Suao, Taiwan – Pemerintah Taiwan menjalin kemitraan strategis dengan perusahaan teknologi drone asal Amerika Serikat dan Jerman, Auterion, untuk memperkuat pertahanan negara melalui pengembangan sistem drone canggih. Perjanjian ini diumumkan pada Selasa (17/6/2025) dalam pameran drone laut yang diselenggarakan di Pelabuhan Suao.
Auterion, yang memasok perangkat lunak untuk drone militer Ukraina dalam perangnya melawan Rusia, menyatakan bahwa kini Taiwan akan menggunakan teknologi mereka. Negara tersebut berencana membangun armada drone tak berawak guna menangkis potensi agresi militer dari China.
“Kami membawa teknologi yang telah terbukti di medan perang Ukraina untuk mencegah agresi dan menghancurkan tank, aset laut, serta peralatan militer bernilai tinggi lainnya. Dengan membangun armada drone otonom dalam jumlah besar, Taiwan dapat memberikan efek deteren terhadap China,” kata CEO Auterion, Lorenz Meier.
Perjanjian ini mencakup kolaborasi dengan lembaga penelitian dan pengembangan Kementerian Pertahanan Taiwan, yakni National Chung-Shan Institute of Science and Technology, untuk mengembangkan sistem drone dan perangkat lunak swarm (berkelompok).
Fokus pada Perang Asimetris
Sebelumnya, dalam forum Shangri-La Dialogue di Singapura, Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth memperingatkan bahwa ancaman China terhadap Taiwan semakin nyata. Hegseth menyerukan negara-negara Asia untuk meningkatkan belanja pertahanan demi mencegah konflik di kawasan Indo-Pasifik. Taiwan kini berfokus membangun strategi perang asimetris, yaitu menggunakan persenjataan mobile dan relatif murah seperti drone dan rudal yang terpasang pada kendaraan, namun tetap memiliki daya rusak tinggi.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022, Taiwan secara intensif mempelajari taktik Ukraina dalam menggunakan drone udara dan laut untuk menghadapi keunggulan jumlah pasukan musuh. Hal ini cukup relevan mengingat China juga memiliki keunggulan serupa terhadap Taiwan.
Auterion memproyeksikan bahwa kemitraan ini akan berlangsung dalam jangka panjang. Kolaborasi tersebut berpotensi menghasilkan jutaan unit drone dalam beberapa tahun mendatang, dengan nilai proyek mencapai ratusan juta dolar AS.
Program Drone Taiwan Dukung Demokrasi
Presiden National Chung-Shan Institute, Li Shih-chiang, menyampaikan apresiasinya terhadap lima perusahaan asing yang berpartisipasi dalam pameran drone di Suao. Ia juga menyampaikan dukungannya terhadap komitmen negara-negara demokratis.
“Saya yakin kalian akan segera disanksi oleh pemerintah China, tetapi jangan takut, karena kalian telah memilih berpihak pada demokrasi,” ujarnya.
Pameran tersebut menampilkan berbagai jenis drone laut tak berawak. Di antaranya terdapat drone kamikaze berkecepatan tinggi yang dilengkapi bahan peledak, serta drone kecil yang dirancang untuk misi pengintaian senyap.
China sendiri terus meningkatkan tekanan militer terhadap Taiwan selama lima tahun terakhir. Upaya tersebut mencakup latihan militer skala besar di sekitar wilayah pulau tersebut. Namun, pemerintah Taiwan menegaskan penolakannya terhadap klaim kedaulatan Beijing dan terus memperkuat sistem pertahanannya secara mandiri.