak, memberi ruang bagi doa-doa yang melesat ke langit.
Bagaimana Menyambut Lailatul Qadar?
Jika malam itu adalah malam penuh berkah, bagaimana kita bisa memastikan bahwa kita termasuk orang-orang yang mendapatkannya? Rasulullah ﷺ memberikan resep sederhana:
1. Shalat dan Doa dengan Khusyuk
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa yang mendirikan shalat pada malam Lailatul Qadar dengan iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ini bukan hanya tentang shalat panjang, tetapi tentang hati yang penuh harapan, tentang keyakinan bahwa Allah benar-benar Maha Pengampun.
2. Membaca dan Merenungi Al-Qur’an
Karena malam itu adalah malam turunnya Al-Qur’an, maka malam itu juga adalah waktu terbaik untuk berinteraksi dengan kitab suci ini. Bukan sekadar membaca, tetapi merenungi maknanya, menjadikannya cahaya dalam kehidupan.
3. Memperbanyak Doa, Terutama Doa yang Diajarkan Rasulullah ﷺ
Aisyah pernah bertanya kepada Rasulullah ﷺ, “Ya Rasulullah, jika aku tahu malam Lailatul Qadar, doa apa yang sebaiknya aku baca?” Rasulullah ﷺ menjawab:
“Allahumma innaka ‘afuwwun, tuhibbul ‘afwa, fa’fu ‘anni.”
(Ya Allah, Engkau Maha Pengampun, Engkau mencintai pengampunan, maka ampunilah aku.) (HR. Tirmidzi)
4. Bersedekah dan Berbuat Kebaikan
Malam itu adalah malam penuh rahmat. Jika kita ingin mendapatkan keberkahannya, maka sebaiknya kita juga menjadi jalan keberkahan bagi orang lain.
Malam yang Tak Boleh Terlewatkan
Lailatul Qadar bukan sekadar malam yang dinanti, tetapi malam yang harus dicari. Ia bukan hanya tentang langit yang berubah, tetapi juga tentang hati yang berserah. Rasulullah ﷺ telah memberi tanda-tanda, dan tugas kita adalah menjadi pencari—bukan dengan mata yang waspada, tetapi dengan jiwa yang siap menerima cahaya.
Malam itu bisa jadi adalah malam ini. Atau malam berikutnya. Yang jelas, ia akan datang bagi mereka yang menantikannya dengan iman dan harapan. Jangan sampai kita hanya sibuk mencari tanda-tandanya, tapi lupa mengisinya dengan ibadah yang tulus. Sebab yang terpenting
bukan sekadar melihat cahaya di langit, tetapi merasakan cahayanya menyala di dalam hati.