Menu

Mode Gelap
Kejagung Tetapkan Nadiem Makarim Tersangka Korupsi Laptop Chromebook Gempa Dahsyat di Afghanistan Tewaskan Lebih dari 800 Orang Sejumlah Politisi Nasdem, PAN, dan Golkar Dicopot dari DPR Usai Demo Besar Taylor Swift dan Travis Kelce Umumkan Tunangan Siapa Anggota DPR yang Usulkan Gerbong Khusus Perokok? KAI Tegas Tolak Terkontaminasi Radioaktif, Kemendag Hentikan Ekspor Udang Indonesia ke AS

Internasional

Hampir Dideportasi, Elon Musk Menyesal Serang Trump

badge-check


					CEO Tesla dan SpaceX, Elon Musk (kiri), serta Presiden Donald Trump, saat menghadiri acara kampanye di Butler Farm Show, pada 5 Oktober 2024, di Butler, Pennsylvania. (foto: AP/ Alex Brandon) Perbesar

CEO Tesla dan SpaceX, Elon Musk (kiri), serta Presiden Donald Trump, saat menghadiri acara kampanye di Butler Farm Show, pada 5 Oktober 2024, di Butler, Pennsylvania. (foto: AP/ Alex Brandon)

Washington – Miliarder Elon Musk mengakui bahwa ia menyesal atas sejumlah pernyataan tajamnya terhadap Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Dalam unggahan di platform X, yang juga dimilikinya, Musk menulis bahwa beberapa komentarnya “telah melampaui batas”.

Pernyataan itu muncul menyusul wawancara Trump dengan New York Post, Rabu (11/6/2025), di mana sang presiden menyebut dirinya “sedikit kecewa” atas keretakan hubungan dengan Musk, namun menekankan bahwa “tidak ada dendam pribadi”.

“Saya rasa dia sangat menyesali apa yang telah dia katakan,” ujar Trump, merujuk pada serangan verbal Musk di media sosial beberapa waktu lalu.

Dari Kawan Menjadi Lawan

Ketegangan antara keduanya bermula setelah Musk mundur dari peran simboliknya dalam pemerintahan dan secara terbuka mengecam rancangan undang-undang pajak Trump, yang disebutnya sebagai “kekejian yang menjijikkan”.

RUU tersebut, yang mencakup pemotongan pajak besar dan peningkatan belanja pertahanan, telah disahkan oleh DPR AS bulan lalu dan kini tengah dibahas di Senat.

Musk mengajak warga AS untuk menghubungi wakil rakyat mereka dan “menghentikan RUU ini.” Ia mengklaim bahwa kebijakan tersebut dapat “menyebabkan resesi pada paruh kedua tahun ini.”

Namun, salah satu pernyataan Musk yang paling kontroversial adalah tudingan tanpa buktinya, bahwa nama Trump muncul dalam berkas pemerintah yang belum dipublikasikan terkait kasus Jeffrey Epstein. Epstein adalah pelaku kejahatan seksual yang telah meninggal dunia. Gedung Putih dengan tegas membantah tudingan tersebut.

Sebagai tanggapan, Trump menyebut Musk telah “kehilangan akal sehat” dan mengancam akan membatalkan kontrak-kontrak pemerintah dengan perusahaan-perusahaan milik Musk yang nilainya diperkirakan mencapai 38 miliar dolar AS, termasuk untuk SpaceX.

“Saya pikir itu sangat buruk, karena dia tidak menghormati. Anda tidak bisa merendahkan jabatan Presiden,” kata Trump dalam wawancara dengan NBC, Minggu (8/6).

Jejak Digital yang Dihapus

Musk tampaknya telah menghapus sejumlah unggahannya selama akhir pekan, termasuk yang berisi seruan agar Trump dimakzulkan. Langkah ini dipandang sebagai bagian dari upaya meredakan ketegangan yang telah menjadi perhatian publik dan media selama beberapa pekan terakhir.

Sebelumnya, Musk diketahui merupakan penyumbang terbesar dalam kampanye pencalonan Trump untuk Pilpres 2024. Ia bahkan disebut-sebut sebagai “tangan kanan” presiden dalam kebijakan efisiensi pemerintahan, lewat perannya di Department of Government Efficiency (DOGE), sebelum akhirnya mengundurkan diri setelah 129 hari menjabat.

Respon Beragam dari Tokoh Politik

Perseteruan dua tokoh berpengaruh ini menarik perhatian luas, termasuk dari kalangan internal Partai Republik. Mantan penasihat Trump, Steve Bannon, bahkan menyerukan agar Musk dideportasi, mengingat latar belakang kelahirannya di Afrika Selatan.

Sementara itu, Wakil Presiden AS JD Vance berharap keduanya dapat berdamai. “Saya harap Elon bisa kembali ke lingkaran dalam. Tapi mengingat ia sudah ‘meledakkan jembatan’, itu akan sulit,” ujarnya.

Mayoritas tokoh Republik mendorong agar Musk dan Trump melakukan rekonsiliasi. Sementara politisi Demokrat lebih memilih menonton perkembangan ini dari pinggir arena, menunggu dampak politik yang mungkin timbul.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Tragedi Rio de Janeiro: Operasi Polisi Tewaskan 121 Orang

31 Oktober 2025 - 08:32 WIB

Operasi polisi di Rio de Janeiro menewaskan 121 orang, menjadikannya yang paling mematikan dalam sejarah Brasil.

Pencurian Mahkota Kerajaan di Louvre Prancis, Pakar Sebut Barang Curian Akan Hilang Selamanya

22 Oktober 2025 - 09:22 WIB

Pencurian mahkota Kerajaan di Louvre jadi aib nasional Prancis. Polisi buru geng spesialis perhiasan lintas Eropa.

Industri Film Dunia Tetap Melaju di Tengah Ancaman Tarif Trump

19 Oktober 2025 - 10:29 WIB

Ancaman tarif 100 persen dari Donald Trump tak hentikan produksi global seperti Star Wars: Starfighter. Industri film tetap melaju.

Aksi ‘No Kings’ di AS, Ribuan Warga Protes Kebijakan Trump

19 Oktober 2025 - 07:59 WIB

Ribuan warga AS turun ke jalan dalam aksi No Kings memprotes kebijakan Donald Trump yang dinilai mengancam demokrasi dan kebebasan sipil.

Tercatat Sejarah: Trump Umumkan Perang Gaza Berakhir

14 Oktober 2025 - 08:34 WIB

Hamas bebaskan sandera terakhir, Trump nyatakan perang Gaza berakhir. Dunia sambut babak baru perdamaian Timur Tengah.
Trending di Internasional