Menu

Mode Gelap
Dua Terduga Pelaku Penembakan WN Australia di Bali Ditangkap Amerika Serikat Ancam Terbitkan 36 Travel Ban Baru Israel Serang Fasilitas Nuklir Iran Air India Jatuh: Lebih dari 240 Tewas, Satu Penumpang Selamat Ayah Farel Prayoga Ditangkap Polisi karena Judi Online! Penembakan di Sekolah Austria Tewaskan 10 Orang, Pelaku Bunuh Diri

Internasional

Paska Kesepakatan Mineral, Ukraina-Rusia Saling Serang

badge-check


					Paska Kesepakatan Mineral, Ukraina-Rusia Saling Serang Perbesar

Kyiv/Moskow – Sedikitnya tujuh orang tewas dalam serangan drone Ukraina di wilayah Kherson yang dikuasai Rusia sebagian, dan dua warga sipil meninggal akibat serangan balasan Rusia di Odesa, Kamis (1/5/2025). Serangan saling berbalas ini terjadi hanya beberapa jam setelah penandatanganan kesepakatan penting antara Amerika Serikat dan Ukraina yang memberi akses kepada Washington terhadap sumber daya mineral strategis Ukraina.

Gubernur wilayah Kherson yang ditunjuk Moskow, Vladimir Saldo, mengatakan serangan drone Ukraina menghantam pasar di kota Oleshky dan menewaskan tujuh orang serta melukai lebih dari 20 lainnya. “Pada saat serangan, pasar dalam keadaan ramai,” tulis Saldo melalui Telegram. Ia mengklaim Ukraina meluncurkan gelombang kedua serangan drone untuk “menghabisi para penyintas.”

Di sisi lain, dua orang tewas dan 15 lainnya luka-luka dalam serangan drone Rusia di kota pelabuhan Odesa pada Kamis dini hari. Menurut layanan darurat Ukraina, serangan itu menghantam gedung apartemen, rumah-rumah pribadi, sebuah swalayan, dan sekolah.

Gubernur wilayah Odesa, Oleh Kiper, membagikan sejumlah video melalui Telegram yang menunjukkan bangunan rusak parah, toko hancur, serta kobaran api yang tengah dipadamkan petugas pemadam kebakaran.

Sementara itu, di kota terbesar kedua Ukraina, Kharkiv, sebuah SPBU terbakar setelah dihantam drone Rusia, menurut Wali Kota Ihor Terekhov.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyatakan Rusia telah mengabaikan proposal gencatan senjata penuh dan tanpa syarat dari Amerika Serikat selama lebih dari 50 hari. “Ada pula usulan dari kami untuk setidaknya tidak menyerang infrastruktur sipil dan menciptakan ketenangan di udara, laut, dan darat. Rusia justru membalas dengan penembakan dan serangan baru,” kata Zelenskyy.

Kesepakatan “Bersejarah”

Di tengah meningkatnya ketegangan, Ukraina dan AS menandatangani kesepakatan yang memungkinkan investor Amerika mengakses kekayaan mineral Ukraina — termasuk logam tanah jarang, yang krusial dalam industri teknologi dan pertahanan.

Kesepakatan ini disebut Zelenskyy sebagai “hasil pertama” dari pertemuannya dengan Presiden AS Donald Trump di Vatikan saat pemakaman Paus. Dalam pidato malamnya, ia menegaskan bahwa kesepakatan itu tidak melibatkan pembayaran utang dari bantuan militer AS sebelumnya dan akan segera diajukan ke parlemen untuk diratifikasi.

“Ini kemitraan yang setara. Ukraina dan Amerika bisa sama-sama mendapat manfaat. Tidak ada utang, hanya peluang,” ujar Zelenskyy.

Mantan Menteri Ekonomi Ukraina yang kini menjabat Presiden Kyiv School of Economics, Tymofiy Mylovanov, menyebut kesepakatan ini sebagai kemenangan diplomatik besar. “Terlepas dari tekanan luar biasa dalam negosiasi, kami berhasil mempertahankan kepentingan nasional,” tulisnya di Facebook.

Ia menegaskan bahwa kesepakatan tidak membatasi Ukraina hanya menjual ke pihak AS. Kontribusi kedua belah pihak — sumber daya mineral dari Ukraina dan bantuan militer dari AS — menjadi bagian dari dasar perjanjian tersebut.

Reaksi Masyarakat Ukraina dan Rusia atas Kesepakatan Mineral

Warga Kyiv menunjukkan beragam reaksi atas kesepakatan tersebut. Diana Abramova, peserta aksi di Lapangan Kemerdekaan menuntut informasi tentang tentara yang hilang. Dia juga menyatakan harapannya bahwa setiap langkah membawa Ukraina mendekati kemenangan.

Namun tak sedikit pula yang menyuarakan keprihatinan. Natalia Vysotska (74), dosen universitas, mengaku belum mengetahui rinciannya, tetapi berharap pemerintah telah mempertimbangkan dengan matang. “Saya hanya bisa berharap ini menguntungkan,” katanya.

Lebih skeptis, Iryna Vasylevska (37) menyayangkan bahwa tanah Ukraina menjadi “alat tawar-menawar dunia.” “Alih-alih memperkuat diri, kami terus menyerahkan segalanya,” katanya.

Di Moskow, reaksi resmi relatif minim karena bertepatan dengan hari libur nasional. Namun Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, menyebut Ukraina kini membayar bantuan militer AS dengan kekayaan nasionalnya. “Pasokan senjata kini dibayar dengan kekayaan negara yang perlahan menghilang,” tulisnya di Telegram.

Sementara itu, Vladimir Rogov dari Kamar Sipil Rusia menyebut kesepakatan itu sebagai bentuk “perbudakan yang dilegalkan.”

Situasi yang Semakin Kompleks

Kesepakatan strategis antara Washington dan Kyiv datang menjelang perundingan damai yang didorong oleh Presiden Trump. Sementara di medan tempur, korban sipil terus berjatuhan, memperumit upaya gencatan senjata yang berkelanjutan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Serangan Besar Rusia Guncang Kyiv, 15 Tewas Ratusan Terluka

18 Juni 2025 - 10:18 WIB

Serangan besar Rusia hantam Kyiv, tewaskan 15 warga termasuk WN AS, ratusan luka. Gedung apartemen hancur.

Hadapi Ancaman China, Taiwan Jalin Kerja Sama dengan Pemasok Drone Ukraina

18 Juni 2025 - 09:12 WIB

Taiwan jalin kerja sama dengan Auterion, pengembang software drone dari AS dan Jerman, untuk perkuat pertahanan dari ancaman China.

Tank Israel Tewaskan 51 Warga Gaza yang Antri Bantuan

18 Juni 2025 - 08:00 WIB

Tank Israel tembak kerumunan warga yang antri bantuan di Gaza selatan. Sedikitnya 51 orang tewas, puluhan luka-luka.

Kronologi Penembakan Politikus Demokrat, Pelaku Nyamar Jadi Polisi

17 Juni 2025 - 12:06 WIB

Penembakan politikus Partai Demokrat di Minnesota tewaskan Melissa Hortman dan suaminya, Senator John Hoffman dan istri terluka parah.

Israel dan Iran Saling Balas Serangan Udara, Trump Desak Warga Tinggalkan Teheran

17 Juni 2025 - 11:00 WIB

Trump minta warga tinggalkan Teheran usai lima hari serangan antara Iran dan Israel. Negosiasi damai tertunda, korban sipil terus bertambah.
Trending di Internasional