Banyuwangi – Menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia, pemerintah desa bersama masyarakat menggelar acara Renungan dan Tasyakuran di pendopo desa Gladag, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi pada Sabtu malam (16/8/2025).
Acara yang berlangsung khidmat ini menjadi salah satu agenda rutin tahunan yang digelar setiap menjelang detik-detik proklamasi. Puluhan warga dari berbagai lapisan masyarakat tampak hadir, mulai dari perangkat desa, BPD, LPMD, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan pemuda.
Mereka duduk beralas tikar dalam suasana penuh kebersamaan, menyatu tanpa sekat, sebagai wujud persaudaraan dan kecintaan terhadap tanah air. Acara dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an yang menambah khidmat suasana malam renungan.
Selanjutnya, doa bersama dipanjatkan untuk arwah para pahlawan bangsa yang telah gugur dalam memperjuangkan kemerdekaan. Harapan juga dipanjatkan agar bangsa Indonesia senantiasa diberi keberkahan, dijauhkan dari segala bencana, serta terus maju dan berkembang di usia kemerdekaannya yang ke-80 ini.
Dalam sambutannya, Kepala Desa Gladag, A. Chaidir Sidqi menyampaikan rasa syukur sekaligus pesan penting kepada warganya. Ia menegaskan bahwa kemerdekaan yang diraih pada tahun 1945 bukanlah hadiah, melainkan buah dari perjuangan panjang para pahlawan. Oleh karena itu, generasi saat ini memiliki kewajiban untuk menjaga dan mengisi kemerdekaan dengan karya nyata.
“Kemerdekaan adalah anugerah terbesar yang diwariskan oleh para pahlawan. Kita sebagai penerus tidak boleh hanya menikmati hasilnya, tetapi harus mampu mengisi dengan pembangunan, persatuan, serta semangat gotong royong demi masa depan bangsa yang lebih baik,” tegasnya.
Selain doa bersama, acara juga diisi dengan tausiyah singkat dari tokoh agama yang menekankan pentingnya meneladani semangat juang para pahlawan. Nilai keikhlasan, pengorbanan, dan keberanian harus terus diwariskan kepada generasi muda agar mereka memiliki rasa cinta tanah air yang kuat dan tidak mudah tergerus arus zaman.
Suasana semakin terasa hangat dan penuh makna ketika acara ditutup dengan ramah tamah dan saling bersalaman antarwarga. Momentum ini menjadi simbol nyata persatuan, di mana semua elemen masyarakat berkumpul tanpa membedakan status sosial, duduk bersama dengan tujuan yang sama: mengenang jasa pahlawan dan mensyukuri nikmat kemerdekaan.
Bagi masyarakat, kegiatan renungan dan tasyakuran seperti ini bukan sekadar seremonial tahunan. Lebih dari itu, acara ini menjadi sarana untuk menanamkan nilai nasionalisme, mempererat silaturahmi, serta memperkuat rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmat kemerdekaan yang hingga kini masih bisa dirasakan.
Dengan penuh semangat, warga berharap agar Indonesia di usia ke-80 tahun kemerdekaannya semakin maju, damai, dan sejahtera. Mereka juga berharap kegiatan ini tetap dilestarikan sebagai warisan bagi generasi berikutnya agar semangat perjuangan tidak pernah pudar.







