LONDON, 26 September 2025 – Lebih dari dua abad setelah kematiannya dengan guillotine, sosok Marie Antoinette tetap menjadi salah satu figur paling diperdebatkan dalam sejarah Eropa. Dicap sebagai boros, penghasut, hingga simbol kemerosotan monarki Prancis, sang ratu muda akhirnya dieksekusi secara terbuka pada 1793. Kini, sebuah pameran besar di Victoria and Albert Museum (V&A), London, berusaha membongkar mitos yang selama ini membayangi dirinya.
Kurator pameran Marie Antoinette Style, Dr Sarah Grant, menyebutnya sebagai “ratu paling modis, paling diawasi, sekaligus paling kontroversial dalam sejarah”. Pameran yang dibuka 20 September ini menandai 270 tahun kelahiran Marie Antoinette, sekaligus menghadirkan perspektif baru tentang reputasi yang melekat padanya.
Ratu yang Dijadikan Kambing Hitam
Sejak tiba di Versailles pada usia 14 tahun untuk menikah dengan calon Raja Louis XVI, Marie Antoinette hidup dalam sorotan tajam. Ia kerap dituduh sebagai penyebab kebangkrutan negara, dijuluki “Madame Déficit”, dan digambarkan sebagai sosok tak peduli pada rakyat yang kelaparan.
Namun menurut Grant, tuduhan itu tidak sepenuhnya benar. “Yang membuat Prancis bangkrut adalah perang, bukan gaun atau pesta Marie Antoinette,” ujarnya. Anggaran busana sang ratu setara sekitar 1 juta dolar AS saat ini, jauh di bawah 11,25 miliar dolar yang dihabiskan untuk Perang Kemerdekaan Amerika.
Meski begitu, gaya hidup mewahnya—pesta dansa, perjudian, hingga gaun penuh hiasan—menjadi garam bagi luka rakyat miskin. Julukan sinis, pamflet fitnah, bahkan tuduhan tak senonoh terus menghantuinya.
Mitos dan Fakta
Salah satu kisah paling populer yang melekat pada sang ratu adalah ucapannya “biarlah mereka makan kue” saat rakyat kelaparan (kekurangan roti). Faktanya, Jean-Jacques Rousseau sudah menulis ungkapan itu sejak Antoinette masih berusia 10 tahun dan tinggal di Austria. Karena itu, mustahil ungkapan tersebut diucapkan oleh sang ratu.
Kasus lain adalah “skandal kalung berlian” pada 1785, ketika nama Antoinette dicatut dalam penipuan perhiasan bernilai lebih dari 600 butir berlian. Meski pengadilan membebaskannya, reputasinya telanjur rusak.
Di sisi lain, pameran di V&A juga menyoroti sisi berbeda sang ratu. Kecintaan Marie Antoinette pada mode kemudian menginspirasi desainer modern. Marie Antoinette juga dikenal dermawan terhadap staf dan anak-anak asuh, serta berani tampil dalam busana sederhana seperti ibu-ibu biasa.
Antara Politik, Fitnah, dan Tragedi
Sebagai putri Austria, Antoinette kerap dituduh berkhianat kepada Prancis. Ia juga dianggap terlalu menonjol dalam urusan politik, padahal tradisi menuntut seorang ratu tetap berada di latar. Fitnah berkembang liar, dari tuduhan perselingkuhan hingga incest, sebagian besar berakar pada misogini.
Sejarawan Dr Laura O’Brien menyebut, jauh dari gambaran liar tersebut, Marie Antoinette justru dikenal sebagai ibu yang penuh kasih. Ia menjadi ratu pertama di Prancis yang menyusui sendiri anak-anaknya.
Namun, bagi para revolusioner, ia tetap simbol kebusukan monarki. Pada 16 Oktober 1793, dalam balutan gaun putih sederhana dan rambut yang dipotong pendek, Marie Antoinette digiring ke Place de la Révolution untuk dieksekusi.
Warisan yang Tak Pernah Padam
Kematian tragisnya justru memunculkan tren baru: potongan rambut pendek “landak” dan kalung merah menyerupai bekas sayatan guillotine. Hingga kini, namanya terus menginspirasi mode, musik, hingga film.
“Marie Antoinette selalu menjadi sosok yang membelah opini: dibenci sekaligus dipuja,” ujar desainer Manolo Blahnik yang turut memamerkan karyanya di V&A. “Bagi saya, ini adalah pembelaan yang tertunda untuknya.”












