Washington – Seorang buruh tani di California meninggal dunia pada Jumat (11/7/2025) akibat luka parah dalam sebuah penggerebekan besar-besaran oleh petugas imigrasi Amerika Serikat di ladang ganja legal di negara bagian tersebut. Selain itu, petugas imigrasi juga menangkap lebih dari 200 orang pekerja.
Menurut kelompok advokasi buruh tani United Farm Workers (UFW), penggerebekan yang terjadi pada Kamis (10/7/2025) di dua lokasi milik perusahaan Glass House Farms itu berujung ricuh.
Departemen Keamanan Dalam Negeri AS (DHS) menyatakan bahwa agen federal juga menemukan 10 anak di bawah umur yang bekerja di lokasi tersebut. Investigasi kini juga meluas ke dugaan pelanggaran ketenagakerjaan anak.
Beberapa pekerja pertanian mengalami luka-luka dalam penggerebekan tersebut. Salah satu di antaranya meninggal akibat cedera setelah terjatuh dari ketinggian sekitar 30 kaki, ujar Elizabeth Strater, Wakil Presiden UFW.
Kekerasan dalam Penindakan
Aksi penggerebekan oleh agen bersenjata lengkap itu memicu kemarahan dari para aktivis hak migran yang sempat berunjuk rasa di lokasi. Dalam dokumentasi video dan foto yang tersebar, tampak aparat menggunakan gas air mata dan granat asap untuk membubarkan kerumunan.
Presiden UFW Teresa Romero mengkritik keras cara aparat menangani aksi tersebut. Ia mengklaim beberapa warga AS juga sempat ditahan, bahkan baru dibebaskan setelah menghapus rekaman penggerebekan dari ponsel mereka.
“Tindakan federal yang kejam dan penuh kekerasan ini menciptakan teror di komunitas-komunitas Amerika, mengancam nyawa, memutus rantai pasok pangan, dan memisahkan keluarga,” kata Romero.
Konteks Politik yang Membayangi
Penggerebekan ini menjadi bagian dari kampanye Presiden Donald Trump yang terus mengedepankan deportasi massal terhadap imigran ilegal. Namun, pemerintahannya juga inkonsisten terkait kebijakan terhadap pekerja migran di sektor pertanian.
Menteri Pertanian Brooke Rollins sebelumnya menegaskan tidak akan ada “amnesti” bagi buruh tani dari deportasi. Meskipun Presiden Trump sendiri menyatakan bahwa pekerja migran seharusnya diizinkan tetap bekerja di lahan pertanian.
Sementara itu, kelompok petani memperingatkan bahwa langkah pengusiran massal pekerja migran dapat berakibat fatal bagi keberlangsungan rantai pasokan pangan nasional.