Texas – Ribuan pengguna di seluruh dunia melaporkan bahwa mereka tidak bisa mengakses situs media sosial X pada hari Senin (10/3/2025). Gangguan ini terjadi selama beberapa jam dan menyebabkan frustrasi di kalangan pengguna yang bergantung pada platform tersebut untuk berkomunikasi dan mendapatkan informasi.
Menurut laporan dari situs pemantauan Down Detector, masalah pertama kali dilaporkan sekitar pukul 17:30 WIB. Pengguna melaporkan bahwa mereka tidak dapat memuat feed utama, mengakses notifikasi, atau mengirim pesan. Beberapa di antaranya bahkan melihat pesan error dari Cloudflare, penyedia layanan jaringan, yang menyatakan bahwa “server web mengembalikan kesalahan yang tidak diketahui”.
Elon Musk, pemilik situs X, mengungkapkan bahwa gangguan ini disebabkan oleh serangan siber besar-besaran. Dalam sebuah postingan di X, Musk menyatakan bahwa serangan tersebut dilakukan oleh kelompok besar yang terkoordinasi atau mungkin melibatkan sebuah negara.
Simpatisan Ukraina Atau Pro Palestina?
Dalam wawancaranya di Fox Business Network pada sore hari, Musk mengatakan kepada Larry Kudlow bahwa mereka “masih belum yakin apa yang sebenarnya terjadi,” tetapi mereka telah melacaknya ke “alamat IP yang berasal dari wilayah Ukraina.”
Di tempat lain, kelompok ‘hacktivist’ pro-Palestina yang dikenal sebagai Dark Storm mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut melalui halaman Telegram mereka. Namun, mereka tidak menyertakan bukti konkret bahwa mereka berada di balik gangguan tersebut.
Para ahli keamanan siber menyampaikan bahwa sulit untuk menilai situasi ini tanpa akses langsung ke sistem internal X. Mereka juga menyebutkan bahwa serangan jenis denial-of-service (DoS) seperti ini, yang membanjiri server dengan lalu lintas palsu, memang sulit dilacak hingga ke pelaku aslinya.
Gangguan ini terjadi di tengah sorotan terhadap peran Musk yang semakin kontroversial. Sejak menjadi penasihat senior Presiden AS Donald Trump dan memimpin Department of Government Efficiency (DOGE), Musk telah memangkas ribuan pekerjaan pemerintah dan mengurangi anggaran federal secara drastis. Langkah-langkah ini, ditambah dengan kritiknya terhadap Ukraina dalam konfliknya dengan Rusia, telah memicu spekulasi bahwa serangan siber ini mungkin bermotif politik.