Menu

Mode Gelap
Dua Terduga Pelaku Penembakan WN Australia di Bali Ditangkap Amerika Serikat Ancam Terbitkan 36 Travel Ban Baru Israel Serang Fasilitas Nuklir Iran Air India Jatuh: Lebih dari 240 Tewas, Satu Penumpang Selamat Ayah Farel Prayoga Ditangkap Polisi karena Judi Online! Penembakan di Sekolah Austria Tewaskan 10 Orang, Pelaku Bunuh Diri

Internasional

AS Ancam Tinggalkan Upaya Damai Rusia-Ukraina Jika Tak Ada Kemajuan

badge-check


					Drone perang Ukraina. Perbesar

Drone perang Ukraina.

Washington – Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Menteri Luar Negeri Marco Rubio memperingatkan bahwa Washington akan menghentikan upaya menjadi mediator perdamaian antara Rusia dan Ukraina jika dalam beberapa hari ke depan tidak terlihat adanya kemajuan berarti.

“Cepat, kami ingin ini selesai,” ujar Trump kepada wartawan di Gedung Putih, Jumat (18/4/2025) waktu setempat. “Kalau salah satu pihak membuat ini jadi terlalu sulit, kami akan berkata, ‘kalian bodoh, kalian orang-orang mengerikan,’ dan kami akan mundur. Tapi semoga itu tidak terjadi.”

Pernyataan tegas Trump tersebut datang setelah Rubio, diplomat tertinggi AS, menyatakan bahwa pihak-pihak yang terlibat hanya memiliki hitungan hari untuk menunjukkan komitmen terhadap kesepakatan damai. Rubio menambahkan, bila dalam waktu dekat tak ada tanda-tanda tercapainya solusi, maka AS kemungkinan besar akan menarik diri dari proses tersebut.

“Kami tidak akan terus-menerus berada dalam upaya ini berbulan-bulan. Sekarang waktunya menentukan, dan saya bicara soal hitungan hari, apakah ini mungkin tercapai dalam beberapa pekan ke depan atau tidak,” ujar Rubio di Paris setelah menggelar pertemuan dengan para pemimpin Eropa dan Ukraina.

Ketidaksepakatan, Ketegangan, dan Jalan Buntu

Sementara Trump menolak menyebut tenggat waktu tertentu, ia mengisyaratkan bahwa kesabaran pemerintahannya menipis. “Kami ingin ini segera selesai,” ujarnya.

Tiga diplomat Eropa menyebut pernyataan Rubio mencerminkan kekecewaan yang kian besar dari Gedung Putih terhadap sikap Rusia yang dinilai tidak kooperatif. Seorang pejabat AS mengatakan frustrasi juga meningkat menyusul komentar Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy yang menyebut utusan khusus Trump, Steve Witkoff, “menyebarkan narasi Rusia.”

Di Moskwa, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengklaim telah ada beberapa kemajuan dalam proses damai, tetapi mengakui kontak dengan Washington “tidak mudah.” Ia menegaskan Rusia tetap terbuka untuk dialog, namun tetap mengedepankan kepentingan nasionalnya.

Dalam perkembangan terbaru, perundingan di Paris yang digelar Kamis lalu merupakan pertemuan tingkat tinggi pertama yang melibatkan kekuatan Eropa secara langsung dalam kerangka perdamaian yang diusung Trump. Wakil Presiden AS JD Vance, yang sedang berada di Roma, menyatakan optimismenya terhadap peluang menghentikan perang yang telah berlangsung lebih dari dua tahun ini.

AS Siapkan Proposal, Kyiv Siap Gencatan Senjata

Menurut pejabat AS, pembicaraan lanjutan dijadwalkan berlangsung pekan depan di London, dengan harapan Ukraina dapat menyetujui “term sheet” atau kerangka kerja awal yang diajukan Washington. Kyiv dikabarkan siap menerima gencatan senjata komprehensif di darat, laut, dan udara selama minimal 30 hari.

Namun di sisi lain, Rusia tetap berkeras pada tuntutan utamanya: Ukraina harus meninggalkan ambisi bergabung dengan NATO, menyerahkan empat wilayah yang telah direbut Moskwa, serta membatasi ukuran angkatan bersenjatanya — syarat yang dianggap Kyiv sebagai bentuk penyerahan diri.

Meski demikian, laporan Bloomberg menyebut bahwa Washington siap mengakui kontrol Rusia atas wilayah Krimea sebagai bagian dari kesepakatan damai yang lebih luas.

Rubio juga menyatakan bahwa peran Eropa sangat krusial, terutama dalam hal pencabutan sanksi terhadap Rusia. Isu jaminan keamanan dari AS kepada Ukraina pun sempat dibahas, meski Rubio menyebut masih ada tantangan yang lebih besar yang perlu dipecahkan.

“Ini Bisa Jadi Perangnya Trump”

Trump sebelumnya menjanjikan di masa kampanye bahwa ia akan mengakhiri perang Ukraina dalam 24 jam pertama masa jabatannya. Namun kenyataan politik dan kondisi di lapangan membuatnya mengoreksi target tersebut menjadi akhir Mei 2025.

Seorang sumber yang mengetahui pembahasan internal menyebut Trump mulai mempertanyakan apakah upaya ini layak dilanjutkan. “Jika pembicaraan ini gagal, akan sulit mencari kekuatan lain yang bisa memberi tekanan setara kepada Moskwa dan Kyiv,” kata seorang pejabat senior AS.

Bila AS benar-benar mundur, prospek perdamaian berisiko runtuh total. Pemerintah AS dapat saja mempertahankan sanksi terhadap Rusia dan tetap menyalurkan bantuan militer ke Kyiv, atau sebaliknya, memutus aliran dana tersebut.

Trump sendiri mengisyaratkan bahwa dirinya berharap bisa menandatangani kesepakatan pertambangan dengan Ukraina pekan depan, setelah upaya sebelumnya gagal akibat ketegangan antara Zelenskiy dan JD Vance di Gedung Putih pada Februari lalu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Brad Lander, Calon Wali Kota New York ditangkap Petugas Imigrasi

18 Juni 2025 - 11:03 WIB

Calon wali kota New York dari Partai Demokrat, Brad Lander, ditangkap petugas imigrasi AS. Gubernur New York turun tangan.

Serangan Besar Rusia Guncang Kyiv, 15 Tewas Ratusan Terluka

18 Juni 2025 - 10:18 WIB

Serangan besar Rusia hantam Kyiv, tewaskan 15 warga termasuk WN AS, ratusan luka. Gedung apartemen hancur.

Hadapi Ancaman China, Taiwan Jalin Kerja Sama dengan Pemasok Drone Ukraina

18 Juni 2025 - 09:12 WIB

Taiwan jalin kerja sama dengan Auterion, pengembang software drone dari AS dan Jerman, untuk perkuat pertahanan dari ancaman China.

Tank Israel Tewaskan 51 Warga Gaza yang Antri Bantuan

18 Juni 2025 - 08:00 WIB

Tank Israel tembak kerumunan warga yang antri bantuan di Gaza selatan. Sedikitnya 51 orang tewas, puluhan luka-luka.

Kronologi Penembakan Politikus Demokrat, Pelaku Nyamar Jadi Polisi

17 Juni 2025 - 12:06 WIB

Penembakan politikus Partai Demokrat di Minnesota tewaskan Melissa Hortman dan suaminya, Senator John Hoffman dan istri terluka parah.
Trending di Internasional