Menu

Mode Gelap
Kejagung Tetapkan Nadiem Makarim Tersangka Korupsi Laptop Chromebook Gempa Dahsyat di Afghanistan Tewaskan Lebih dari 800 Orang Sejumlah Politisi Nasdem, PAN, dan Golkar Dicopot dari DPR Usai Demo Besar Taylor Swift dan Travis Kelce Umumkan Tunangan Siapa Anggota DPR yang Usulkan Gerbong Khusus Perokok? KAI Tegas Tolak Terkontaminasi Radioaktif, Kemendag Hentikan Ekspor Udang Indonesia ke AS

News

Indonesia Mulai Negosiasi Tarif Trump dengan AS

badge-check


					Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto. Perbesar

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto.

Jakarta – Pemerintah Indonesia memulai negosiasi perdagangan dengan Amerika Serikat terkait pemberlakuan tarif tinggi atas sejumlah komoditas ekspor Indonesia, yang dikenal sebagai “tarif Trump”. Pertemuan awal berlangsung Jumat (18/4/2025), melibatkan sejumlah pejabat tinggi dari kedua negara.

Delegasi Indonesia dipimpin Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, didampingi Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono dan Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional Mari Elka Pangestu. Mereka bertemu dengan perwakilan dari Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat (USTR) dan Departemen Perdagangan AS.

Airlangga menyatakan Indonesia memiliki daya saing perdagangan yang solid. Ia menyoroti neraca perdagangan Indonesia yang positif dengan sejumlah negara mitra, termasuk Amerika Serikat.

“Yang penting Indonesia mendapatkan tarif lebih rendah. Tarif untuk Indonesia harus seimbang dengan negara lain,” ujar Airlangga dalam siaran Kompas TV, Sabtu (18/4/2025).

Permintaan Saling Mengemuka

Negosiasi diawali dengan saling menyampaikan aspirasi. Pemerintah AS mengharapkan adanya keseimbangan dalam kebijakan tarif dan menyampaikan beberapa keberatan atas kebijakan non-tarif Indonesia.

Menanggapi hal itu, pemerintah Indonesia menyerahkan dokumen resmi sebagai bentuk respons. “Indonesia juga sudah menyampaikan dokumen untuk merespons yang terkait dengan non-tariff measures tersebut,” ujar Airlangga.

Sebaliknya, Indonesia juga meminta agar tarif ekspor produk unggulannya ke AS—seperti garmen, alas kaki, furnitur, dan udang—dapat ditekan. Saat ini, tarif yang dikenakan kepada produk Indonesia mencapai 47 persen, termasuk tambahan 10 persen tarif khusus.

“Tambahan tarif ini membuat biaya ekspor meningkat. Kami diminta berbagi beban oleh pembeli di AS,” kata Airlangga.

Disepakati Rampung dalam 60 Hari

Dalam perundingan awal, kedua negara menyepakati negosiasi akan berlangsung selama 60 hari. Pemerintah berharap pembicaraan akan rampung dalam satu hingga tiga putaran perundingan.

Kerangka perjanjian telah dibahas, mencakup kerja sama perdagangan, investasi, mineral penting, dan penguatan rantai pasok yang berkelanjutan.

Tambahan Impor dari AS

Sebagai bagian dari strategi menjaga keseimbangan perdagangan, Indonesia menyampaikan rencana menambah impor energi dari AS, termasuk LPG, minyak mentah, dan bensin.

Selain itu, pemerintah juga akan memperluas impor produk agrikultur seperti gandum, kedelai, bungkil kedelai, dan susu kedelai. Nilai pembelian produk-produk tersebut diperkirakan mencapai 18-19 miliar dollar AS.

Kerja Sama Mineral dan Investasi Digital

Indonesia juga menawarkan kerja sama dalam pengelolaan dan hilirisasi critical minerals, serta menjajaki kemitraan di sektor digital dan pengembangan sumber daya manusia, termasuk bidang sains, teknologi, dan layanan keuangan.

Protes Kebijakan Dalam Negeri

Di sisi lain, pemerintah AS menyampaikan sejumlah keberatan terhadap kebijakan Indonesia. Di antaranya, sulitnya memperoleh sertifikasi halal, syarat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), pembatasan impor gula, serta subsidi bagi pelaku UMKM.

Strategi Pemerintah Hadapi Tarif

Sebagai langkah mitigasi, pemerintah Indonesia menyiapkan paket kebijakan untuk sektor terdampak, seperti industri padat karya dan perikanan. Tiga satuan tugas dibentuk untuk mempercepat deregulasi, meningkatkan daya saing, dan efisiensi industri nasional.

Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional Mari Elka Pangestu menambahkan, pemerintah akan mendorong relokasi industri dan diversifikasi pasar ekspor ke negara-negara mitra baru seperti Jepang, Korea Selatan, dan Australia.

“Diversifikasi rantai pasok dan kemitraan baru menjadi strategi utama menghadapi dinamika tarif global,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Presiden Prabowo Setujui Pembentukan Dirjen Pesantren, Babak Baru Perhatian Negara untuk Dunia Santri

24 Oktober 2025 - 09:27 WIB

Pesantren Menyapa Dunia Digital: Kolaborasi Ilmu, Teknologi, dan Akhlak

22 Oktober 2025 - 15:08 WIB

Lomba FASI Banyuwangi 2025 Resmi Dibuka, Ratusan Siswa SD Ikuti MTQ dan Pildacil

16 Oktober 2025 - 12:38 WIB

Ratusan siswa SD dari berbagai kecamatan di Banyuwangi ikut Festival Anak Sholeh Indonesia (FASI) 2025 di GOR dan SMPN 1 Giri Banyuwangi.

Senyum Mekar 46 Warga Desa Gladag saat Terima BLT-DD Triwulan IV  

8 Oktober 2025 - 21:09 WIB

TP PKK Rogojampi Gelar Sosialisasi Dampak Nikah Siri di Desa Gladag

8 Oktober 2025 - 12:44 WIB

Trending di News