Los Angeles -Pemerintahan Presiden Donald Trump akan mengerahkan 2.000 personel Garda Nasional ke Los Angeles pada Sabtu (7/6/2025), menyusul aksi demo yang berlanjut ke hari kedua setelah penggerebekan imigrasi oleh aparat federal.
Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth menyatakan Pentagon siap mengerahkan pasukan aktif jika kekerasan berlanjut. Ia menambahkan bahwa marinir di Camp Pendleton, California, telah berada dalam kondisi siaga tinggi.
Dalam pernyataan resmi, Gedung Putih menyebut pengerahan pasukan ini bertujuan mengatasi “kerusuhan yang dibiarkan berkembang.” Presiden Trump menandatangani memorandum presiden untuk memerintahkan pengerahan tersebut.
Bentrokan dan Demo di Los Angeles
Sabtu siang, agen keamanan federal berhadapan dengan ratusan demonstran di kawasan Paramount, Los Angeles Tenggara. Beberapa demonstran membawa bendera Meksiko. Malam harinya, sekitar 60 orang kembali berunjuk rasa di pusat kota Los Angeles, meneriakkan slogan seperti “ICE out of L.A.!”
Rekaman video memperlihatkan petugas berbaju hijau dan mengenakan masker gas berbaris di jalanan yang penuh dengan gerobak belanja terbalik, sambil menembakkan gas air mata. Polisi Los Angeles menyatakan telah menahan sejumlah orang karena tidak mematuhi perintah untuk membubarkan diri.
Namun, belum ada informasi resmi mengenai jumlah penangkapan.

Polisi menahan seorang pengunjuk rasa di pintu masuk garasi Gedung Federal Los Angeles, di pusat kota Los Angeles, California, Amerika Serikat, pada 6 Juni 2025. (foto: REUTERS/Daniel Cole)
Ketegangan Politik Meningkat
Langkah pemerintah pusat ini mendapat kritik tajam dari Gubernur California Gavin Newsom. Melalui akun X (dulu Twitter), ia menuduh Presiden Trump sengaja menciptakan “pertunjukan politik” dengan pengerahan pasukan.
“Ini bukan soal kekurangan aparat penegak hukum, tapi tentang menciptakan tontonan,” tulis Newsom. Ia juga mengecam pernyataan Menteri Pertahanan yang dinilai “berbahaya” karena mengancam akan mengerahkan marinir melawan warga sipil.
Wali Kota Los Angeles, Karen Bass, turut menyuarakan kecaman. Ia menyebut penggerebekan imigrasi sebagai taktik yang “menebar ketakutan” dan bertentangan dengan prinsip keselamatan kota.
Gedung Putih Ambil Sikap Keras
Presiden Trump, lewat platform Truth Social, menegaskan bahwa pemerintah federal akan mengambil alih jika pejabat lokal “tidak mampu mengendalikan” situasi. “KERUSUHAN & PENJARAH akan kami tindak sebagaimana mestinya,” tulis Trump.
Sementara itu, Wakil Presiden JD Vance menyebut aksi massa sebagai “pemberontakan oleh pembawa bendera asing.” Penasihat senior Gedung Putih, Stephen Miller, bahkan menyebutnya sebagai “insurjensi kekerasan.”
Hingga Sabtu malam, belum ada pernyataan resmi mengenai penggunaan Undang-Undang Insurrection Act 1807, yang memungkinkan Presiden mengerahkan militer untuk menekan kerusuhan sipil.

Seorang pendemo yang membawa bendera Mexico berjalan di depan gerobak sampah bertuliskan “Death to ICE”. (foto: REUTERS/Daniel Cole)
Penggerebekan dan Ketakutan Komunitas Imigran
Aksi protes bermula Jumat malam setelah operasi penegakan hukum oleh Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) di sejumlah titik di Los Angeles. Sedikitnya 44 orang ditangkap atas dugaan pelanggaran imigrasi.
Namun, kelompok advokasi menyebut kebanyakan orang yang ditangkap adalah penduduk tetap atau pekerja legal. Direktur eksekutif organisasi HAM imigran Chirla, Angelica Salas, menyebut tidak ada akses hukum bagi mereka yang ditahan—sebuah situasi yang dinilainya “mengkhawatirkan.”
Menurut Salas, penggerebekan terjadi di dekat toko-toko besar seperti Home Depot, pabrik garmen, dan gudang, tempat banyak pekerja migran mencari nafkah.
Trump sebelumnya berjanji akan mendeportasi jutaan imigran ilegal dan memperketat perbatasan. Namun, kritik bermunculan atas kebijakan ini karena memicu ketakutan dan menyebabkan penahanan warga yang legal secara administratif.
Situasi Masih Terkendali
Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) memperkirakan ada sekitar 1.000 demonstran pada unjuk rasa Jumat malam.
Hingga Minggu dini hari, situasi di Los Angeles masih relatif terkendali, meski aparat keamanan tetap berjaga ketat di sejumlah titik.