Paris – Museum Louvre di Paris, ikon seni dan budaya yang paling banyak dikunjungi di dunia, mendadak tutup pada Senin (16/6/2025) setelah staf melakukan mogok kerja mendadak. Aksi tersebut dipicu oleh kelelahan akibat lonjakan pengunjung yang dianggap tidak terkendali dan kondisi kerja yang kian memburuk.
Pemandangan tak biasa terjadi di bawah piramida kaca I.M. Pei: ribuan turis dari berbagai belahan dunia, yang telah memegang tiket, terjebak dalam antrean panjang tanpa kepastian. Mereka tidak mendapat penjelasan, hanya melihat pintu-pintu museum yang tetap tertutup.
“Mungkin Mona Lisa sedang cuti,” ujar Kevin Ward (62), wisatawan asal Milwaukee, AS.
Sorotan Overtourism
Museum Louvre, rumah bagi mahakarya seperti Mona Lisa karya Leonardo da Vinci dan ribuan peninggalan sejarah peradaban, kini menjadi simbol terbaru dari krisis overtourism. Seiring destinasi-destinasi seperti Venesia dan Akropolis mulai membatasi kunjungan, Louvre justru menghadapi titik krisisnya sendiri.
Pemogokan spontan terjadi saat pertemuan internal rutin, ketika petugas galeri, agen tiket, dan personel keamanan menolak menjalankan tugas mereka. Aksi ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap kerumunan yang tak terkendali, kekurangan staf yang kronis, dan kondisi kerja yang disebut oleh salah satu serikat sebagai “tak dapat dipertahankan.”
Ini bukan kali pertama Louvre menutup pintu. Dalam sejarahnya, penutupan museum ini sempat terjadi saat perang, pandemi Covid-19, dan beberapa aksi mogok sebelumnya. Namun, penutupan secara tiba-tiba di hadapan kerumunan wisatawan adalah hal yang sangat langka.
Kemelut di Balik Senyum Mona Lisa
Salah satu pusat kerumunan adalah Salle des États, ruangan terbesar di Louvre, tempat Mona Lisa terpajang. Sekitar 20.000 orang memadati ruangan ini setiap harinya, demi mendapatkan swafoto dengan lukisan paling terkenal di dunia tersebut.
“Yang saya lihat hanya ponsel dan siku-siku orang,” kata Ji-Hyun Park (28), turis dari Seoul. “Kepanasan, desak-desakan, lalu didorong keluar sebelum benar-benar melihat lukisannya.”
Pemerintah Prancis melalui Presiden Emmanuel Macron sebenarnya telah meluncurkan rencana besar bertajuk Louvre New Renaissance. Proyek selama satu dekade senilai hingga €800 juta itu mencakup pembuatan ruangan baru khusus Mona Lisa dan pintu masuk tambahan di tepi Sungai Seine. Target penyelesaiannya adalah tahun 2031.
Namun, para pekerja menganggap rencana itu terlalu jauh dari kenyataan di lapangan.
“Kami tidak bisa menunggu enam tahun untuk mendapatkan bantuan,” ujar Sarah Sefian dari serikat CGT-Culture. “Masalahnya bukan hanya karya seni — tapi juga orang-orang yang menjaganya.”
Di Antara Janji dan Kenyataan
Meski pemerintah menjanjikan peremajaan besar-besaran, pendanaan operasional tahunan dari negara justru menyusut lebih dari 20 persen dalam satu dekade terakhir. Sementara itu, jumlah pengunjung terus meningkat, mencapai 8,7 juta pada 2024 — lebih dari dua kali kapasitas ideal bangunan tersebut.
Dalam memo internal yang bocor ke publik, Presiden Museum Louvre Laurence des Cars memperingatkan bahwa beberapa bagian bangunan tidak lagi tahan air, perubahan suhu ekstrem mengancam koleksi seni, dan fasilitas pengunjung seperti toilet, papan petunjuk, dan ruang istirahat jauh dari standar internasional.
“Kondisi ini adalah siksaan fisik, bukan lagi pengalaman budaya,” tulis Des Cars.
Sementara mogok berlangsung hingga akhir hari, sebagian staf mungkin membuka jalur terbatas yang memungkinkan akses singkat ke beberapa karya utama, termasuk Mona Lisa dan Venus de Milo. Museum rencananya akan tutup pada Selasa, dan kemungkinan akan kembali buka penuh pada Rabu.