ELMEDIA, 19 September 2025 – Lebih dari seperempat abad sudah Brasil mengandalkan teknologi dalam menjaga jalannya demokrasi dengan menggunakan e-Voting. Sejak diperkenalkan pada 1996, pemungutan suara elektronik atau urna eletrônica menjadi tulang punggung setiap pesta demokrasi di negeri berpenduduk lebih dari 200 juta jiwa ini. Hingga kini, Brasil tercatat sebagai satu-satunya negara di dunia yang sepenuhnya menyelenggarakan pemilu secara elektronik.
Model mesin tersebut dirancang dengan prinsip sederhana, menyerupai bilik telepon umum. Tiga fungsi utama dilakukan sekaligus: identifikasi pemilih, pemungutan suara yang aman, serta penghitungan hasil. Tujuannya jelas, mencegah praktik kecurangan berbasis dokumen palsu.
Perjalanan Teknologi
Mesin generasi pertama, UE96, dikembangkan oleh konsorsium lokal—Omnitech, Microbase, dan Unisys do Brasil—berbasis komputer kompatibel IBM PC 80386. Selanjutnya hadir UE98 pada 1998 dan UE2000 pada 2000, menandai pemilu pertama Brasil yang sepenuhnya otomatis.
Awalnya, sistem operasi yang digunakan adalah VirtuOS, mirip DOS dengan dukungan multitasking. Namun sejak 2002, Microsoft Windows CE mengambil alih, sebelum kemudian pada 2008 sistem beralih ke Linux bernama UEnux demi efisiensi biaya dan kemandirian teknologi.
Audit dan Keamanan
Meski dianggap efisien, isu keamanan tetap membayangi. Kritikus menyoroti ketiadaan struk suara bagi pemilih serta kerentanan perangkat lunak yang memverifikasi integritas internal. Namun, otoritas pemilu menekankan adanya mekanisme audit, seperti boletim de urna (lembar hasil pemungutan) dan zerésima (laporan awal nol suara).
Setiap menjelang pemilu, mesin dipilih secara acak untuk diuji melalui “pemungutan suara paralel” yang disaksikan perwakilan partai politik. Proses ini memastikan hasil perhitungan mesin sesuai dengan jumlah suara yang dimasukkan secara terbuka.
Selain itu, Mahkamah Agung Pemilu (TSE) rutin mengadakan Public Safety Test (PST). Siapa pun warga berusia di atas 18 tahun boleh ikut serta, mencoba menguji kelemahan sistem. Jika ada celah ditemukan, perbaikan segera dilakukan. Hingga 2022, semua kerentanan yang terdeteksi telah ditutup.
Inovasi Biometrik
Pada 2012, Brasil memperkenalkan mesin biometrik yang memverifikasi identitas pemilih lewat sidik jari. Inovasi ini terus diperluas dan digunakan oleh puluhan juta pemilih pada Pemilu 2014. Meski sempat dihentikan sementara pada Pemilu 2020 karena pandemi Covid-19, teknologi biometrik dipandang sebagai masa depan sistem pemilu Brasil.
Masa Depan Demokrasi Digital
Pendukung urna eletrônica percaya bahwa skala kecurangan mustahil dilakukan tanpa rekayasa sistem sejak awal. Namun, sebagian pihak tetap mendorong agar suara dicetak untuk verifikasi manual.
Terlepas dari pro dan kontra, Brasil telah memposisikan diri sebagai pelopor demokrasi digital. Sebuah perjalanan panjang dari mesin UE96 sederhana hingga perangkat biometrik canggih, yang sekaligus menjadi laboratorium dunia dalam mengawinkan teknologi dengan demokrasi.












