London – Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, menegaskan bahwa pemerintahannya hanya akan akui kemerdekaan negara Palestina dalam kerangka kesepakatan damai yang komprehensif. Pernyataan ini mengecewakan banyak anggota Partai Buruh yang mendesak langkah lebih cepat seperti yang dilakukan Prancis.
Starmer menyampaikan pernyataan ini setelah bertemu Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Friedrich Merz dalam upaya bersama menekan Israel untuk menghentikan serangan militernya di Gaza.
“Pengakuan negara Palestina harus menjadi salah satu langkah menuju solusi dua negara yang berkelanjutan dan memberikan keamanan bagi warga Palestina maupun Israel,” kata Starmer. “Saya tidak ragu soal itu. Tapi langkah tersebut harus menjadi bagian dari rencana yang lebih luas.”
Sikap ini muncul sehari setelah Macron mengumumkan bahwa Prancis akan secara resmi mengakui negara Palestina. Pengakuan itu mengikuti jejak Spanyol, Norwegia, dan Irlandia yang telah mengambil langkah serupa tahun lalu. Langkah Macron segera mendapat kecaman keras dari Israel dan Amerika Serikat.
Tekanan dari Dalam Negeri
Di dalam negeri, tekanan terhadap Starmer kian menguat. Lebih dari 220 anggota parlemen — sekitar sepertiga dari total anggota di House of Commons dan mayoritas dari Partai Buruh — menandatangani surat yang mendesaknya segera mengakui negara Palestina.
Wali Kota London dari Partai Buruh, Sadiq Khan, serta sejumlah anggota Komite Urusan Luar Negeri Parlemen, turut menyerukan agar pemerintah mengambil langkah konkret.
“Pemerintah tidak bisa terus menunggu momen yang sempurna, karena pengalaman membuktikan momen itu tidak akan pernah datang,” demikian pernyataan komite tersebut.
Shabana Mahmood, salah satu menteri dalam kabinet Starmer, juga menyatakan bahwa pengakuan terhadap negara Palestina akan membawa banyak manfaat dan mengirimkan pesan kuat kepada Israel.
Namun demikian, Starmer tetap berpegang pada prinsip bahwa keputusan tersebut harus menjadi bagian dari kesepakatan perdamaian yang menyeluruh.
Kekhawatiran Hubungan dengan AS
Sikap kehati-hatian Starmer tampaknya terpengaruh oleh faktor hubungan Inggris-Amerika Serikat. Jumat malam ini, Presiden AS Donald Trump tiba di Skotlandia untuk kunjungan diplomatik. Hubungan antara Starmer dan Trump selama ini terjalin cukup hangat.
“Pertanyaannya kini adalah sejauh mana Inggris bisa bersikap independen dari AS. Terutama jika itu berpotensi memicu ketegangan dengan Washington, yang sangat dekat dengan Tel Aviv,” kata H. A. Hellyer, peneliti senior di Royal United Services Institute di London.
Menurutnya, ada kekhawatiran di tingkat tertinggi pemerintahan Inggris bahwa Trump dapat dengan mudah mengubah arah kebijakan luar negerinya secara drastis. Perubahan tersebut dikhawatirkan akan berdampak langsung pada isu-isu yang menjadi kepentingan vital bagi Inggris.
Sementara itu, salah satu anggota parlemen dari Partai Buruh menyebut banyak anggota partai merasa kecewa terhadap pendekatan Starmer.
“Sebagian besar dari kami marah dengan apa yang terjadi di Gaza dan merasa pemerintah terlalu lemah,” kata anggota parlemen tersebut.












