MANCHESTER, 5 Oktober 2025 – Suporter Manchester United menunjukkan selera humor mereka saat kiper anyar Senne Lammens menjalani debut nya di Old Trafford. Teriakan “Are you Schmeichel in disguise?” menggema dari Stretford End, seolah membandingkan kiper berusia 23 tahun itu dengan legenda klub, Peter Schmeichel.
Padahal, Lammens baru mengantongi satu musim penuh bermain di level senior bersama Royal Antwerp sebelum pindah ke United pada tenggat bursa transfer musim panas dengan nilai £18,1 juta. Namun, atmosfer di Old Trafford pada laga kontra Sunderland itu mencerminkan betapa rendahnya ekspektasi publik terhadap posisi penjaga gawang setelah inkonsistensi Altay Bayindir dan Andre Onana.

Debut dengan Catatan Positif
Lammens mengemas clean sheet pertamanya musim ini meski tidak sepenuhnya dengan catatan sempurna. Aksinya keluar jauh dari gawang pada babak kedua untuk berebut bola dengan Bertrand Traore dan Bruno Fernandes nyaris berbuah petaka. Beruntung, Traore justru mendapat kartu kuning karena dianggap diving.
Meski begitu, dua penyelamatan penting Lammens menjadi sorotan. Ia menepis tendangan jarak jauh Granit Xhaka yang mengarah ke pojok bawah gawang, lalu menggagalkan peluang satu lawan satu Chemsdine Talbi dengan kakinya. Aksi tersebut menonjolkan kepercayaan diri dan refleks cepat yang belakangan jarang terlihat di bawah mistar United.
Pelatih Ruben Amorim mengakui keputusan menunggu empat pertandingan sebelum memainkan Lammens adalah strategi matang. “Dia perlu adaptasi. Tekanan media terhadap kiper di sini besar, jadi kami menyiapkannya agar siap tampil di laga pertama,” ujarnya.
Statistik menunjukkan perbedaan mencolok gaya permainan. Opta mencatat 86,4 persen dari 44 umpan Lammens berbentuk bola panjang, jauh di atas rata-rata 56,5 persen Bayindir musim ini. Sunderland bahkan mengaku kesulitan meredam strategi tersebut. “Mustahil menghentikannya jika mereka bermain direct,” kata pelatih Regis Le Bris.
Tantangan Berikutnya
Meski debut Lammens memberi angin segar, tantangan berat menanti. United akan bertandang ke markas Liverpool pada 19 Oktober sebelum menjamu Brighton di Old Trafford. Amorim sendiri masih berada di bawah tekanan besar setelah performa tim yang naik-turun.
Kemenangan atas Sunderland memperpanjang rekor positif United menjadi tiga laga kandang beruntun — pertama kali dalam lebih dari dua tahun — serta membuka peluang finis di paruh atas klasemen sebelum jeda internasional.
Namun, Amorim menyadari konsistensi adalah kunci. “Kami tahu frustrasi terbesar adalah tidak melihat tim yang sama saat main di kandang dan tandang,” ujarnya.
Gelandang Mason Mount menegaskan dukungan para pemain untuk Amorim tetap solid. “Kami tidak ingin berganti pelatih terus-menerus,” kata Mount. Amorim berharap kesolidan itu diterjemahkan menjadi kerja keras di lapangan.