London – Jannik Sinner mencatatkan namanya dalam sejarah tenis dunia setelah berhasil menaklukkan juara bertahan Carlos Alcaraz dalam final Wimbledon 2025, Minggu (13/7/2025), di Centre Court, All England Club, London. Petenis nomor satu dunia itu menang empat set 4-6, 6-4, 6-4, 6-4 dan menjadi petenis Italia pertama yang menjuarai tunggal putra Wimbledon.
Kemenangan ini menjadi pelipur lara bagi Sinner yang lima pekan sebelumnya harus merelakan gelar juara Roland Garros melayang ke tangan Alcaraz. Namun di Wimbledon, Sinner tampil dengan ketenangan luar biasa, mengubur bayang-bayang kekalahan pahit di Paris dan menuntaskan misinya dengan sempurna.
“Saat masih kecil, ini hanya mimpi bagi saya, karena rasanya terlalu jauh dari tempat saya berasal,” ujar Sinner, pria asal kawasan pegunungan Dolomites, Italia. “Kekalahan di Paris sangat menyakitkan secara emosional, jadi saya sangat senang bisa tetap tenang hari ini. Ini perasaan yang luar biasa.”
Suksesi Takhta di Bawah Sorotan Kerajaan
Raja Felipe VI dari Spanyol menyaksikan langsung dari Royal Box saat Alcaraz mencoba mempertahankan mahkota Wimbledon untuk ketiga kalinya secara beruntun. Namun, meski sempat menyelamatkan satu match point, kali ini tidak ada ruang untuk comeback. Sinner menyegel gelar dengan servis keras tak terjangkau yang disambut sorakan meriah penonton.
Alih-alih selebrasi berlebihan, Sinner hanya mengangkat tangan ke langit, lalu menghampiri Alcaraz untuk bersalaman. Ia kemudian segera menuju bangku timnya untuk merayakan kemenangan bersejarah itu secara sederhana.
Ini merupakan gelar Grand Slam keempat Sinner, setelah sebelumnya ia menjuarai Australia Open dua kali dan US Open sekali. Gelar ini juga menjadi yang pertama sejak ia menjalani skorsing singkat karena pelanggaran doping tak disengaja. Zat terlarang tersebut masuk ke tubuhnya melalui terapi fisik dari tim pendukung.
Pertarungan Dua Raja Masa Depan
Pertemuan dua pemain muda ini membuktikan bahwa rivalitas Sinner dan Alcaraz akan mendominasi dunia tenis dalam beberapa tahun ke depan. Sejak awal 2024, keduanya menguasai semua gelar Grand Slam: empat untuk Sinner dan tiga untuk Alcaraz.
Meski Alcaraz unggul dalam rekor pertemuan sebelumnya 8-4 dan menang dalam lima pertemuan terakhir, Sinner menunjukkan permainan yang jauh lebih matang dan konsisten. Ia tak goyah meski kehilangan set pertama, dan mampu menembus pertahanan lawannya dengan kombinasi pukulan keras dan pengembalian cepat.
“Saya pikir, setiap kali kami bermain, level pertandingan selalu sangat tinggi,” kata Alcaraz seusai pertandingan. “Rivalitas ini memacu saya untuk berlatih lebih keras setiap hari. Untuk mengalahkan Jannik, saya harus berada di level terbaik saya.”
Laga yang Sarat Tekanan
Meskipun kurang menghadirkan drama seperti di Paris, laga kali ini tetap menyuguhkan pertandingan tenis berkualitas tinggi. Sinner sempat terganggu insiden aneh ketika gabus sampanye mendarat di lapangan saat set kedua. Namun hal itu tak mematahkan konsentrasinya.
Poin-poin penting dikuasai Sinner, termasuk ketika ia menghindari break di game kedelapan set keempat dan kemudian menutup pertandingan dengan servis gemilang di angka 5-4.
Sementara itu, di partai final ganda putri, pasangan unggulan kedelapan Veronika Kudermetova dan Elise Mertens sukses menaklukkan Hsieh Su-wei dan Jelena Ostapenko dengan skor 3-6, 6-2, 6-4.












