Banyuwangi – Gelombang video dari para produsen dan pemasok di China tengah viral di TikTok sejak dua hari yang lalu, mengungkap proses produksi barang-barang mewah yang selama ini dikenal berasal dari Eropa atau Amerika Serikat. Video-video tersebut memperlihatkan pembuatan produk seperti tas, sepatu, dan pakaian dari merek-merek ternama, serta membongkar biaya produksi yang jauh lebih rendah dibandingkan harga jual di pasar global.
Salah satu video yang ramai dibicarakan berasal dari akun TikTok @siniatrujillo999, yang menunjukkan proses pembuatan tas mewah di pabrik China. Dalam video tersebut, disebutkan bahwa biaya produksi tas tersebut hanya sekitar 100 dolar AS, sementara harga jualnya bisa mencapai ribuan dolar AS di butik-butik mewah. Video ini telah ditonton jutaan kali dan memicu diskusi luas di kalangan pengguna TikTok.
Fenomena ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan antara AS dan China. Pemerintah AS baru-baru ini memberlakukan tarif impor sebesar 145% terhadap produk-produk dari China, yang kemudian dibalas oleh China dengan tarif 125% terhadap produk-produk dari AS.
Dalam konteks ini, para produsen di China memanfaatkan TikTok untuk mempromosikan produk mereka secara langsung kepada konsumen global, dengan menekankan kualitas dan harga yang lebih terjangkau.
Menurut laporan Business Insider, para produsen dan pemasok di China menggunakan TikTok untuk menyoroti kualitas produk buatan China dan bagaimana biaya tambahan dari tarif akan dibebankan kepada konsumen. Beberapa bahkan membagikan metode untuk meminimalkan biaya impor secara legal.
Sementara itu, laporan dari Yahoo Finance menyebutkan bahwa para pemasok di China tidak hanya memamerkan proses produksi, tetapi juga menawarkan produk-produk seperti pakaian olahraga dan sepatu kepada konsumen global melalui TikTok. Mereka menyoroti bahwa banyak produk dari merek-merek ternama sebenarnya diproduksi di pabrik-pabrik di China.
Fenomena ini juga memicu diskusi di platform lain seperti Reddit, di mana pengguna membahas praktik produksi merek-merek mewah yang memanfaatkan pabrik di negara-negara seperti China dan India untuk tahap produksi awal, sebelum menyelesaikan produk di Eropa agar dapat diberi label “Made in France” atau “Made in Italy”.
Dalam hal ini, konsumen, terutama dari generasi muda seperti Gen Z, semakin tertarik pada transparansi dalam proses produksi dan asal-usul produk. Mereka mulai mempertanyakan nilai dari merek dan label, serta mencari alternatif yang lebih terjangkau namun tetap berkualitas.
Ungkap Harga Produksi
Video-video ini memancing perhatian publik karena membongkar realita di balik harga fantastis barang mewah. Para produsen memperlihatkan tas kulit, sepatu, hingga aksesori premium yang dibuat di pabrik-pabrik di Guangzhou dan Shenzhen—wilayah yang dikenal sebagai pusat manufaktur global.
Tak hanya menunjukkan proses produksi, para pekerja juga mengungkap biaya pembuatan yang jauh di bawah harga jual ritel.
Misalnya, sebuah tas kulit model serupa dengan merek Eropa ternama disebut hanya memerlukan biaya produksi sekitar USD 45–60 (setara Rp 700.000–950.000).
Namun, di butik resmi atau outlet mall, tas tersebut dijual dengan harga hingga USD 2.500 atau sekitar Rp 40 juta.
Perbandingan serupa juga terlihat pada sepatu dan dompet:
- Sepatu kulit pria: Biaya produksi sekitar USD 30–50, harga ritel di outlet bisa mencapai USD 900–1.200.
- Dompet kulit wanita: Diproduksi dengan biaya USD 15–20, namun dijual seharga USD 600–800 di gerai resmi.
Para produsen menyebut praktik ini sebagai bagian dari “white label manufacturing” atau OEM (Original Equipment Manufacturer), di mana pabrik China memproduksi barang sesuai permintaan merek internasional, lengkap dengan spesifikasi desain, namun dijual kembali dengan markup besar di negara tujuan.
Dalam beberapa video, produsen bahkan secara terbuka mengajak konsumen untuk membeli langsung dari mereka melalui platform e-commerce China seperti 1688, Taobao, dan Pinduoduo, dengan iming-iming kualitas setara dan harga yang jauh lebih murah.
Fenomena ini menuai reaksi beragam. Sebagian warganet merasa “terbuka matanya” atas realita industri fesyen mewah. Namun sebagian lain tetap menilai bahwa membeli barang bermerek bukan hanya soal kualitas, tetapi juga pengalaman, brand value, dan layanan purna jual.
Dengan semakin banyaknya informasi yang tersedia melalui platform seperti TikTok, konsumen kini memiliki akses langsung untuk memahami proses di balik produk-produk yang mereka beli. Hal ini berpotensi mengubah lanskap industri barang mewah dan mempengaruhi keputusan pembelian di masa depan.