Kerala, India – Pemerintah negara bagian Kerala tetap pada keputusannya untuk melaksanakan Zumba harian di lebih dari 14.000 sekolah negeri sebagai bagian dari kampanye anti-narkoba. Mereka tetap menjalankan kebijakan ini meskipun mendapat protes keras dari sejumlah kelompok agama Hindu dan Muslim.
Langkah ini merupakan bagian dari strategi pemerintah untuk memerangi peningkatan penggunaan narkoba di kalangan pelajar. Selain kelas Zumba, kampanye tersebut juga mencakup peningkatan pengawasan di sekitar sekolah, program rehabilitasi, serta kampanye penyadaran bahaya narkoba.
Penolakan dari Kelompok Agama
Namun, penambahan Zumba ke dalam kurikulum sekolah menuai kritik tajam dari kelompok-kelompok keagamaan di India. Mereka menilai Zumba adalah bentuk “invasi budaya” yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral dan kepercayaan mereka.
Salah satu penentang utama, Samstha Kerala Jamiyyathul Ulema—organisasi ulama Muslim yang berpengaruh di negara bagian itu—mengecam keras kegiatan ini. Juru bicaranya, Nasar Faizy Koodathai, menyatakan bahwa kelas Zumba yang melibatkan siswa laki-laki dan perempuan menari bersama dalam pakaian ketat adalah hal yang “tidak pantas”.
“Zumba bertentangan dengan nilai-nilai moral India. Ini seharusnya tidak diterima di lingkungan pendidikan,” katanya lebih lanjut.
Nada serupa juga muncul dari Bharatiya Vichara Kendram, organisasi pemikir kanan Hindu. Direktur lembaga tersebut, R Sanjayan, menyebut Zumba sebagai “produk asing” yang dipaksakan kepada siswa dengan dalih pemberantasan narkoba.
“Ada motif tersembunyi di balik promosi budaya asing seperti Zumba. Pemerintah seharusnya melindungi tradisi lokal, bukan mengabaikannya,” katanya dalam pernyataan tertulis.
Klarifikasi Pemerintah
Namun pemerintah Kerala menolak seluruh tuduhan itu. Menteri Pendidikan negara bagian, V Sivankutty, menegaskan bahwa program ini bersifat sukarela dan tidak ada unsur pemaksaan.
“Yang protes ini justru lebih berbahaya daripada masalah narkoba itu sendiri,” ujarnya.
Sivankutty menambahkan bahwa pelaksanaan kelas Zumba akan mempertimbangkan kenyamanan guru dan siswa. Semua sesi akan berjalan dalam seragam sekolah untuk menghindari potensi kekhawatiran terkait pakaian.
“Tujuan kami semata-mata adalah menanamkan kebiasaan sehat di kalangan anak-anak,” tambahnya. “Olahraga ringan seperti Zumba dapat meningkatkan kesehatan mental dan fisik serta mendukung perkembangan akademik dan kepribadian siswa.”
Meski gelombang protes telah mereda dalam beberapa hari terakhir, penolakan terhadap kebijakan ini masih terus berlangsung. Namun pemerintah menyatakan tidak akan menarik kembali program tersebut dan menyerukan agar pendidikan tidak dicampuradukkan dengan dogma keagamaan.












