Wembley, London – Crystal Palace menciptakan sejarah besar dalam 120 tahun keberadaan mereka dengan meraih gelar FA Cup pertama sepanjang masa, usai menundukkan Manchester City 1-0 dalam partai final yang mendebarkan di Stadion Wembley, Sabtu (17/5/2025).
Gol semata wayang dicetak oleh Eberechi Eze pada menit ke-15, memanfaatkan umpan silang Daniel Munoz dalam serangan balik cepat. Gol tersebut menjadi penentu kemenangan sekaligus simbol kejayaan Palace dalam malam penuh emosi dan ketegangan.
Tak hanya Eze yang jadi pahlawan. Kiper Dean Henderson tampil luar biasa di bawah mistar. Ia tidak hanya menggagalkan penalti Omar Marmoush di babak pertama, tetapi juga mencatat sejumlah penyelamatan gemilang yang membuat para pendukung The Eagles bersorak penuh haru di tribun barat Wembley.
Final Ketiga Beruntun
Manchester City, yang tampil di final ketiga secara beruntun, sebenarnya menguasai jalannya pertandingan sejak awal. Pada menit ke-6, Erling Haaland nyaris membuka keunggulan usai menerima umpan silang Kevin De Bruyne, namun refleks cepat Henderson menggagalkan peluang emas tersebut.
Hingga menit ke-9, City sudah mencatatkan 60 umpan sukses, berbanding hanya enam dari Crystal Palace—gambaran betapa timpangnya penguasaan bola. Tapi penguasaan bukan segalanya. Palace membuktikannya dengan satu serangan yang tajam dan berbuah gol, menandai perubahan momentum yang drastis.
Gol Eze membuat suasana di Wembley memanas. Tujuh menit kemudian, Palace hampir menambah keunggulan lewat tembakan Jean-Philippe Mateta, tetapi Stefan Ortega berhasil menepis bola.
Penalti Gagal dan Tekanan Tak Berujung
City memperoleh peluang emas menyamakan kedudukan saat wasit Stuart Attwell menunjuk titik putih usai pelanggaran Tyrick Mitchell terhadap Bernardo Silva. Namun keputusan mengejutkan muncul saat Haaland menyerahkan tanggung jawab eksekusi penalti kepada Marmoush. Hasilnya, Henderson dengan brilian membaca arah bola dan menggagalkannya, memperpanjang frustrasi kubu Manchester Biru.
City terus menekan di babak kedua. Peluang demi peluang datang dari Jeremy Doku, Bernardo Silva, hingga pemain muda Nico O’Reilly, tetapi tak satu pun mampu menggetarkan jala Palace. Sebaliknya, Palace sempat menggandakan keunggulan lewat tap-in Munoz, namun gol tersebut dianulir VAR karena offside tipis dari Ismaila Sarr.
Perpisahan De Bruyne yang Pahit
Dalam laga yang kemungkinan menjadi final Piala FA terakhir bagi Kevin De Bruyne sebelum hengkang musim panas ini, sang gelandang andalan tampil all out. Namun keberuntungan tak memihak. Peluang terakhirnya di menit ke-89, saat bola lepas mengarah padanya di tepi kotak penalti, hanya berakhir beberapa inci melebar dari gawang.
Saat peluit akhir berbunyi, para pemain dan suporter Palace meledak dalam euforia. Usai kekalahan menyakitkan di final 1990 dan 2016, kini trofi FA Cup benar-benar berada di tangan mereka. Sebuah klimaks sempurna untuk perjalanan panjang klub dari London Selatan.
“Hari Terbesar dalam Sejarah Kami”
“Ini adalah hari terbesar dalam sejarah klub,” ujar manajer Oliver Glasner dalam konferensi pers seusai laga. “Kami tidak hanya melawan tim terbaik di Inggris, tapi kami juga bermain dengan hati, disiplin, dan keyakinan. Saya bangga luar biasa.”
Bagi Manchester City, ini adalah kekalahan ketiga secara beruntun di Final FA Cup. Setelah pada tahun 2023 dan 2024 dikalahakan oleh Manchester United. Sementara bagi Crystal Palace, ini adalah dongeng nyata—sebuah malam di Wembley yang akan dikenang selamanya.