Paris – Kim Kardashian menyampaikan kesaksian emosional di hadapan majelis hakim di Paris pada Selasa (13/5/2025), mengisahkan kembali malam mencekam pada 2016 saat ia menjadi korban perampokan bersenjata di sebuah hotel mewah. Dalam sidang tersebut, bintang reality show dan pebisnis itu menyatakan bahwa ia yakin dirinya akan dibunuh oleh para perampok yang menyatroni kamarnya dan mencuri perhiasan senilai lebih dari Rp150 miliar.
Dalam persidangan yang dihadiri sembilan pria dan satu wanita terdakwa, Kardashian berhadapan langsung dengan para tersangka yang melakukan pencurian bersenjata terhadapnya sembilan tahun silam. Salah satu perhiasan yang dirampas adalah cincin pertunangan berlian pemberian mantan suaminya, Kanye West.
“Saya sungguh yakin saat itu saya akan ditembak,” ujar Kardashian dengan suara lirih di hadapan hakim David de Pas. “Saya hanya bisa berdoa dan berharap bisa pulang demi anak-anak saya.”
Trauma yang Masih Membekas
Kardashian hadir dengan setelan jas hitam elegan dan perhiasan berlian, bersama ibunya, Kris Jenner, beberapa teman, dan pengawal pribadi. Kesaksiannya yang berlangsung lebih dari tiga jam sempat beberapa kali terhenti karena ia menangis. Ia ceritakan secara rinci bagaimana dua pria bertopeng dan berpakaian polisi masuk kamarnya pada pukul 03.00 dini hari waktu setempat. Dimana Kim kemudian disekap, dan kepalanya ditodong senjata.
“Mereka menyeret resepsionis hotel yang juga telah diikat dan dibungkam. Salah satu dari mereka lalu menyeret saya ke lorong sambil menodongkan senjata di punggung saya,” tuturnya. “Saya pasrah dan hanya berpikir untuk mengikuti apa pun yang mereka perintahkan.”
Kardashian menceritakan bahwa dirinya sempat takut akan diperkosa ketika salah satu pelaku membuka jubah tidurnya. Ia berkata dalam hati, “Jika ini akhir hidup saya, saya ingin keluarga saya tahu bahwa saya mencintai mereka.”
Permintaan Maaf Pelaku Perampokan
Di tengah persidangan, salah satu terdakwa, Aomar Ait Khedache (71), mengajukan permintaan maaf secara langsung. Kardashian pun menoleh dan dengan air mata menetes berkata, “Saya menghargai itu. Saya memaafkan Anda.”
Namun, ia menegaskan bahwa permintaan maaf tidak menghapus luka dan trauma yang ia alami. “Itu tidak mengubah perasaan saya atau cara hidup saya yang kini benar-benar berbeda.”
Kardashian juga mengungkapkan kekesalannya terhadap Yunice Abbas, salah satu pelaku yang telah menerbitkan buku berjudul “I Held Up Kim Kardashian” pada 2021. “Saya sangat syok. Tidak hanya mencuri, tetapi kini juga menghasilkan uang dari penderitaan saya, dari jam tangan peninggalan ayah saya yang sudah wafat. Itu tidak tergantikan,” katanya dengan suara bergetar.
Kim Kardashian Alami Fobia
Kepada hakim, Kardashian menjelaskan bahwa pada malam kejadian, tim keamanan utamanya sedang mengantar Kourtney Kardashian ke klub malam. Sejak kejadian itu, sistem keamanan keluarganya berubah drastis.
“Segalanya berubah” setelah Paris, katanya, seraya menyebut bahwa kini ia mempekerjakan enam orang penjaga rumah. Ia juga mulai mengalami “fobia untuk keluar” karena merasa orang-orang akan “melihatku di luar dan tahu rumahku kosong.”
“Saya bahkan tidak bisa tidur di malam hari jika tidak ada beberapa petugas keamanan,” katanya, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap serangan yang meniru kejadian Paris. Ia juga menyebut bahwa rumahnya di Los Angeles sempat dirampok bahkan sebelum keluarganya kembali dari perjalanan ke Paris.
Mencari Titik Akhir
Bagi Kardashian, persidangan ini merupakan bagian dari proses penyembuhan. Ia mengatakan kehadirannya di pengadilan adalah wujud tekadnya mengejar cita-cita menjadi pengacara dan mendukung sistem peradilan yang adil.
“Saya ingin menyampaikan kebenaran saya. Ini tentang menutup luka itu dan berharap kejadian seperti ini tidak terjadi lagi pada siapa pun,” tuturnya.
Ia mengakhiri kesaksian dengan pesan tegas, “Peristiwa ini sangat menakutkan dan mengubah hidup saya. Saya tak akan pernah menginginkan siapa pun, bahkan musuh saya, mengalami teror seperti ini.”