Houston – Dunia tinju berduka atas berpulangnya George Foreman, petinju kelas berat legendaris yang meninggal dunia pada Jumat malam waktu setempat pada usia 76 tahun. Keluarga Foreman mengumumkan kabar duka ini melalui media sosial, tanpa merinci penyebab dan lokasi kematiannya.
“Seorang pendeta yang taat, suami yang setia, ayah yang penuh kasih, serta kakek dan buyut yang bangga. Ia menjalani hidup dengan iman, kerendahan hati, dan tujuan yang jelas,” tulis keluarga dalam pernyataan mereka.
Foreman dikenal sebagai salah satu petinju paling menakutkan di era 1970-an, terutama setelah mengalahkan Joe Frazier dan menjadi juara dunia kelas berat pada 1973. Namun, setahun kemudian, ia kehilangan gelarnya dalam pertarungan legendaris “Rumble in the Jungle” melawan Muhammad Ali di Zaire (kini Republik Demokratik Kongo).
Setelah sempat pensiun, Foreman kembali ke ring tinju satu dekade kemudian, diiringi dengan perubahan kepribadian yang lebih religius dan bersahaja.
Momen paling ikonik dari karier keduanya terjadi pada 1994, ketika di usia 45 tahun, ia secara mengejutkan mengalahkan Michael Moorer dan merebut kembali gelar juara dunia kelas berat, menjadikannya petinju tertua yang pernah memenangkan gelar tersebut.
Dari Petarung Garang ke Wirausahawan Sukses
Lahir di Marshall, Texas, pada 10 Januari 1949, Foreman dibesarkan di lingkungan yang keras di Houston. Masa mudanya diwarnai oleh kenakalan remaja, tetapi ia menemukan jalan keluar melalui tinju.
Setelah meraih medali emas Olimpiade 1968, ia melangkah ke dunia profesional dan menorehkan rekor luar biasa dengan 76 kemenangan dan hanya lima kekalahan sepanjang kariernya.
Namun, Foreman tidak hanya dikenal di atas ring. Ia menjelma menjadi sosok inspiratif yang sukses dalam dunia bisnis, terutama melalui produk George Foreman Grill yang terjual lebih dari 100 juta unit. Kesuksesan ini bahkan melebihi pendapatannya dari tinju, membuktikan kepiawaiannya sebagai pengusaha.
Warisan yang Abadi
Berbagai tokoh tinju dunia turut menyampaikan belasungkawa. Mantan juara dunia Mike Tyson menyebut Foreman sebagai “sosok yang kontribusinya terhadap tinju dan dunia di luar olahraga ini akan selalu dikenang.”
Presiden WBC Mauricio Sulaiman pun menulis, “Legenda juara dunia, pendeta yang menginspirasi, dan sahabat terbaik yang bisa dimiliki. Warisannya kini abadi.”
George Foreman meninggalkan seorang istri, Mary Joan Martelly, yang dinikahinya sejak 1985, serta 12 anak, termasuk lima putra yang semuanya diberi nama George Edward Foreman. Selama hidupnya, ia tidak hanya menjadi juara di atas ring, tetapi juga dalam kehidupan. Selamat jalan, Big George.