Banyuwangi – Cristiano Ronaldo sudah 40 tahun. Tapi siapa yang bisa menghentikannya? Ia masih saja jadi mesin gol di Liga Pro Arab Saudi. Lewis Hamilton juga tak kalah gahar. Usianya sama, tapi ambisinya belum surut: memburu gelar juara dunia Formula 1 yang kedelapan. Dan LeBron James? Ia malah mencetak sejarah sebagai pemain NBA pertama dengan 50.000 poin sepanjang kariernya.
Zaman dulu, di usia segini, atlet-atlet sudah banyak yang gantung sepatu. Sekarang? Mereka masih berjaya. Apa rahasianya?
Seperti Menyiram Api dengan Bensin
Banyak faktor yang membuat mereka tetap prima. Pola makan yang lebih sehat, mental yang lebih kuat, fasilitas pemulihan yang makin canggih.
Dr. Marc Bubbs, ahli nutrisi asal Kanada, menyebutnya “seperti menyiram api dengan bensin.” Artinya? Semua faktor itu membuat performa atlet makin membara. “Mereka seharusnya lebih sering cedera, tapi justru tidak,” katanya kepada Reuters.
Lihat saja Hamilton. Ia memilih pola makan nabati tinggi serat. Novak Djokovic juga demikian. Sejak beralih ke diet bebas gluten, performanya makin stabil. “Tiba-tiba tubuh saya bekerja seperti seharusnya,” tulisnya dalam buku Serve to Win.
Di lapangan hijau, tren ini makin nyata. Pada 2020, jumlah pemain berusia di atas 35 tahun di lima liga top Eropa untuk pertama kalinya tembus 100 orang. Bandingkan dengan tahun 1980, yang hanya ada 12 pemain.
Uang dan Teknologi
Tak hanya fisik. Uang juga berbicara. Dengan pendapatan selangit, para atlet punya alasan kuat untuk terus bermain. Klub-klub pun tak ragu menggelontorkan dana besar demi menjaga performa mereka.
Lihat NBA. Cleveland Cavaliers berencana membangun fasilitas latihan baru senilai 3,5 miliar dolar AS. Detroit Pistons sudah lebih dulu menghabiskan 90 juta dolar AS untuk pusat rehabilitasi. Tak ada lagi cerita pemain hanya mengandalkan es batu untuk pemulihan seperti di era 80-an.
LeBron James contohnya. Ia menggunakan terapi oksigen hiperbarik untuk mempercepat pemulihan tubuhnya. “Lingkungan sangat menentukan kebiasaan seseorang,” ujar Bubbs.
Efeknya? Para atlet kini menantang batas usia. “Kita sedang menyaksikan efek Bannister,” kata Steven Kotler, pakar kinerja manusia asal AS. Ia merujuk pada Roger Bannister, yang dulu dianggap mustahil berlari satu mil di bawah empat menit—sampai akhirnya ia memecahkannya pada 1954.
Kini, batas baru telah lahir. Usia bukan lagi halangan. Yang penting, tubuh dirawat dengan benar. Dan motivasi tetap menyala!