Menu

Mode Gelap
Kejagung Tetapkan Nadiem Makarim Tersangka Korupsi Laptop Chromebook Gempa Dahsyat di Afghanistan Tewaskan Lebih dari 800 Orang Sejumlah Politisi Nasdem, PAN, dan Golkar Dicopot dari DPR Usai Demo Besar Taylor Swift dan Travis Kelce Umumkan Tunangan Siapa Anggota DPR yang Usulkan Gerbong Khusus Perokok? KAI Tegas Tolak Terkontaminasi Radioaktif, Kemendag Hentikan Ekspor Udang Indonesia ke AS

Internasional

AS Bombardir Houthi di Yaman, 31 Tewas

badge-check


					Sebuah kapal menembakkan rudal dari lokasi yang dirahasiakan, setelah Presiden AS Donald Trump memerintahkan serangan militer terhadap Houthi yang bersekutu dengan Iran di Yaman pada hari Sabtu Perbesar

Sebuah kapal menembakkan rudal dari lokasi yang dirahasiakan, setelah Presiden AS Donald Trump memerintahkan serangan militer terhadap Houthi yang bersekutu dengan Iran di Yaman pada hari Sabtu

Washington – Presiden Amerika Serikat Donald Trump melancarkan serangan militer besar-besaran terhadap kelompok Houthi di Yaman pada Sabtu (16/3/2025), menyusul serangkaian serangan mereka terhadap kapal-kapal di Laut Merah. Serangan ini menewaskan sedikitnya 31 orang dan diperkirakan akan berlangsung selama beberapa hari ke depan.

Trump juga memperingatkan Iran, yang dianggap sebagai pendukung utama Houthi, untuk segera menghentikan dukungan mereka terhadap kelompok tersebut.

“Jika Iran mengancam Amerika Serikat, kami akan meminta pertanggungjawaban penuh, dan kami tidak akan bersikap lunak,” kata Trump dalam pernyataannya.

Sementara itu, Komandan Tertinggi Garda Revolusi Iran, Hossein Salami, menegaskan bahwa Houthi merupakan kelompok independen yang mengambil keputusan strategis dan operasional mereka sendiri.

“Kami memperingatkan musuh-musuh kami bahwa Iran akan merespons secara tegas dan destruktif jika ancaman mereka menjadi kenyataan,” ujar Salami dalam wawancara dengan media pemerintah Iran.

Serangan Besar di Berbagai Wilayah Yaman
Seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada Reuters bahwa operasi militer ini kemungkinan akan berlanjut selama beberapa minggu. Serangan tersebut menjadi operasi militer terbesar AS di Timur Tengah sejak Trump menjabat pada Januari lalu.

AS juga semakin meningkatkan tekanan sanksi terhadap Iran guna mendorong perundingan terkait program nuklirnya.

“Untuk semua teroris Houthi, WAKTU KALIAN HABIS, DAN SERANGAN KALIAN HARUS BERHENTI HARI INI. JIKA TIDAK, KALIAN AKAN MENGHADAPI KONSEKUENSI YANG BELUM PERNAH KALIAN LIHAT SEBELUMNYA!” tulis Trump dalam unggahannya di platform Truth Social.

Menurut juru bicara Kementerian Kesehatan Houthi, Anees al-Asbahi, serangan AS telah menyebabkan 31 orang tewas dan 101 lainnya terluka, yang sebagian besar adalah wanita dan anak-anak. Kelompok Houthi mengecam serangan tersebut dan menyebutnya sebagai “kejahatan perang.”

Penduduk di ibu kota Sanaa melaporkan bahwa serangan udara menghantam bangunan di salah satu basis utama Houthi. “Ledakan itu sangat dahsyat hingga mengguncang seluruh lingkungan seperti gempa bumi. Anak-anak dan perempuan kami ketakutan,” ujar Abdullah Yahia, salah satu warga Sanaa, kepada Reuters.

Serangan udara juga dilaporkan menghantam fasilitas militer Houthi di kota Taiz, serta sebuah pembangkit listrik di Dahyan, provinsi Saada, yang menyebabkan pemadaman listrik di wilayah tersebut. Dahyan dikenal sebagai tempat pertemuan pemimpin tertinggi Houthi, Abdul Malik al-Houthi.

Orang-orang berkumpul di lokasi sebuah rumah yang terkena serangan AS di Saada, Yaman, 16 Maret 2025

Respons Iran dan Situasi Regional
Kelompok Houthi, yang telah menguasai sebagian besar wilayah Yaman dalam dekade terakhir, mengklaim bahwa serangan mereka terhadap kapal-kapal di Laut Merah merupakan bentuk solidaritas terhadap Palestina terkait konflik di Gaza.

Juru bicara Pentagon menyatakan bahwa sejak 2023, Houthi telah melancarkan 174 serangan terhadap kapal perang AS dan 145 serangan terhadap kapal dagang di kawasan tersebut.

Sementara itu, Iran mengutuk serangan AS terhadap Yaman, menyebutnya sebagai “pelanggaran berat terhadap prinsip-prinsip Piagam PBB dan hukum internasional.”

Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, menegaskan bahwa AS “tidak memiliki hak atau wewenang untuk mengatur kebijakan luar negeri Iran.”

Serangan ini terjadi hanya beberapa hari setelah Trump mengirim surat kepada Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yang mengusulkan negosiasi terkait program nuklir Iran. Namun, Khamenei menolak tawaran tersebut.

Sementara ketegangan meningkat, Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, dilaporkan berbicara dengan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, untuk memberi tahu mengenai operasi militer AS di Yaman.

Langkah ini dipandang sebagai bagian dari upaya AS untuk menjaga hubungan dengan Rusia di tengah ketegangan global yang terus berkembang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Tragedi Rio de Janeiro: Operasi Polisi Tewaskan 121 Orang

31 Oktober 2025 - 08:32 WIB

Operasi polisi di Rio de Janeiro menewaskan 121 orang, menjadikannya yang paling mematikan dalam sejarah Brasil.

Pencurian Mahkota Kerajaan di Louvre Prancis, Pakar Sebut Barang Curian Akan Hilang Selamanya

22 Oktober 2025 - 09:22 WIB

Pencurian mahkota Kerajaan di Louvre jadi aib nasional Prancis. Polisi buru geng spesialis perhiasan lintas Eropa.

Industri Film Dunia Tetap Melaju di Tengah Ancaman Tarif Trump

19 Oktober 2025 - 10:29 WIB

Ancaman tarif 100 persen dari Donald Trump tak hentikan produksi global seperti Star Wars: Starfighter. Industri film tetap melaju.

Aksi ‘No Kings’ di AS, Ribuan Warga Protes Kebijakan Trump

19 Oktober 2025 - 07:59 WIB

Ribuan warga AS turun ke jalan dalam aksi No Kings memprotes kebijakan Donald Trump yang dinilai mengancam demokrasi dan kebebasan sipil.

Tercatat Sejarah: Trump Umumkan Perang Gaza Berakhir

14 Oktober 2025 - 08:34 WIB

Hamas bebaskan sandera terakhir, Trump nyatakan perang Gaza berakhir. Dunia sambut babak baru perdamaian Timur Tengah.
Trending di Internasional