Brazil – Mobil listrik China mulai banjiri pasar otomotif Brazil secara masif. Berlabuhnya BYD Shenzhen di Pelabuhan Itajai, Brazil, akhir Mei lalu menandai momen itu.
Kapal pengangkut mobil terbesar di dunia itu memiliki luas setara 20 lapangan sepak bola. Itu sekitar 20 hektare atau hampir dua kali luas Bandara Halim Perdanakusuma. Berlayar sejak akhir April lalu, kapal tersebut membawa lebih dari 7.000 unit mobil listrik baru dari Jiangsu, China ke Brazil.
BYD, produsen kendaraan listrik (EV) dan hybrid terbesar di China, tengah gencar menawarkan mobil dengan harga relatif murah kepada konsumen Brazil. Namun, para pelaku industri otomotif dan serikat buruh setempat khawatir, serbuan mobil dari China ini akan melemahkan produksi dalam negeri dan mengancam lapangan kerja.
Data menunjukkan, pengiriman kendaraan BYD ke Brazil pada Mei lalu merupakan yang keempat sepanjang tahun ini, dengan total mencapai sekitar 22.000 unit. Brazil kini menjadi pasar utama ekspansi BYD di luar negeri.
“Negara-negara lain mulai menutup pintu untuk produk China, tapi Brazil tidak,” kata Aroaldo da Silva, pekerja Mercedes-Benz dan Presiden IndustriALL Brasil. “China memanfaatkan celah itu.”
Tarif Impor Rendah Jadi Celah
Selama beberapa tahun terakhir, Brazil memang menerapkan tarif impor rendah untuk kendaraan listrik, sebagai upaya mempercepat transisi ke energi bersih. Namun, kebijakan ini justru dimanfaatkan produsen China untuk membanjiri pasar, tanpa investasi besar dalam pabrik lokal.
Asosiasi industri otomotif Brazil (ANFAVEA) dan kelompok buruh mendesak pemerintah mempercepat kenaikan tarif impor kendaraan listrik dari 10% menjadi 35%. Rencana ini awalnya akan berlaku secara bertahap hingga 2026. Tujuannya, mendorong investasi manufaktur dan perlindungan terhadap industri dalam negeri.
Pemerintah Brazil mengaku tengah mengkaji permintaan tersebut. “Jadwal kenaikan tarif secara bertahap dibuat agar perusahaan tetap bisa merencanakan investasinya,” ujar juru bicara Kementerian Pembangunan, Industri, dan Perdagangan Luar Negeri Brazil.
Brazil Jadi Medan Tempur Baru
Dengan surplus produksi mobil yang tinggi, pabrikan China seperti BYD dan GWM menjadikan Brazil sebagai pasar potensial. Negara ini merupakan pasar mobil terbesar keenam di dunia. Merek-merek besar seperti Volkswagen, GM, dan Stellantis telah lama mendirikan pabrik di sana.
Namun, dibanding negara-negara lain seperti AS dan Uni Eropa yang sudah memperketat bea masuk mobil China, Brazil dinilai terlalu longgar. Di Eropa, mobil China dikenakan tarif lebih dari 45%, sementara di AS bahkan mencapai lebih dari 100%.
Janji Investasi yang Tertunda
Pada 2023, BYD sempat mengumumkan akan membeli bekas pabrik Ford di negara bagian Bahia. Namun, penyelidikan atas dugaan pelanggaran ketenagakerjaan membuat jadwal produksi tertunda hingga akhir 2026. Sementara itu, GWM juga menunda produksi di pabrik bekas pabrik Mercedes-Benz.
“Kalau pabriknya saja belum mulai, dan belum ada kontrak dengan pemasok lokal, nilai tambah apa yang sebenarnya diberikan?” kritik Aroaldo da Silva.
Presiden ANFAVEA, Igor Calvet, menambahkan: “Kami mendukung kedatangan merek baru yang benar-benar ingin memproduksi di Brazil. Tapi jika impor berlebihan malah menurunkan investasi lokal, itu patut dikhawatirkan.”
Dilema Brazil: Hijau Tapi Impor
Meski mendapat banyak kritik, kenyataannya lebih dari 80% penjualan mobil listrik di Brazil saat ini berasal dari China, menurut Asosiasi EV Brazil (ABVE). Infrastruktur produksi lokal belum siap, meski Brazil kaya sumber daya seperti litium.
Direktur Hubungan Pemerintah GWM Brazil sekaligus Presiden ABVE, Ricardo Bastos, menyebut pihaknya telah menjalin komunikasi dengan sekitar 100 pemasok lokal. GWM melakukan langkah ini sebagai persiapan awal untuk memulai produksi SUV Haval H6 pada Juli.
“Tahun ini akan jadi tahun transisi – mobil impor dan produksi lokal akan berjalan beriringan,” kata Bastos.
Sementara itu, pemerintah Presiden Lula da Silva kini menhadapi dilema. Melindungi industri dan tenaga kerja lokal, sambil tetap menunjukkan komitmen pada transisi energi hijau menjelang Brazil menjadi tuan rumah KTT Iklim COP30 pada November mendatang.