Banyuwangi – Di sebuah dusun kecil bernama Pekiringan, Desa Sumbersari, Kecamatan Srono, Banyuwangi, suara adzan subuh yang menggema menjadi saksi awal langkah seorang pria sederhana bernama Anwar.
Ia adalah guru madrasah yang dikenal di desanya sebagai sosok pekerja keras dan inspiratif. Dengan gaji yang kecil, Anwar mampu bangkit dan mengubah keterbatasan menjadi keberkahan melalui usaha budidaya jamur.
Mengajar dengan Ketulusan di Tengah Keterbatasan
Setiap pagi, Anwar berjalan kaki atau mengendarai sepeda motor tuanya menuju madrasah tempat ia mengajar. Madrasah itu tak besar, hanya terdiri dari beberapa ruangan sederhana.
Di sana, Anwar mengajarkan ilmu agama, membaca, menulis, hingga membangun karakter anak-anak. Bagi Anwar, tugas seorang guru tidak hanya memberikan ilmu akademik, tetapi juga menanamkan moral dan nilai-nilai kehidupan.
Namun, di balik dedikasinya, Anwar menghadapi realitas gaji yang kecil. Gaji itu bahkan tidak cukup untuk menutupi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Tetapi, ia tidak pernah mengeluh.
“Mengajar adalah ibadah, dan rezeki bisa datang dari mana saja,” ucap Anwar dengan senyum hangat.
Awal Mula Merintis Budidaya Jamur
Keterbatasan ekonomi membuat Anwar berpikir untuk mencari tambahan penghasilan. Suatu hari, ia mendengar cerita tentang budidaya jamur tiram dari seorang temannya yang tinggal di desa sebelah.
Usaha ini tampak sederhana, tetapi menjanjikan, asalkan dikelola dengan tekun. Tanpa ragu, Anwar memutuskan mencoba peruntungannya.
Dengan modal awal seadanya, ia membeli bibit jamur dan bahan untuk membuat media tanam seperti serbuk kayu, kapur, dan dedak.
Berbekal pengetahuan yang ia peroleh dari internet dan buku-buku pertanian, Anwar memulai budidaya jamur di halaman belakang rumahnya. Ia menata media tanam dalam rak-rak sederhana dari bambu yang dibangunnya sendiri.
Kegigihan Menghadapi Rintangan
Di awal perjalanan, usaha jamur Anwar tidak langsung membuahkan hasil. Beberapa kali ia gagal panen karena kondisi kelembapan yang tidak stabil dan serangan hama.
Namun, bukannya menyerah, ia justru semakin gigih mencari solusi. Anwar berkonsultasi dengan petani jamur lain dan terus mempelajari teknik budidaya yang tepat.
Perlahan-lahan, kerja kerasnya terbayar. Hasil panennya mulai meningkat, dan jamur tiram yang ia hasilkan memiliki kualitas yang baik. Dalam waktu beberapa bulan, ia berhasil menjual hasil panennya ke pasar tradisional di Srono dan beberapa warung makan di sekitar desa.
Kini, dari usaha jamur tersebut, Anwar bisa memperoleh penghasilan tambahan sebesar Rp2 juta hingga Rp3 juta per bulan.
Memberdayakan Warga Desa
Keberhasilan ini tidak hanya berhenti pada Anwar. Ia ingin berbagi pengetahuan dan pengalaman kepada warga sekitar.
Setiap minggu, Anwar mengadakan pelatihan kecil di rumahnya, mengajarkan cara membudidayakan jamur kepada siapa pun yang tertarik. Baginya, kesuksesan akan lebih bermakna jika bisa membawa manfaat bagi orang lain.
“Saya ingin orang-orang di desa ini tahu bahwa dengan usaha kecil pun, kita bisa mandiri. Tidak perlu menunggu pekerjaan besar, cukup mulai dari apa yang ada di sekitar kita,” kata Anwar.
Teladan Bagi Generasi Muda
Kisah hidup Anwar telah menginspirasi banyak orang, termasuk murid-murid di madrasah tempatnya mengajar. Murid-muridnya belajar bahwa kerja keras dan ketekunan bisa mengalahkan segala keterbatasan.
Mereka melihat sosok Anwar sebagai bukti nyata bahwa pendidikan dan semangat berwirausaha bisa berjalan beriringan.
Bagi Anwar, kesuksesan bukan hanya soal materi, melainkan kemampuan untuk terus berjuang dan tidak pernah berhenti belajar.
Dusun Pekiringan yang tenang menjadi saksi dari perjuangannya—perjuangan seorang guru madrasah yang menyemai harapan dan memberi bukti bahwa keterbatasan bukanlah akhir dari segalanya.
“Setiap usaha butuh proses, dan dalam proses itulah kita belajar menghargai kehidupan,” tutup Anwar dengan bijak, seraya menatap rak-rak jamurnya yang kini penuh panen siap dipetik.
Penulis: Harun
1 Komentar
sinopsis e wes dadi..mariki rilis filme siyap dadi sutradarane isun