Ahmedabad – Bhoomi Chauhan, salah satu penumpang Air India AI171 tak pernah menyangka bahwa ia selamat karena terlambat ke bandara. Mahasiswi asal India yang tinggal di Bristol, Inggris, itu luput dari kecelakaan tragis pesawat Air India dengan nomor penerbangan AI171 yang jatuh pada Kamis lalu, hanya karena terlambat 10 menit.
Pesawat tujuan London Gatwick itu lepas landas dari Bandara Ahmedabad pada Kamis siang. Namun, hanya sekitar 30 detik setelah mengudara, pesawat jenis Boeing 787 Dreamliner tersebut kehilangan ketinggian dan menghantam kawasan permukiman padat, menewaskan seluruh 241 penumpang dan 12 awak di dalamnya, serta sedikitnya delapan orang di darat.
“Kami Marah, Tapi Itu Menjadi Anugerah”
Chauhan, 28 tahun, saat itu baru kembali dari liburan di negara bagian Gujarat. Ia menumpang mobil dari kota Ankleshwar, sekitar 200 kilometer di selatan Ahmedabad, menuju bandara. Namun lalu lintas kota yang padat menyebabkan perjalanannya molor.
“Kami tiba di bandara pukul 12.20 siang waktu setempat, hanya 10 menit setelah proses boarding dimulai,” ujar Chauhan kepada BBC Gujarati. “Saya benar-benar frustrasi. Kami bahkan sempat menyalahkan sopir karena membuat kami terlambat.”
Ia sempat menunjukkan boarding pass digital miliknya, yang menunjukkan tempat duduk 36G di kelas ekonomi. Meskipun telah melakukan check-in online, petugas maskapai menolaknya untuk melanjutkan proses di bandara karena keterlambatannya.
“Saya memohon agar diizinkan masuk. Saya bilang, ‘Saya hanya terlambat 10 menit. Tolong izinkan saya naik.’ Tapi mereka tetap menolak,” kenangnya.
Kecewa dan kesal, Chauhan dan suaminya meninggalkan bandara dan memilih duduk sejenak di warung teh. Tak lama berselang, teleponnya berdering. Kabar mengejutkan datang: pesawat AI171 yang seharusnya ia naiki telah jatuh.
“Saya membeku. Rasanya seperti keajaiban. Saya benar-benar tidak bisa berkata-kata,” ucapnya.
Tragedi Nasional, Korban Internasional
Kecelakaan tersebut mengguncang India dan dunia. Selain warga negara India, penumpang juga berasal dari Inggris, Portugal, dan Kanada. Di antara korban tewas terdapat 53 warga Inggris, termasuk satu keluarga asal Gloucester, tiga anggota keluarga yang tinggal di London, serta pasangan suami istri pemilik pusat kesehatan spiritual di ibu kota Inggris tersebut.
Satu-satunya penumpang yang selamat adalah Vishwashkumar Ramesh, warga negara Inggris keturunan India, yang duduk di kursi 11A dekat pintu darurat. Ia berhasil keluar sesaat sebelum api membakar badan pesawat.
Penyelidikan Masih Berlangsung
Tim evakuasi dan penyelidik dari pemerintah India serta pihak maskapai bekerja hingga larut malam untuk mengevakuasi jenazah dan mengumpulkan puing-puing pesawat. Investigasi awal menyebut pesawat tampak kesulitan naik setelah lepas landas, namun penyebab pasti kecelakaan masih diselidiki.
Chauhan, yang kehilangan banyak teman dan rekan dalam insiden tersebut, kini menganggap keterlambatannya sebagai mukjizat dalam hidupnya. “Jika saya datang tepat waktu, saya mungkin sudah tidak ada,” ujarnya pelan.