London – Ada sesuatu yang istimewa tentang Wimbledon yang membuat Emma Raducanu tampil di level terbaiknya.
Datang ke turnamen Grand Slam di kampung halamannya dengan ekspektasi yang rendah setelah rangkaian musim lapangan rumput yang sulit, Raducanu justru menunjukkan performa luar biasa. Ia berhasil menumbangkan juara bertahan Marketa Vondrousova pada Rabu (2/7/2025), dan melaju ke babak 32 besar untuk ketiga kalinya dalam empat penampilan di All England Club.
“Saya rasa itu salah satu pertandingan terbaik yang saya mainkan dalam waktu yang lama, dan saya sangat bangga,” ujar Raducanu, 22 tahun, yang kini berada di peringkat 40 dunia. “Tapi saya juga merasa tidak melakukan sesuatu yang luar biasa, dan itu memberi saya banyak kepercayaan diri.”
Kemenangan meyakinkan atas Vondrousova mengantarkannya ke laga besar melawan petenis peringkat satu dunia, Aryna Sabalenka, di babak ketiga pada Jumat mendatang.
Perjalanan Berliku Raducanu Jelang Wimbledon
Sebelum turnamen dimulai, Raducanu secara terbuka mengaku tidak berharap banyak selama dua pekan ke depan. Ia baru saja tersingkir lebih awal di Eastbourne dan mengaku harus “lebih fokus dalam pertandingan” menjelang Wimbledon.
Raducanu juga mengungkapkan bahwa ia sempat menerima kabar pribadi yang kurang baik dan tengah berjuang menghadapi kejang punggung sejak pra-musim.
Namun, sang juara US Open 2021 tetap tampil solid di pertandingan pertamanya melawan rekan senegaranya, Mimi Xu, dan kemudian menunjukkan performa lebih tinggi saat melawan Vondrousova.
“Emma benar-benar membuktikan dirinya dalam pertandingan itu,” kata mantan petenis Inggris Annabel Croft kepada BBC Radio 5 Live. “Dia memukul bola dengan sangat bersih. Jika dia bisa mempertahankan level ini, Sabalenka akan mendapat perlawanan berat.”
Senjata Baru: Forehand dan Servis Agresif
Keunggulan Raducanu di Wimbledon tak lepas dari gaya bermainnya yang cocok dengan lapangan rumput. Pergerakannya yang luwes dan atletis memungkinkan dia untuk menyerang lawan dengan lebih agresif.
Bersama pelatihnya, Mark Petchey, Raducanu fokus mengembangkan senjata baru: forehand dan servis. Berdasarkan analisis kualitas pukulan Wimbledon, forehand Raducanu mendapat nilai 8,2 dari 10 — jauh di atas rata-rata 7,0 pada petenis tunggal putri.
“Saya pikir yang akan jadi pembeda untuk bisa naik ke puncak adalah sisi agresif dalam permainan saya,” ujarnya. “Mengambil risiko yang terukur, memulai poin lebih baik, dan memiliki senjata dari baseline maupun servis adalah kunci melawan para pemain top.”
Bermain di Kandang
Sejak berlatih kembali dengan Mark Petchey, Raducanu tampak lebih rileks dan bermain lebih bebas. Ia mengaku merasa lebih nyaman dikelilingi tim yang ia percaya dan mendapat dukungan emosional dari teman-teman terdekat.
Perjalanan Raducanu sejak kemenangannya di US Open 2021 memang penuh pasang surut, tetapi kini ia berhasil kembali ke jajaran 40 besar dunia.
Suasana “rumah” di Wimbledon juga menjadi faktor penting. Setelah mengalahkan Vondrousova, Raducanu terlihat berfoto dengan teman-temannya di balkon All England Club.
“Ini luar biasa. Semua teman saya ada di sini. Mereka adalah kekuatan saya,” katanya. “Saya benar-benar menghargai momen ini karena kami tahu betapa sulitnya menjalani tur dari minggu ke minggu.”
Dengan semangat dan kepercayaan diri yang kembali tumbuh, Emma Raducanu kini bersiap menghadapi salah satu tantangan terbesar dalam kariernya: Aryna Sabalenka.