Gaza – Sedikitnya 140 warga Palestina tewas akibat tembakan dan serangan udara Israel di Jalur Gaza dalam 24 jam terakhir, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza pada Rabu (18/6/2025). Jumlah korban ini mencakup warga sipil yang tewas saat mencoba mendapatkan bantuan pangan di tengah konflik yang terus berkecamuk.
Serangan terbaru ini terjadi saat perhatian dunia mulai beralih ke konflik udara antara Israel dan Iran, membuat warga Gaza merasa penderitaan mereka “dilupakan”.
Tewas Saat Mengejar Bantuan
Sebanyak 14 orang tewas akibat tembakan Israel saat menunggu truk bantuan dari PBB di sepanjang jalan Salahuddin, wilayah tengah Gaza. Insiden ini terjadi di tengah antrean pengungsi yang mencoba mendapatkan makanan.
Militer Israel (IDF) menyatakan bahwa pasukannya telah memberikan peringatan bahwa wilayah tersebut adalah zona pertempuran aktif, dan individu yang mendekat dianggap sebagai ancaman. IDF mengklaim telah melepaskan tembakan peringatan dan tidak mengetahui adanya korban luka.
Sementara itu, serangan udara lainnya di kamp pengungsi Maghazi, lingkungan Zeitoun, dan Gaza City menewaskan 21 orang. Serangan di kamp darurat di Khan Younis, selatan Gaza, menewaskan lima orang.
“Darah Mengotori Karung Tepung”
Warga Gaza menggambarkan situasi yang semakin putus asa. “Orang-orang dibunuh siang dan malam, tapi perhatian dunia sekarang hanya ke perang Israel-Iran,” kata Adel, warga Gaza. “Siapa yang tidak mati karena bom, mati karena kelaparan. Darah mereka mengotori karung tepung yang mereka pikir bisa menyelamatkan mereka.”
Terhitung sejak pengiriman bantuan mulai berjalan pada akhir Mei, lebih dari 397 warga tewas dan 3.000 lainnya terluka saat mencoba mendapatkan makanan, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
PBB Kritik Distribusi Bantuan
Israel kini menyalurkan bantuan melalui kelompok baru bentukan AS dan Israel, Gaza Humanitarian Foundation (GHF), dengan melibatkan perusahaan keamanan dan logistik swasta dari AS. Namun distribusi hanya dilakukan di titik-titik yang dikawal pasukan Israel, memicu kritik keras dari badan PBB.
Kepala UNRWA, Philippe Lazzarini, menyebut sistem distribusi saat ini sebagai “sebuah aib dan noda dalam hati nurani kolektif kita”.
Israel menyatakan tetap berkomitmen mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk Gaza selama tidak disalurkan kepada Hamas. Hamas membantah tuduhan perampasan bantuan dan menyebut Israel menggunakan kelaparan sebagai senjata.
Gaza, Iran, dan Perhatian Dunia yang Terpecah
Sejak serangan Hamas ke Israel pada Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 lainnya, Israel melancarkan serangan militer yang telah menewaskan hampir 55.600 warga Palestina, mengungsikan hampir seluruh penduduk Gaza, dan menyebabkan krisis kelaparan akut.
Dunia menuduh Israel melakukan kejahatan perang dan genosida, tetapi Israel hingga kini menyangkalnya.
Di tengah tekanan internasional yang semakin kompleks, warga Gaza seperti Shaban Abed (47) hanya bisa berharap. “Mungkin kami senang Israel dihantam roket Iran, tapi satu hari perang ini berarti puluhan orang tak bersalah tewas lagi,” ujarnya. “Kami hanya ingin perang di Gaza ini juga segera berakhir. Kami sedang dilupakan.”