Paris – Upaya diplomatik Amerika Serikat untuk mengakhiri perang Rusia Ukraina menghadapi hambatan signifikan pekan ini. Para pejabat Ukraina dan Eropa menolak sejumlah poin dalam proposal Washington, dan mengajukan serangkaian usulan tandingan. Perselisihan itu mencakup isu-isu sensitif mulai dari pengakuan wilayah hingga mekanisme sanksi terhadap Rusia.
Dua dokumen yang berbeda, berasal dari pertemuan diplomatik tertutup di Paris pada 17 April dan London pada 23 April, mengungkap ketegangan dalam pembahasan. Proposal awal disampaikan oleh utusan Presiden AS Donald Trump, Steve Witkoff, sementara dokumen tandingan dirumuskan dalam pertemuan Ukraina dan perwakilan Eropa di London.
Perbedaan Tajam dalam Proposal Damai
Dalam dokumen pertama yang disebut sebagai “tawaran final dari Amerika Serikat”, AS mengusulkan pengakuan resmi atas aneksasi Krimea oleh Rusia serta pengakuan de facto atas wilayah selatan dan timur Ukraina yang kini dikuasai Moskow. Sebaliknya, dokumen tandingan dari Eropa dan Ukraina menunda pembahasan soal wilayah hingga setelah gencatan senjata tercapai, tanpa menyebut pengakuan atas kendali Rusia di wilayah mana pun.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menegaskan sikapnya pada Kamis (24/4/2025), bahwa Kyiv tidak akan pernah mengakui Krimea sebagai milik Rusia. Pernyataan ini memicu kritik dari Trump, yang dalam wawancaranya dengan Time menyatakan bahwa “Krimea akan tetap bersama Rusia” dan bahwa ia tidak yakin Ukraina bisa bergabung dengan NATO.
Jaminan Keamanan dan Keanggotaan NATO
Soal keamanan jangka panjang, versi AS menawarkan “jaminan keamanan kuat” dari negara-negara sahabat Eropa, namun dengan syarat bahwa Ukraina tidak akan bergabung dengan NATO.
Sebaliknya, dokumen tandingan Ukraina dan Eropa lebih tegas, menyatakan tidak ada batasan pada kekuatan militer Ukraina dan membuka kemungkinan penempatan pasukan asing dari negara sekutu di tanah Ukraina. Bahkan, mereka mengusulkan mekanisme jaminan mirip Pasal 5 NATO.
Sanksi dan Kompensasi Ekonomi
Perbedaan mencolok juga muncul dalam hal ekonomi. Proposal Witkoff mencantumkan pencabutan sanksi AS yang diberlakukan sejak 2014 terhadap Rusia sebagai bagian dari kesepakatan damai. Namun, usulan Eropa dan Ukraina mengusulkan pelonggaran bertahap setelah perdamaian tercapai secara berkelanjutan, dan penjatuhan ulang sanksi jika Rusia melanggar perjanjian.
Terkait kompensasi, dokumen Ukraina menyebut bahwa dana pemulihan harus bersumber dari aset Rusia yang dibekukan di luar negeri, sementara dokumen AS hanya menyebut kompensasi tanpa merinci sumbernya.
Tekanan Diplomatik dan Kunjungan ke Moskow
Witkoff dilaporkan tiba di Moskow pada Jumat (25/4/2025) untuk bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin, memperkuat kesan bahwa Washington ingin mempercepat proses damai.
Beberapa diplomat Eropa menyatakan kekhawatiran bahwa tekanan terhadap delegasi AS untuk mencapai kemajuan, telah menimbulkan kekhawatiran bahwa Ukraina dan Eropa akan didorong ke arah kompromi yang prematur.
Meski begitu, Zelenskiy menyebut pembicaraan di London sebagai “konstruktif”, walau tidak mudah. Pertemuan itu menghasilkan dokumen baru yang kini disebut-sebut telah berada di meja Presiden Trump.
Diplomasi ini menandai upaya paling serius sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai pada Februari 2022. Saat ini, hampir seperlima wilayah Ukraina masih berada di bawah kendali pasukan Rusia.