Washington – Serangan drone besar-besaran yang dilancarkan Ukraina terhadap pangkalan udara Rusia pada akhir pekan lalu menghancurkan sekitar 10 pesawat tempur dan merusak 20 unit lainnya, menurut dua pejabat Amerika Serikat, Rabu (4/6/2025).
Jumlah tersebut jauh lebih sedikit dari klaim Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang sebelumnya menyebut bahwa lebih dari 20 dari 41 pesawat Rusia yang diserang telah rusak parah dan tak dapat diperbaiki.
Meskipun demikian, pejabat AS tetap menyebut serangan tersebut sebagai langkah signifikan. Tetapi juga memperingatkan bahwa respon Rusia kemungkinan akan lebih keras, termasuk dalam posisi mereka dalam perundingan damai.
Operasi “Spider’s Web”
Ukraina mengaku meluncurkan 117 drone dari kontainer tersembunyi di dekat sasaran dalam operasi yang bernama sandi Spider’s Web. Serangan menyasar empat pangkalan udara strategis Rusia, menargetkan pesawat pembom jarak jauh dan pesawat mata-mata A-50 milik Rusia.
Kyiv merilis rekaman yang memperlihatkan drone menyerang pembom strategis Tu-95 dan Tu-22 serta menghantam antena kubah dua pesawat A-50. Jenis-jenis pesawat ini hanya tersedia dalam jumlah sangat terbatas dalam armada udara Rusia.
Namun, Rusia belum mengonfirmasi total kerugian. Kementerian Pertahanan Rusia hanya mengakui bahwa Ukraina menyerang wilayah Murmansk, Irkutsk, Ivanovo, Ryazan, dan Amur, serta mengklaim berhasil menggagalkan serangan di tiga lokasi terakhir.
Tanggapan AS dan Rusia
Gedung Putih tidak memberikan tanggapan segera atas serangan ini. Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin telah berbicara dengan Presiden AS Donald Trump melalui sambungan telepon.
“Pembicaraan yang baik, tetapi belum mengarah pada perdamaian dalam waktu dekat,” tulis Trump dalam unggahan di media sosial.
Trump juga menyatakan bahwa serangan ini meningkatkan risiko eskalasi, terutama karena Ukraina telah menyerang satu elemen dari “nuclear triad” Rusia — sistem senjata nuklir yang mencakup peluncur darat, udara, dan laut.
“Saat Anda menyerang bagian dari sistem pertahanan eksistensial lawan, risiko meningkat drastis. Tidak ada yang tahu bagaimana mereka akan merespons,” ujar Keith Kellogg, utusan Trump untuk Ukraina, kepada Fox News.
Moskow Tuntut AS dan Inggris Kendalikan Kyiv
Menanggapi serangan itu, Moskow meminta AS dan Inggris menahan Ukraina, seraya menegaskan pentingnya sistem senjata nuklir sebagai penyeimbang utama terhadap NATO. Rusia dan AS menguasai hampir 88 persen senjata nuklir dunia.
Serangan ini memperkuat moral Ukraina yang tengah tertekan oleh gelombang serangan rudal dan drone Rusia. Selain itu, operasi ini menunjukkan bahwa Kyiv masih memiliki kemampuan menyerang hingga 4.300 kilometer dari garis depan perang.
Kerugian Rusia dan Kritik Internal
Badan keamanan Ukraina, SBU, memperkirakan kerugian Rusia mencapai 7 miliar dolar AS, dan sekitar 34 persen dari pembom strategis pembawa rudal jelajah terkena dampak.
Citra satelit komersial menunjukkan adanya kerusakan pada sejumlah pesawat strategis Rusia. Di antaranya adalah pembom supersonik Tu-22, yang sebelumnya digunakan dalam serangan ke Ukraina.
Di dalam negeri, sejumlah blogger militer Rusia yang berpengaruh mengecam kelalaian komando udara Moskow. Mereka menyebut kejadian ini sebagai bentuk kelengahan serius karena membiarkan pesawat strategis Rusia rentan terhadap serangan.
Jalan Damai Masih Jauh
Perang Ukraina, yang telah berlangsung selama lebih dari tiga tahun, kian memanas meski Pemerintahan AS tengah mengupayakan perundingan damai.
Namun, menurut para analis, insiden seperti ini justru semakin memperbesar potensi konfrontasi langsung antara Rusia dan negara-negara Barat. Selain itu, peristiwa tersebut juga mengaburkan prospek penyelesaian diplomatik dalam waktu dekat.