Menu

Mode Gelap
Kejagung Tetapkan Nadiem Makarim Tersangka Korupsi Laptop Chromebook Gempa Dahsyat di Afghanistan Tewaskan Lebih dari 800 Orang Sejumlah Politisi Nasdem, PAN, dan Golkar Dicopot dari DPR Usai Demo Besar Taylor Swift dan Travis Kelce Umumkan Tunangan Siapa Anggota DPR yang Usulkan Gerbong Khusus Perokok? KAI Tegas Tolak Terkontaminasi Radioaktif, Kemendag Hentikan Ekspor Udang Indonesia ke AS

Internasional

Trump Mediasi Kamboja dan Thailand, Sepakat Bahas Gencatan Senjata

badge-check


					Pengungsi Thailand di tempat penampungan sementara di Provinsi Sisaket, Thailand. Sabtu, 26 Juli 2025. (foto: REUTERS/Athit Perawongmetha) Perbesar

Pengungsi Thailand di tempat penampungan sementara di Provinsi Sisaket, Thailand. Sabtu, 26 Juli 2025. (foto: REUTERS/Athit Perawongmetha)

Washington – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengambil langkah inisiatif untuk melakukan mediasi atas konflik Thailand dan Kamboja. Pada Sabtu (26/7/2025), Ia mengumumkan bahwa para pemimpin Kamboja dan Thailand telah sepakat untuk segera bertemu guna membahas gencatan senjata setelah tiga hari bentrokan mematikan di sepanjang perbatasan kedua negara.

Dalam serangkaian unggahan di media sosial saat berkunjung ke Skotlandia, Trump mengatakan telah berbicara langsung dengan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet dan Perdana Menteri sementara Thailand Phumtham Wechayachai. Ia memperingatkan bahwa AS tidak akan membuat kesepakatan dagang dengan salah satu negara jika konflik berlanjut.

“Kedua pihak sedang mengusahakan gencatan senjata dan perdamaian segera,” tulis Trump, sembari merinci upaya diplomatiknya yang sedang berlangsung.

Phumtham, melalui unggahan di Facebook, menyatakan terima kasih atas mediasi Trump dan menyebut Thailand “pada prinsipnya setuju untuk melaksanakan gencatan senjata” namun menginginkan “itikad baik dari pihak Kamboja.” Ia juga meminta Trump untuk menyampaikan kepada pihak Kamboja bahwa Thailand siap menggelar dialog bilateral secepat mungkin.

Korban Tewas Capai Lebih dari 30 Orang

Pertempuran yang terus berlanjut hingga Sabtu pagi telah menewaskan lebih dari 30 orang dan lebih dari 130.000 warga mengungsi. Insiden ini adalah konflik terburuk antara kedua negara dalam 13 tahun terakhir.

Bentrok terbaru terjadi di Provinsi Trat, Thailand, dan Pursat, Kamboja — titik konflik baru yang berjarak lebih dari 100 kilometer dari lokasi bentrok sebelumnya.

Thailand melaporkan tujuh tentara dan 13 warga sipil tewas, sementara Kamboja mencatat lima tentara dan delapan warga sipil meninggal dunia sejak awal bentrokan.

Titik-titik lokasi bentrokan terbaru di perbatasan Thailand dan Kamboja. (foto: REUTERS)

PBB dan ASEAN Serukan Gencatan Senjata

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyampaikan keprihatinan mendalam atas eskalasi konflik tersebut. Ia juga menyerukan kedua belah pihak untuk segera menyepakati gencatan senjata serta menyelesaikan sengketa melalui dialog.

“Guterres mengutuk hilangnya nyawa yang tragis dan tidak perlu, dan siap membantu setiap upaya menuju penyelesaian damai,” ujar juru bicara PBB, Farhan Haq.

Sementara itu, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim selaku Ketua ASEAN mengatakan pihaknya terus mendorong usulan gencatan senjata. Kamboja mendukung rencana Anwar, sementara Thailand menyatakan setuju secara prinsip.

Konflik Perbatasan dan Tarik-Ulur Diplomatik

Kamboja dan Thailand telah lama berselisih soal batas wilayah sepanjang 817 kilometer yang belum sepenuhnya ditetapkan, terutama terkait kepemilikan kuil kuno Hindu Ta Moan Thom dan Preah Vihear.

Pada 1962, Mahkamah Internasional memutuskan Preah Vihear menjadi milik Kamboja. Namun ketegangan kembali meningkat pada 2008 setelah Kamboja mencoba mendaftarkan situs tersebut sebagai Warisan Dunia UNESCO. Langkah ini memicu bentrokan berdarah dalam beberapa tahun berikutnya.

Pada Juni lalu, Kamboja mengatakan telah meminta Mahkamah Internasional menyelesaikan sengketa tersebut. Namun Thailand menolak yurisdiksi pengadilan tersebut dan lebih memilih jalur bilateral.

Mediasi Trump dan Kesepakatan Tarif Thailand Kamboja

Trump, yang sedang mengupayakan kesepakatan dagang bilateral dengan berbagai negara sebelum 1 Agustus, menyatakan dirinya akan menunda kesepakatan dengan Thailand dan Kamboja jika konflik tidak segera diselesaikan.

“Kalau semua selesai dan perdamaian tercapai, saya baru akan menyelesaikan kesepakatan dagang dengan keduanya!” ujar Trump.

Namun, analis Asia Tenggara Gregory Poling dari Center for Strategic and International Studies mengingatkan bahwa pendekatan Trump bisa jadi kontraproduktif.

“Baik Kamboja maupun Thailand — atau publik mereka — tidak akan menyukai ancaman yang menggunakan perdagangan sebagai alat tekanan. Dan jika gencatan senjata tercapai tapi kesepakatan dagang tidak kunjung datang, itu bisa dianggap sebagai pengkhianatan dari AS,” ujarnya.

Sampai saat ini, Gedung Putih belum merinci kapan dan di mana pertemuan antara kedua pemimpin akan digelar. Kedutaan Besar Thailand dan Kamboja di Washington juga belum memberikan tanggapan resmi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Tragedi Rio de Janeiro: Operasi Polisi Tewaskan 121 Orang

31 Oktober 2025 - 08:32 WIB

Operasi polisi di Rio de Janeiro menewaskan 121 orang, menjadikannya yang paling mematikan dalam sejarah Brasil.

Pencurian Mahkota Kerajaan di Louvre Prancis, Pakar Sebut Barang Curian Akan Hilang Selamanya

22 Oktober 2025 - 09:22 WIB

Pencurian mahkota Kerajaan di Louvre jadi aib nasional Prancis. Polisi buru geng spesialis perhiasan lintas Eropa.

Industri Film Dunia Tetap Melaju di Tengah Ancaman Tarif Trump

19 Oktober 2025 - 10:29 WIB

Ancaman tarif 100 persen dari Donald Trump tak hentikan produksi global seperti Star Wars: Starfighter. Industri film tetap melaju.

Aksi ‘No Kings’ di AS, Ribuan Warga Protes Kebijakan Trump

19 Oktober 2025 - 07:59 WIB

Ribuan warga AS turun ke jalan dalam aksi No Kings memprotes kebijakan Donald Trump yang dinilai mengancam demokrasi dan kebebasan sipil.

Tercatat Sejarah: Trump Umumkan Perang Gaza Berakhir

14 Oktober 2025 - 08:34 WIB

Hamas bebaskan sandera terakhir, Trump nyatakan perang Gaza berakhir. Dunia sambut babak baru perdamaian Timur Tengah.
Trending di Internasional