BANGKOK, 7 September 2025 – Anutin Charnvirakul resmi dipastikan menjadi perdana menteri (PM) baru Thailand setelah mendapatkan dukungan mayoritas parlemen pada Jumat (5/9). Sosok berusia 58 tahun ini dikenal sebagai politikus konservatif sekaligus royalist teguh, namun di balik citra seriusnya, ia memiliki hobi yang beragam, mulai dari bermain saksofon hingga memasak nasi goreng.
Di media sosial, Anutin kerap tampil santai: bernyanyi karaoke, meniup saksofon dengan lagu pop Thailand era 1980-an, atau memasak dengan kaus dan celana pendek. Namun di balik gaya kasualnya, ia adalah politikus ulung. Putra mantan menteri kabinet ini berasal dari keluarga pemilik salah satu perusahaan konstruksi terbesar Thailand, yang turut membangun proyek-proyek ikonik termasuk Bandara Internasional Suvarnabhumi di Bangkok.
Karier Politik dan Partai Bhumjaithai
Anutin membesarkan partainya, Bhumjaithai—yang berarti Bangga Jadi Orang Thailand—menjadi salah satu kekuatan konservatif utama di parlemen. Meski partai ini tidak memiliki ideologi yang menonjol, dukungan kuat terhadap monarki Thailand menjadi pijakan politiknya.
Setelah pemilu lalu, Bhumjaithai berperan besar menggagalkan partai pro-reformasi yang meraih kursi terbanyak. Alasan utamanya adalah keberatan terhadap agenda partai tersebut untuk merevisi hukum lese majeste. Aturan ketat ini melarang kritik terhadap raja dengan ancaman hukuman hingga 15 tahun penjara.
Kedekatan Anutin dengan istana juga terlihat dari penghargaan istana yang diterimanya: Ordo Chulachomklao Kelas Dua dan Medali Rattanaporn Kelas Tiga. Ia menjadi satu-satunya politisi sipil saat itu yang menerima kehormatan tersebut.
Rekam Jejak Menteri
Sebelum terpilih sebagai perdana menteri, Anutin pernah menjabat sebagai wakil perdana menteri, menteri dalam negeri, dan menteri kesehatan. Namanya mencuat saat ia mendorong legalisasi ganja medis. Namun, kebijakan itu menimbulkan kontroversi karena dianggap terburu-buru dan membuka celah bagi menjamurnya toko-toko ganja tanpa regulasi jelas.
Anutin menegaskan bahwa tujuannya adalah untuk keperluan medis. Akan tetapi, kekosongan hukum di awal membuat publik resah, sementara perubahan aturan yang kemudian muncul menimbulkan ketidakpastian bagi pelaku usaha kecil yang sudah terlanjur berinvestasi.
Jalan Menuju Kursi Perdana Menteri
Posisi Anutin sebagai perdana menteri lahir dari turbulensi politik Thailand. Partai terbesar, People’s Party (sebelumnya Move Forward), tidak bisa mengajukan kandidat perdana menteri setelah satu-satunya calon memenuhi syarat diblokir pengadilan. Partai terbesar kedua, Pheu Thai, juga kehilangan dua perdana menterinya akibat putusan pengadilan, termasuk Paetongtarn Shinawatra yang dicopot pekan lalu.
Dalam kondisi tersebut, Anutin menjadi kompromi politik. Ia memperoleh dukungan dari People’s Party setelah berjanji akan menggelar pemilu dalam empat bulan ke depan serta membuka kemungkinan referendum untuk mengubah konstitusi.
Meski demikian, sejumlah pengamat mempertanyakan apakah Anutin akan menepati janji-janji tersebut, mengingat rekam jejaknya yang kerap berganti-ganti aliansi.
Selepas sidang parlemen, Anutin menyampaikan tekadnya untuk bekerja keras dalam sisa waktu singkat pemerintahannya. “Saya akan bekerja sekuat tenaga, setiap hari, tanpa libur, karena waktunya tidak banyak,” ujarnya.












