KYIV – Panglima militer Ukraina, Jenderal Oleksandr Syrskyi, menyatakan bahwa pasukan Kyiv kini telah kuasai sekitar 90 kilometer persegi wilayah di Distrik Hlushkov, wilayah Kursk, Rusia. Klaim ini menandai perkembangan signifikan dalam konflik yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun ini.
Dalam pernyataan resminya pada Minggu (22/6/2025), Syrskyi mengatakan penguasaan wilayah ini merupakan bagian dari tindakan pre-emptive untuk mencegah potensi serangan musuh. Ia tidak merinci lebih lanjut soal operasi yang sedang berlangsung.
“Ada sekitar 10.000 tentara Rusia yang kini bertahan di wilayah Kursk. Namun, dengan menguasai wilayah ini, kami berhasil menahan mereka agar tidak diperbantukan ke Donetsk, tempat pertempuran paling sengit terjadi,” ujarnya.
Front Timur Masih Panas
Menurut laporan militer Ukraina, garis depan yang membentang sepanjang 1.200 kilometer tetap berada dalam kondisi sulit. Di kawasan timur dan utara Ukraina, tekanan dari pasukan Rusia terus meningkat. Meski demikian, Ukraina mengklaim telah berhasil menahan serangan ke wilayah perbatasan Dnipropetrovsk pekan lalu.
Militer Ukraina juga menyatakan bahwa Rusia mengalami kerugian besar akibat serangan-serangan oleh kelompok kecil. Meskipun, Rusia juga berhasil mencatat kemajuan pesat di bulan Mei dan Juni.
Perang Udara dan Inovasi Pertahanan
Sementara itu, Rusia terus melancarkan serangan udara dengan drone dan rudal ke kota-kota Ukraina yang jauh dari garis depan. Untuk merespons hal ini, Ukraina terus mengembangkan sistem pertahanan udaranya.
Militer Ukraina menyebut bahwa mereka saat ini mampu menembak jatuh sekitar 82 persen drone tipe Shahed milik Rusia. Namun, Kyiv mengakui masih membutuhkan lebih banyak sistem rudal pertahanan udara untuk melindungi infrastruktur vital dan wilayah sipil.
Selain itu, Ukraina juga tengah mengembangkan kemampuan pertahanan udara berbasis pesawat ringan dan drone interceptor untuk menghadapi gelombang serangan drone yang bisa mencapai ratusan unit dalam satu waktu.
Serangan Balasan Jarak Jauh
Ukraina juga terus mengandalkan kemampuan serangan jarak jauh untuk menghantam target-target ekonomi dan militer Rusia. Antara Januari hingga Mei 2025, Ukraina mengklaim telah menyebabkan kerugian langsung senilai lebih dari 1,3 miliar dolar AS terhadap industri kilang minyak, produksi bahan bakar, energi, logistik, serta komunikasi strategis Rusia.
Tidak hanya itu, Kyiv menyebut telah menimbulkan kerugian tidak langsung hingga 9,5 miliar dolar AS akibat gangguan rantai pasok, penghentian operasional perusahaan, dan disrupsi logistik di dalam negeri Rusia.
Belum dipastikan apakah kerusakan akibat operasi “Jaring Laba-Laba” — yang menurut Ukraina menghancurkan sejumlah pesawat tempur Rusia — termasuk dalam perhitungan tersebut. Operasi itu sendiri diklaim telah menimbulkan kerugian finansial besar bagi Moskow.
Ancaman Baru di Dalam Negeri Rusia
Dengan Ukraina kini memperluas serangan hingga ke wilayah Rusia, konflik dipastikan memasuki fase baru yang lebih tidak terduga. Penguasaan wilayah di perbatasan Kursk menjadi simbol bahwa medan perang tidak lagi hanya terbatas pada wilayah Ukraina.
Moskow belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait klaim Ukraina ini. Namun jika terkonfirmasi, maka ini merupakan kemajuan simbolis dan strategis besar bagi Kyiv di tengah tekanan militer yang semakin berat.