Vatikan – Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik Roma pertama yang berasal dari Amerika Latin, wafat pada usia 88 tahun, demikian diumumkan oleh Vatikan, Senin pagi waktu setempat. Kabar duka ini mengejutkan banyak pihak, terutama karena sang paus masih terlihat menyapa umat dari mobil terbuka di Lapangan Santo Petrus pada Minggu Paskah lalu.
“Saudara-saudari terkasih, dengan kesedihan mendalam saya sampaikan bahwa Bapa Suci kita, Fransiskus, telah meninggal dunia,” ujar Kardinal Kevin Farrell melalui siaran televisi Vatikan. “Pada pukul 07.35 pagi ini waktu Roma, Uskup Roma, Fransiskus, kembali ke rumah Bapa.”
Paus yang lahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio itu sempat dirawat di rumah sakit selama 38 hari akibat pneumonia ganda, dan baru keluar pada 23 Maret lalu. Meski masih dalam masa pemulihan, ia sempat melakukan sejumlah aktivitas, termasuk pertemuan dengan Raja Charles dari Inggris dan Wakil Presiden AS JD Vance.
Upacara penghormatan pertama akan dipimpin oleh Kardinal Farrell pada pukul 20.00 malam ini waktu Roma. Jenazah Paus Fransiskus direncanakan akan dipindahkan ke Basilika Santo Petrus pada Rabu pagi agar umat dapat memberikan penghormatan terakhir. Namun, tanggal pemakaman belum ditentukan.
Dunia Berduka
Ucapan duka cita dan penghormatan mengalir dari berbagai penjuru dunia. Presiden AS Donald Trump menulis singkat, “Beristirahatlah dengan damai, Paus Fransiskus! Semoga Tuhan memberkati beliau dan semua yang mencintainya.”
Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni menyebutnya sebagai “seorang besar, gembala besar”. Sementara Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan, “Ia menginspirasi jutaan orang, jauh melampaui Gereja Katolik, melalui kerendahan hatinya dan cinta yang tulus terhadap mereka yang terpinggirkan.”
Presiden Timor Leste, José Ramos-Horta, yang sempat menerima kunjungan Fransiskus pada September 2024 dalam lawatan terpanjang masa kepausannya, menyebut sang paus meninggalkan “warisan kemanusiaan dan persaudaraan yang mendalam.”
Presiden Rusia Vladimir Putin memuji Paus Fransiskus sebagai pribadi luar biasa, sementara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menilai Fransiskus sebagai tokoh pemersatu yang mampu memberikan harapan.
Warisan Paus Fransiskus
Terpilih sebagai paus pada 13 Maret 2013, Fransiskus dikenal sebagai figur sederhana yang lebih memilih tinggal di wisma kepausan daripada di istana apostolik demi “kesehatan psikologis”-nya. Ia berupaya melakukan reformasi mendalam di Vatikan, termasuk dalam hal transparansi keuangan dan penunjukan perempuan di jabatan senior.
Namun, masa kepemimpinannya tidak selalu mulus. Ia menghadapi tantangan besar dalam menanggulangi skandal pelecehan seksual oleh para klerus serta menghadapi perpecahan internal di lingkungan Vatikan. Kelompok konservatif kerap mengkritiknya karena dianggap mengabaikan tradisi, sementara kelompok progresif menilai reformasi yang ia lakukan belum cukup jauh.
Meski demikian, Paus Fransiskus tetap menjadi simbol global untuk perdamaian dan keadilan, serta dikenal dekat dengan kaum miskin dan terpinggirkan. Ia juga gencar mendorong dialog lintas agama.
Menuju Konklaf Baru
Selama 12 tahun masa kepausannya, Paus Fransiskus telah menunjuk hampir 80% dari para kardinal pemilih yang akan menentukan paus berikutnya, memperbesar peluang terpilihnya penerus dengan pandangan serupa.
Sebagai dampak dari wafatnya Paus Fransiskus, Vatikan mengumumkan penundaan upacara kanonisasi Carlo Acutis — calon santo pertama dari generasi milenial — yang semula dijadwalkan pada Minggu, 27 April mendatang.
Kini, dunia menanti arah Gereja Katolik pasca-Fransiskus — seorang paus yang mengubah wajah kepemimpinan spiritual global dengan ketulusan dan keberpihakan pada yang tersisih.








1 Komentar