LONDON/TORONTO, 22 September 2025 – Empat negara Barat, yakni Inggris, Kanada, Australia, dan Portugal, secara resmi akui negara Palestina pada Minggu (21/9). Langkah ini diambil di tengah kian memburuknya perang di Gaza, sekaligus sebagai dorongan baru terhadap solusi dua negara.
Keputusan tersebut membuat keempatnya bergabung dengan lebih dari 140 negara lain yang telah lama mendukung aspirasi Palestina untuk memiliki tanah air merdeka dari wilayah pendudukan.
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menyampaikan pernyataan yang sarat simbolisme, mengingat peran historis London dalam pembentukan Israel pasca-Perang Dunia II.
“Hari ini, untuk menghidupkan kembali harapan perdamaian bagi rakyat Palestina dan Israel, Inggris secara resmi mengakui Negara Palestina,” ujar Starmer. Ia menambahkan, krisis kemanusiaan di Gaza telah mencapai titik nadir akibat serangan tanpa henti Israel.
Reaksi Israel: “Hadiah untuk Terorisme”
Pengakuan ini memicu kemarahan Israel. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengecam langkah tersebut, menyebutnya sebagai “hadiah besar bagi terorisme”.
“Saya punya pesan yang jelas: negara Palestina tidak akan berdiri di sebelah barat Sungai Yordan,” tegas Netanyahu, merujuk pada serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 orang dan memicu perang berkepanjangan di Gaza.
Menurut otoritas kesehatan setempat, kampanye militer Israel sejak itu telah menewaskan lebih dari 65.000 warga Palestina, sebagian besar sipil, serta menyebabkan kelaparan dan kehancuran masif.
Sambutan dari Palestina
Pengakuan dari keempat negara tersebut disambut hangat oleh warga Palestina.
“Ini adalah kewajiban moral setiap manusia yang bermartabat untuk mendukung Palestina dalam penderitaan yang mereka alami,” kata Sharaf Al Tarda, warga Hebron, Tepi Barat.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyebut pengakuan itu sebagai langkah untuk membuka jalan menuju hidup berdampingan “dalam keamanan, perdamaian, dan bertetangga baik”. Hamas pun menyambut baik, meski mendesak agar disertai langkah nyata menghentikan perang.
Tekanan Politik di Barat
Langkah Inggris, Kanada, Australia, dan Portugal juga mencerminkan tekanan politik dalam negeri masing-masing. Gambar anak-anak kelaparan di Gaza dan meningkatnya jumlah korban jiwa menimbulkan kemarahan publik terhadap ketidakmampuan pemerintah Barat menekan Israel.
Perdana Menteri Kanada Mark Carney menegaskan, pengakuan negaranya bukanlah legitimasi bagi terorisme. “Ini justru memperkuat mereka yang menginginkan koeksistensi damai,” katanya.
Sementara Menteri Luar Negeri Portugal, Paulo Rangel, menyebut pengakuan ini sebagai “garis fundamental kebijakan luar negeri” dan menekankan urgensi gencatan senjata.
AS Belum Berkomentar
Hingga kini, Amerika Serikat—sekutu terdekat Israel—belum memberikan tanggapan resmi. Presiden Donald Trump sebelumnya telah menegaskan penolakannya terhadap pengakuan negara Palestina.
Di dalam negeri Israel, beberapa pejabat sayap kanan bahkan mendorong langkah balasan berupa aneksasi de facto Tepi Barat.
Babak Baru Diplomasi
Bagi banyak pihak, keputusan ini menandai babak baru diplomasi internasional. Kepala Misi Palestina untuk Inggris, Husam Zomlot, menyebut pengakuan tersebut sebagai “momen mengoreksi sejarah”.
“Hari ini, pemerintah Inggris berdiri dan berkata: kita harus memperbaiki kesalahan masa lalu,” ujarnya penuh haru.












