Moskow – Ibu kota Rusia kembali menjadi sasaran serangan drone Ukraina untuk hari ketiga berturut-turut pada Rabu (7/5/2025), hanya beberapa jam sebelum Presiden China Xi Jinping dijadwalkan tiba untuk kunjungan kenegaraan. Serangan ini memaksa sejumlah bandara utama Moskow menutup sementara operasional mereka dan menyebabkan pembatalan berbagai penerbangan.
Wali Kota Moskow, Sergei Sobyanin, mengonfirmasi bahwa sistem pertahanan udara Rusia berhasil menembak jatuh sedikitnya 14 drone yang diduga diluncurkan Ukraina. Tidak ada laporan korban jiwa akibat serangan ini, namun gangguan terhadap infrastruktur penerbangan menjadi sorotan mengingat pentingnya momen diplomatik yang tengah berlangsung.
Kunjungan Xi Jinping Untuk Hadiri Parade Militer Rusia 9 Mei
Kunjungan Presiden Xi Jinping ke Moskow terjadi dalam suasana yang sensitif. Pemimpin negara ekonomi terbesar kedua dunia itu dijadwalkan hadir dalam parade militer besar-besaran di Lapangan Merah pada Jumat (9/5/2025), memperingati 80 tahun kemenangan Uni Soviet dan Sekutu atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia II. China merupakan pembeli terbesar minyak dan gas Rusia, serta dianggap sebagai penyokong utama ekonomi Moskow di tengah tekanan sanksi Barat akibat perang di Ukraina.
Dalam pernyataan resminya, Kremlin menyebut serangan drone tersebut sebagai “aksi terorisme” dari pihak Ukraina dan menegaskan bahwa dinas intelijen serta militer Rusia sedang melakukan segala upaya untuk menjamin keamanan selama peringatan besar ini berlangsung.
Sementara itu, pihak Ukraina menyampaikan penolakan terhadap parade militer tersebut. Kementerian Luar Negeri Ukraina mendesak negara-negara lain untuk tidak mengirimkan pasukan militernya ke parade di Moskow. Mereka menilai langkah tersebut bertentangan dengan prinsip netralitas dalam konflik yang sedang berlangsung.
Kementerian Luar Negeri China, ketika ditanya terkait serangan udara yang saling dilancarkan oleh Rusia dan Ukraina, memilih tidak mengomentari langsung. Melainkan hanya menyebut bahwa “prioritas utama” saat ini adalah mencegah eskalasi lebih lanjut.
China Tegaskan Dukungan terhadap Tatanan Internasional Pasca-Perang
Di tengah ketegangan, Xi Jinping dijadwalkan melakukan pembicaraan bilateral dengan Presiden Vladimir Putin pada Kamis (8/5/2025). Dalam artikelnya yang dimuat di media Rusia menjelang kunjungan, Xi menyerukan agar China dan Rusia bersama-sama menjaga “tatanan internasional pasca-perang.” Ia juga menolak upaya negara lain yang mencoba merusak hubungan strategis kedua negara.
Kunjungan ini dipandang sebagai momen penting dalam hubungan bilateral Rusia-Tiongkok. Menteri Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, bahkan menyebutnya sebagai “salah satu agenda paling sentral dalam hubungan Rusia-Tiongkok tahun ini.”
Sementara itu, pihak Ukraina melaporkan serangan udara Rusia ke Kyiv pada malam yang sama. Serangan tersebut mengakibatkan tewasnya seorang ibu dan anak. Rusia bersikeras bahwa serangannya hanya menargetkan sasaran militer.
Xi diperkirakan akan menandatangani sejumlah perjanjian strategis dengan Rusia. Salah satu pembahasannya mencakup proyek besar jalur pipa gas Power of Siberia 2, yang hingga kini masih dalam tahap perencanaan. Dalam konteks rivalitas dengan Amerika Serikat, kedua negara berusaha membentuk wajah baru tatanan dunia multipolar, menentang dominasi tunggal Washington.