Swiss – Juara tinju Olimpiade asal Aljazair, Imane Khelif, wajib menjalani tes jenis kelamin sebagai syarat untuk bertanding di ajang mendatang. Hal ini menyusul kebijakan baru dari badan pengelola tinju dunia, World Boxing, yang mengumumkan penerapan tes kelayakan jenis kelamin wajib bagi seluruh atlet.
Dalam pernyataan resminya pada Jumat (30/5/2025), World Boxing menyebut bahwa kebijakan ini merupakan bagian dari regulasi baru bertajuk “Sex, Age and Weight Policy” untuk menjamin keselamatan dan keadilan kompetisi antara atlet pria dan wanita.
“Tes ini akan memastikan kesetaraan level kompetisi serta melindungi keselamatan semua peserta,” demikian pernyataan World Boxing. Federasi nasional masing-masing atlet akan bertanggung jawab mengadakan tes dan menyampaikan hasilnya kepada World Boxing.
Salah satu nama yang disebut langsung dalam pengumuman ini adalah Imane Khelif, peraih medali emas Olimpiade Paris 2024 di kategori welter putri. Khelif kini harus menjalani tes sebelum diizinkan tampil di ajang Eindhoven Box Cup di Belanda bulan depan.
Latar Belakang dan Kontroversi
Khelif sebelumnya sempat tersandung masalah kelayakan bersama petinju Taiwan, Lin Yu-ting. Keduanya didiskualifikasi oleh International Boxing Association (IBA) dari Kejuaraan Dunia 2023. IBA menyatakan keduanya gagal dalam “tes kelayakan” tanpa penjelasan detail, yang memicu sorotan internasional.
Namun, dalam penyelenggaraan Olimpiade Paris, Komite Olimpiade Internasional (IOC) yang mengambil alih penyelenggaraan tinju sejak pencoretan IBA, menyatakan Khelif dan Lin memenuhi standar kelayakan untuk bertanding di kategori wanita.
Kini, ketika World Boxing menggantikan peran IBA sebagai badan pengelola sementara menjelang Olimpiade Los Angeles 2028, kebijakan kelayakan jenis kelamin kembali menjadi perhatian.
Tes PCR dan Evaluasi Lanjutan
World Boxing menetapkan bahwa semua atlet berusia di atas 18 tahun yang berlaga dalam kompetisi resminya harus menjalani tes PCR genetik untuk menentukan jenis kelamin berdasarkan kromosom saat lahir. Tes ini menggunakan sampel air liur, darah, atau usapan mulut untuk mendeteksi materi genetik.
Jika hasil awal menunjukkan bahwa atlet di kategori wanita memiliki kromosom laki-laki (XY), maka akan dilanjutkan dengan pemeriksaan medis lanjutan. Pemeriksaan itu meliputi profil hormonal, pemeriksaan anatomis, dan evaluasi endokrin oleh spesialis independen.
World Boxing juga menyediakan mekanisme banding bagi atlet yang tidak setuju dengan hasil atau prosedur evaluasi.
Polemik Internasional
Kebijakan ini datang di tengah meningkatnya ketegangan global soal kelayakan jenis kelamin dalam olahraga. Isu partisipasi atlet transgender dan atlet dengan perbedaan perkembangan jenis kelamin (DSD) telah memicu perdebatan luas, baik di kalangan ilmuwan, federasi olahraga, maupun politisi dunia.
Sebagai catatan, World Athletics telah lebih dulu menerapkan kembali tes kromosom awal tahun ini. Badan atletik dunia itu juga melarang atlet transgender yang telah melalui pubertas pria untuk berkompetisi di kategori wanita. Tidak hanya itu, mereka juga membatasi atlet dengan kadar testosteron alami yang tinggi.
Presiden World Athletics, Sebastian Coe, menyatakan yakin kebijakan tersebut akan tahan terhadap tantangan hukum.
Kembali ke Arena
Imane Khelif, 26 tahun, bertekad kembali bertanding di Eindhoven sebagai bagian dari persiapannya menuju Olimpiade Los Angeles. Ia sebelumnya tidak pernah menjuarai ajang internasional besar hingga tampil gemilang di Paris 2024.
Meski demikian, keikutsertaannya mendapat penolakan dari sejumlah atlet dan federasi. Mereka menilai perlu adanya aturan yang lebih jelas dan tegas soal kelayakan gender.