Cardiff – Ribuan penggemar memadati Principality Stadium di Cardiff pada Jumat malam waktu setempat untuk menyaksikan konser reuni yang sudah dinanti selama 5.795 hari: Oasis kembali naik panggung bersama dalam tur “Oasis Live ‘25”.
Stadion megah itu sejak awal pekan telah dipenuhi suara-suara ikonik seperti Cigarettes & Alcohol, Wonderwall, hingga Champagne Supernova saat latihan digelar terbuka. “Kedengarannya luar biasa,” ujar Noel Gallagher. “Ini dia, tak ada jalan kembali sekarang.”
Peluncuran tur ini menjadi konser dengan penjualan tercepat sepanjang sejarah Inggris dan Irlandia. Lebih dari 10 juta orang dari 158 negara berebut membeli tiket sejak musim panas tahun lalu, dengan total penjualan mencapai sekitar 900.000 tiket.
Namun, antusiasme sempat terganggu kontroversi harga tiket. Tiket berdiri standar seharga £135 plus biaya tambahan mendadak berubah menjadi tiket “platinum” seharga £355 tanpa tambahan fasilitas. Otoritas Persaingan dan Pasar (CMA) pun turun tangan, menyelidiki dugaan pelanggaran perlindungan konsumen oleh Ticketmaster.
Meski demikian, kegembiraan tak surut. Ribuan penggemar dari Jepang, Peru, Kenya hingga AS tiba di Cardiff. “Oasis adalah simbol optimisme masa muda dan cinta pada musik,” kata Jeff Gachini, penggemar asal Kenya yang baru pertama kali menginjakkan kaki di Inggris.
Para Legenda Kembali Bersatu
Reuni ini menyatukan kembali Noel dan Liam Gallagher, bersama anggota lama Oasis seperti Gem Archer, Paul “Bonehead” Arthurs, dan Andy Bell. Mereka juga diperkuat oleh drummer Joey Waronker serta backing vocal Jess Greenfield.
Setlist konser masih dirahasiakan, namun bocoran dari Reddit menyebut lagu pembuka Hello dan penutup Champagne Supernova, dengan lagu klasik seperti Live Forever, Supersonic, Roll With It, dan Acquiesce. Noel akan menyanyikan dua lagu utama termasuk Half The World Away dan The Masterplan.
Perjalanan dari Pinggiran Manchester ke Puncak Dunia
Oasis dikenal sebagai ikon Britpop yang mendominasi industri musik Inggris sejak 1994 hingga 1997 lewat album legendaris Definitely Maybe, (What’s The Story) Morning Glory?, dan Be Here Now. Musik mereka membawa kembali kejayaan rock ‘n roll ke tangga lagu, melawan gelombang grunge dari Amerika.
Berasal dari keluarga kelas pekerja Manchester, mereka membentuk band dari ketidakpastian hidup. “Kami semua pengangguran waktu itu dan kami pikir kami cukup bagus,” kenang Noel.
Namun, ketegangan antara dua bersaudara ini kerap mewarnai perjalanan band. Insiden demi insiden—dari pertengkaran verbal hingga aksi saling serang di belakang panggung—membayangi karier mereka. Oasis akhirnya bubar pada 28 Agustus 2009, hanya beberapa menit sebelum tampil di Festival Rock en Seine di Paris.
Selama bertahun-tahun, rumor reuni terus mengemuka. Liam menyebut gagasan tersebut sebagai sesuatu yang “tak terelakkan”. Pada tahun 2020, dia mengatakan bahwa band tersebut seharusnya bersatu kembali untuk mendukung para pekerja NHS (Dinas Kesehatan Inggris) selama pandemi Covid-19. Namun, ia menyebutkan bahwa saudaranya menolak ide itu, meskipun ada tawaran menggiurkan dari para promotor.
Tur Terakhir?
Kini, setelah 16 tahun berpisah, keduanya kembali berdiri di panggung yang sama. Namun, sang manajer Alec McKinlay menyebut tur ini tak akan disertai musik baru dan kemungkinan menjadi tur terakhir Oasis.
Total 41 pertunjukan akan berlangsung hingga November, mencakup Inggris, Irlandia, Amerika Utara, Oseania, hingga Amerika Selatan.
“Noel datang naik kereta untuk tampil malam ini,” ujar seorang staf promotor, membantah stereotip kehidupan glamor rockstar. “Seperti Oasis itu sendiri, semua kembali pada musik.”