Menu

Mode Gelap
Kejagung Tetapkan Nadiem Makarim Tersangka Korupsi Laptop Chromebook Gempa Dahsyat di Afghanistan Tewaskan Lebih dari 800 Orang Sejumlah Politisi Nasdem, PAN, dan Golkar Dicopot dari DPR Usai Demo Besar Taylor Swift dan Travis Kelce Umumkan Tunangan Siapa Anggota DPR yang Usulkan Gerbong Khusus Perokok? KAI Tegas Tolak Terkontaminasi Radioaktif, Kemendag Hentikan Ekspor Udang Indonesia ke AS

Internasional

Jepang dan Korea Selatan Rayakan 60 Tahun Hubungan Diplomatik

badge-check


					Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba dan Presiden Korea Selatan, Lee Jae Myung saat menghadiri pertemuan bilateral G7 di Kanada. 17 Juni 2025. (foto: Kyodo News) Perbesar

Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba dan Presiden Korea Selatan, Lee Jae Myung saat menghadiri pertemuan bilateral G7 di Kanada. 17 Juni 2025. (foto: Kyodo News)

Tokyo/Seoul – Jepang dan Korea Selatan pada Minggu (22/6/2025) memperingati 60 tahun normalisasi hubungan diplomatik mereka, sebuah tonggak penting dalam sejarah dua negara Asia Timur yang bertetangga namun kerap bersitegang, terutama akibat warisan kelam pendudukan kolonial Jepang di Semenanjung Korea pada awal abad ke-20.

Momen peringatan ini terjadi di tengah upaya baru dari kedua pihak untuk memperbaiki hubungan. Namun, ketegangan sejarah dan tantangan geopolitik yang kian kompleks masih membayangi proses tersebut.

Perspektif dari Seoul: Membangun di Atas Fondasi Lama

Presiden Korea Selatan yang baru, Lee Jae Myung, tengah berupaya menjaga kesinambungan kebijakan luar negeri dari pendahulunya yang konservatif, Yoon Suk Yeol.

Meski dikenal kritis terhadap Jepang, Lee menyebut dirinya seorang pragmatis dalam diplomasi. Ia kemungkinan akan tetap melanjutkan pendekatan kerja sama dengan Jepang, terutama dalam rangka memperkuat kemitraan trilateral bersama Amerika Serikat guna menghadapi ancaman nuklir Korea Utara.

Pada tahun 2023, Presiden Yoon mengumumkan rencana kompensasi yang didanai Korea Selatan bagi para korban kerja paksa pada masa penjajahan. Keputusan tersebut memicu reaksi keras dari para korban dan pendukung mereka, yang menuntut pembayaran langsung dari perusahaan-perusahaan Jepang serta permintaan maaf baru dari Tokyo.

Meski langkah ini memperbaiki hubungan dagang dan pariwisata, banyak warga Korea masih menilai Jepang belum menunjukkan itikad baik dalam menyelesaikan persoalan sejarah.

Beberapa pakar menyatakan bahwa stabilitas hubungan yang membaik antara kedua negara akan segera mendapat ujian. Bertepatan dengan peringatan 15 Agustus—hari pembebasan Korea dari penjajahan Jepang pada akhir Perang Dunia II—Presiden Lee kemungkinan akan menyampaikan pernyataan publik mengenai sejarah kelam bangsanya dengan Jepang.

Perspektif dari Tokyo: Menatap Masa Depan

Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, yang lebih empatik terhadap korban agresi masa lalu Jepang daripada pendahulunya, menyatakan keinginan kuat untuk memperbaiki hubungan dengan Seoul. Dalam pertemuan pertamanya dengan Lee di sela-sela KTT G7, keduanya sepakat untuk “menatap ke depan” dan mengesampingkan “perbedaan-perbedaan kecil”.

Keduanya juga sepakat untuk memperkuat komunikasi dan kerja sama dalam menghadapi isu-isu kawasan seperti pengembangan nuklir Korea Utara.

Namun sejarah tetap menjadi duri dalam hubungan ini. Meskipun Jepang mengklaim bahwa semua isu kompensasi perang telah selesai melalui perjanjian normalisasi tahun 1965, sejumlah kasus, termasuk eksploitasi perempuan Korea sebagai “wanita penghibur”, masih terus menjadi titik panas diplomatik.

Beberapa kalangan di Jepang khawatir Presiden Lee akan membawa hubungan kembali ke era konfrontatif. Kekhawatiran ini muncul karena situasi serupa pernah terjadi di bawah pemerintahan liberal sebelumnya. Namun, pernyataan Lee yang menyebut Jepang dan Korea sebagai “tetangga dengan halaman depan yang sama” memberikan secercah harapan baru.

Tantangan Baru Hubungan Jepang dan Korea Selatan: Trump dan Perdagangan Global

Selain isu sejarah, kedua negara kini menghadapi tekanan ekonomi eksternal. Presiden AS Donald Trump kembali menerapkan tarif dagang tinggi dalam kebijakan “America First”-nya. Kebijakan ini juga mencakup sektor otomotif yang menjadi andalan ekspor Jepang dan Korea Selatan.

Surat kabar Hankyoreh di Korea Selatan dan Yomiuri di Jepang sama-sama menyerukan kolaborasi erat antara Tokyo dan Seoul untuk merespons tekanan ekonomi global. Seruan ini juga mencakup perlindungan terhadap sistem perdagangan bebas yang kini terancam.

Dalam resepsi peringatan di Tokyo, Perdana Menteri Ishiba menyampaikan optimismenya akan masa depan hubungan bilateral. “Saya melihat masa depan yang cerah,” ujarnya, seraya menekankan pentingnya kerja sama dalam menghadapi tantangan bersama seperti penurunan angka kelahiran dan populasi menua.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Tragedi Rio de Janeiro: Operasi Polisi Tewaskan 121 Orang

31 Oktober 2025 - 08:32 WIB

Operasi polisi di Rio de Janeiro menewaskan 121 orang, menjadikannya yang paling mematikan dalam sejarah Brasil.

Pencurian Mahkota Kerajaan di Louvre Prancis, Pakar Sebut Barang Curian Akan Hilang Selamanya

22 Oktober 2025 - 09:22 WIB

Pencurian mahkota Kerajaan di Louvre jadi aib nasional Prancis. Polisi buru geng spesialis perhiasan lintas Eropa.

Industri Film Dunia Tetap Melaju di Tengah Ancaman Tarif Trump

19 Oktober 2025 - 10:29 WIB

Ancaman tarif 100 persen dari Donald Trump tak hentikan produksi global seperti Star Wars: Starfighter. Industri film tetap melaju.

Aksi ‘No Kings’ di AS, Ribuan Warga Protes Kebijakan Trump

19 Oktober 2025 - 07:59 WIB

Ribuan warga AS turun ke jalan dalam aksi No Kings memprotes kebijakan Donald Trump yang dinilai mengancam demokrasi dan kebebasan sipil.

Tercatat Sejarah: Trump Umumkan Perang Gaza Berakhir

14 Oktober 2025 - 08:34 WIB

Hamas bebaskan sandera terakhir, Trump nyatakan perang Gaza berakhir. Dunia sambut babak baru perdamaian Timur Tengah.
Trending di Internasional