London – Empat tim dari empat negara berbeda berhasil melangkah ke semifinal Liga Champions UEFA 2024/2025. Arsenal, Barcelona, Inter Milan, dan Paris Saint-Germain masing-masing mengusung ambisi dan cerita berbeda dalam perjalanannya menuju empat besar kompetisi klub paling bergengsi di Eropa tersebut.
Semifinal musim ini menjanjikan drama dan intensitas tinggi. Pertemuan Arsenal vs Paris dan Barcelona vs Inter bukan hanya soal strategi dan kemampuan teknis, tetapi juga tentang mentalitas dan sejarah yang melekat pada masing-masing tim.
Arsenal: Antusiasme Baru, Wajah Lama yang Percaya Diri
Arsenal kembali tampil di semifinal Liga Champions setelah penantian panjang sejak musim 2008/09. Di bawah asuhan Mikel Arteta, The Gunners menunjukkan kedewasaan permainan yang impresif, terutama kala menyingkirkan juara bertahan Real Madrid dengan agregat meyakinkan 5-1 di babak perempat final.
Dengan sistem permainan yang menggabungkan ketangguhan era George Graham dan kreativitas ala Arsène Wenger, Arsenal menjadi tim Inggris tersisa yang masih bersaing. Kapten Martin Ødegaard menjadi otak serangan, sementara pertahanan mereka tercatat sebagai salah satu yang terbaik musim ini.
Fakta menarik: Kemenangan 7-1 atas PSV di babak 16 besar menjadi rekor baru sebagai tim pertama yang mencetak tujuh gol tandang di fase gugur Liga Champions.
Barcelona: Muda, Berani, dan Penuh Keyakinan
Barcelona kembali menemukan identitasnya. Di bawah arahan pelatih asal Jerman, Hansi Flick, tim Catalan memadukan gaya bermain menyerang dengan tekanan tinggi yang terstruktur. Perjalanan mereka tidak selalu mulus, namun kemenangan 4-0 atas Borussia Dortmund di leg pertama perempat final menunjukkan potensi besar dari skuat yang diisi pemain muda seperti Lamine Yamal.
Dengan skema 4-2-3-1 yang disiplin dan garis pertahanan tinggi, Barcelona menjadi tim yang sulit ditembus. Raphinha dan Yamal menjadi motor serangan dari sisi sayap, sementara pengalaman Robert Lewandowski memberi kestabilan dalam tekanan.
Fakta menarik: Untuk pertama kalinya sejak 2015/16, dua pemain Barcelona mencetak enam gol atau lebih dalam satu musim Liga Champions.
Inter Milan: Kekuatan Kolektif yang Konsisten
Wakil Italia ini melangkah ke semifinal untuk kedua kalinya dalam tiga musim terakhir. Inter tampil stabil dengan formasi 3-5-2 khas Simone Inzaghi. Kombinasi ketajaman Lautaro Martínez dan Marcus Thuram di lini depan serta organisasi pertahanan yang hanya kebobolan dua gol dalam sepuluh laga, menjadi fondasi kesuksesan mereka.
Setelah menyingkirkan Bayern München dalam laga ketat di perempat final, Inter akan kembali bertemu Barcelona, mengulang duel klasik musim 2009/10 ketika mereka akhirnya keluar sebagai juara.
Fakta menarik: Lima laga tanpa kebobolan di fase grup menjadi rekor baru bagi Inter di kompetisi Eropa.
Paris Saint-Germain: Misi Belum Tuntas
PSG kembali ke semifinal dengan penuh keyakinan. Di bawah arahan Luis Enrique, tim asal Paris menunjukkan kedalaman skuad yang semakin matang. Setelah melalui drama adu penalti melawan Liverpool dan adu produktivitas kontra Aston Villa, mereka kini akan menghadapi Arsenal, lawan yang pernah mereka kalahkan di fase grup.
Kunci permainan PSG terletak pada keseimbangan antara lini tengah dan pertahanan. Pemain seperti Vitinha dan Achraf Hakimi menjadi motor penggerak permainan, sementara Donnarumma tampil gemilang di bawah mistar.
Fakta menarik: Dalam kemenangan 7-0 atas Brest, PSG menjadi tim pertama dalam sejarah Liga Champions yang memiliki tujuh pencetak gol berbeda dalam satu pertandingan.
Menatap Final di Munich
Leg pertama semifinal akan digelar pada 29 dan 30 April mendatang. Arsenal menjamu PSG di Emirates Stadium, sedangkan Barcelona menerima lawatan Inter Milan di Camp Nou. Para pecinta sepak bola Eropa menanti, siapa yang akan melangkah ke Allianz Arena, Munich, tempat digelarnya final pada 31 Mei mendatang.