Moskow – Presiden Rusia Vladimir Putin disebut tetap terbuka terhadap penyelesaian damai atas konflik di Ukraina. Namun, pihak Kremlin menegaskan bahwa harapan Amerika Serikat untuk tercapainya solusi cepat sulit dipenuhi karena rumitnya akar permasalahan yang melatarbelakangi perang.
“Presiden tetap terbuka pada metode politik dan diplomatik dalam menyelesaikan konflik ini,” kata Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, Rabu (30/4/2025).
Ia menambahkan bahwa Putin telah menunjukkan kesiapan untuk berdialog langsung dengan Ukraina. Namun hingga kini, menurut Peskov, belum ada respons dari pihak Kyiv. “Tujuan Rusia tetap harus tercapai dengan cara apa pun, tetapi kami mengutamakan pendekatan damai,” ujarnya.
Pernyataan ini muncul di tengah upaya intensif Amerika Serikat untuk mempercepat proses perdamaian. Presiden AS Donald Trump berulang kali menyatakan ingin mengakhiri “pertumpahan darah” akibat perang yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun.
Namun Washington dilaporkan mulai frustrasi karena belum ada kemajuan konkret dari pihak Rusia dan Ukraina. Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio bahkan menyatakan bahwa jika tidak ada progres berarti, AS dapat menarik diri sebagai mediator.
“Kami memahami bahwa Washington ingin melihat hasil cepat dalam proses ini,” kata Peskov dalam bahasa Inggris. Namun, seperti dikutip kantor berita TASS, Peskov menegaskan bahwa konflik ini memiliki akar penyebab yang sangat kompleks dan tidak bisa diselesaikan dalam satu malam.
Titik Beku Diplomasi
Perang di Ukraina dimulai pada Februari 2022 saat Rusia melancarkan invasi besar-besaran. Sejak itu, konflik ini menjadi yang paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia II. Barat menuding invasi tersebut sebagai bentuk ekspansi imperialis, sementara Putin menyebutnya sebagai tanggapan atas perluasan pengaruh NATO di wilayah yang dianggap sebagai zona pengaruh tradisional Rusia.
Pada Maret lalu, Putin mengaku menyambut baik proposal damai di Ukraina dari AS, tetapi menegaskan bahwa penghentian tembak-menembak belum memungkinkan karena masih ada sejumlah syarat yang belum disepakati. Untuk memperingati 80 tahun kemenangan Uni Soviet atas Nazi, Putin juga telah mengumumkan gencatan senjata selama tiga hari pada Mei mendatang.
Namun Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan bahwa langkah awal menuju perdamaian adalah kesediaan Rusia untuk melakukan gencatan senjata tanpa syarat. Hingga kini, posisi kedua negara masih sangat berjauhan.
Trump Klaim Berperan Tahan Ekspansi Rusia
Dalam pernyataan terbaru, Presiden Trump mengatakan bahwa Putin sebenarnya ingin mengakhiri perang. Ia juga mengklaim bahwa peran dirinya telah mencegah Rusia menguasai seluruh wilayah Ukraina.
“Kalau bukan karena saya, saya rasa dia ingin mengambil alih seluruh negara itu,” ujar Trump dalam wawancara, Selasa (29/4/2025).
Meski demikian, ketika ditanya apakah AS akan menghentikan bantuan militer ke Ukraina jika pembicaraan damai gagal, Trump menolak memberikan jawaban pasti.
Konflik Ukraina-Rusia terus menyita perhatian dunia internasional, terutama di tengah ketegangan geopolitik global yang belum mereda. Harapan terhadap perdamaian masih bergantung pada kemauan politik kedua pihak, serta tekanan diplomatik dari negara-negara besar.