London – Bandara Heathrow, London, kembali beroperasi penuh pada Sabtu (23/3/2025), sehari setelah kebakaran di gardu listrik menyebabkan gangguan daya yang melumpuhkan bandara tersibuk di Eropa tersebut. Meski demikian, sejumlah penerbangan masih mengalami pembatalan dan keterlambatan.
Pemulihan operasi telah dimulai sejak Jumat malam, namun penutupan hampir sepanjang hari bandara kelima tersibuk di dunia itu menyebabkan ribuan penumpang terjebak, mencari hotel dan penerbangan pengganti.
Maskapai pun berjibaku untuk menyesuaikan jadwal serta mengembalikan pesawat dan awak ke basisnya.
“Kami tidak mengharapkan pembatalan atau keterlambatan dalam jumlah besar. Namun, ada beberapa gangguan yang sedang kami tangani sebagaimana biasanya,” kata CEO Bandara Heathrow, Thomas Woldbye, kepada BBC Radio.
Sebagian besar penerbangan pagi pada hari Sabtu berjalan lancar dengan hanya segelintir pembatalan dan keterlambatan.
Maskapai British Airways, yang menjadikan Heathrow sebagai hub utama, memperkirakan sekitar 85 persen dari 600 jadwal penerbangannya dapat berjalan sesuai rencana.
“Kami berupaya mengoperasikan sebanyak mungkin penerbangan dari dan menuju Heathrow. Namun, memulihkan operasi dengan skala sebesar ini setelah insiden besar tentu sangat kompleks,” ujar British Airways dalam pernyataan resminya.
Manajemen bandara menambahkan ratusan staf tambahan di terminal untuk membantu para penumpang yang terdampak. Selain itu, jadwal penerbangan juga ditambah guna mengakomodasi sekitar 10.000 penumpang yang tertunda keberangkatannya.
Sementara itu, sejumlah pihak mempertanyakan bagaimana infrastruktur krusial seperti ini bisa gagal tanpa adanya sistem cadangan yang memadai.
Direktur Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA), Willie Walsh, menilai insiden ini merupakan kegagalan perencanaan dari pihak bandara.
“Kegagalan ini jelas menunjukkan lemahnya perencanaan infrastruktur bandara,” ujar Walsh, yang sebelumnya pernah menjabat sebagai CEO British Airways dan kerap mengkritik kapasitas Heathrow yang padat.
Pihak kepolisian menyatakan bahwa insiden kebakaran di gardu listrik tersebut tidak dianggap mencurigakan, meskipun investigasi masih terus berlangsung. Dinas Pemadam Kebakaran London menyebut penyelidikan akan berfokus pada peralatan distribusi listrik.
Gangguan ini berdampak pada 1.351 jadwal penerbangan pada Jumat, dengan total sekitar 291.000 penumpang terdampak. Sejumlah pesawat dialihkan ke bandara lain di Inggris dan Eropa, sementara beberapa penerbangan jarak jauh harus kembali ke bandara asalnya.
Guna mengurangi kemacetan, Kementerian Transportasi Inggris mencabut sementara pembatasan penerbangan malam. Meski demikian, CEO British Airways, Sean Doyle, mengingatkan bahwa dampak dari gangguan ini akan tetap terasa dalam beberapa hari ke depan.
“Kami masih menghadapi dampak besar terhadap seluruh pelanggan kami yang bepergian dalam beberapa hari ke depan,” ujarnya.
Beberapa maskapai seperti Virgin Atlantic mengklaim telah mendekati jadwal normal meski tetap waspada terhadap kemungkinan pembatalan lanjutan.
Maskapai yang terdampak termasuk JetBlue, American Airlines, Air Canada, Air India, Delta Airlines, Qantas, United Airlines, British Airways, dan Virgin Atlantic.
Kejadian ini menjadi salah satu gangguan penerbangan terbesar di Eropa sejak awan abu vulkanik Islandia pada 2010 yang menyebabkan pembatalan 100.000 penerbangan. Para ahli memperingatkan bahwa beberapa penumpang yang dialihkan ke bandara lain mungkin harus tetap berada di area transit karena kendala dokumen perjalanan.
Sementara itu, harga hotel di sekitar Heathrow melonjak tajam. Sejumlah situs pemesanan mencatat tarif mencapai 500 poundsterling (sekitar Rp 10 juta) per malam, lima kali lipat dari harga normal.
Heathrow dan bandara lain di London kerap mengalami gangguan dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2023, gangguan sistem gerbang otomatis dan kegagalan sistem lalu lintas udara sempat menyebabkan kekacauan serupa.