Kyiv – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan kesiapannya untuk bertemu langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Istanbul, Kamis mendatang. Langkah ini menjadi sinyal terbaru dari kemungkinan dibukanya kembali jalur diplomasi untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun.
Dalam pernyataan yang diunggah di platform X pada Minggu malam, Zelensky menegaskan bahwa “tidak ada gunanya memperpanjang pertumpahan darah.” Ia juga menambahkan bahwa dirinya akan “menunggu Putin di Türkiye, secara langsung.”
Pernyataan ini muncul tak lama setelah mantan Presiden AS Donald Trump mendesak Ukraina agar segera menerima tawaran Putin untuk melakukan perundingan langsung di Turki. “Setidaknya mereka akan tahu apakah kesepakatan mungkin dicapai, dan jika tidak, para pemimpin Eropa dan AS akan mengetahui posisi masing-masing pihak dan bisa melangkah sesuai kondisi,” tulis Trump di media sosial.
Gencatan Senjata Jadi Syarat
Zelensky sebelumnya telah menyatakan keterbukaan Ukraina terhadap dialog dengan Rusia, namun dengan syarat utama: gencatan senjata harus lebih dulu diberlakukan. Dalam unggahan terbarunya, ia kembali menekankan hal tersebut. “Kami menanti gencatan senjata penuh dan permanen mulai besok, sebagai dasar penting untuk diplomasi,” ujarnya.
Sementara itu, pemimpin Rusia Vladimir Putin pada Sabtu malam menyatakan bahwa pihaknya terbuka untuk melakukan “negosiasi serius” dengan Ukraina. Namun, Putin belum menanggapi langsung seruan gencatan senjata selama 30 hari yang didorong oleh para pemimpin Eropa dalam pertemuan di Kyiv sehari sebelumnya.
“Ini bisa menjadi langkah pertama menuju perdamaian jangka panjang, bukan sekadar jeda sebelum pertempuran kembali dimulai,” kata Putin. Ia menyatakan bahwa negosiasi hanya akan bermakna jika Barat menghentikan bantuan militer kepada Ukraina. Namun, syarat tersebut hingga kini masih ditolak oleh negara-negara yang mendukung Kyiv.
Koalisi Eropa Desak Gencatan Senjata 30 Hari
Pertemuan puncak di Kyiv pada Sabtu lalu dihadiri oleh sejumlah pemimpin Eropa, termasuk Perdana Menteri Inggris Sir Keir Starmer, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Ketua CDU Jerman Friedrich Merz, dan Perdana Menteri Polandia Donald Tusk. Dalam konferensi pers bersama Zelensky, mereka memperingatkan bahwa Rusia akan menghadapi sanksi besar-besaran terhadap sektor energi dan perbankan. Sanksi tersebut akan diberlakukan jika Moskow tidak segera menyetujui gencatan senjata selama 30 hari, mencakup udara, laut, dan darat.
Sir Keir mengatakan bahwa Presiden AS mendukung penuh seruan gencatan senjata ini dan menganggapnya sebagai “tuntutan yang harus segera dipenuhi.”
Perundingan langsung terakhir antara Rusia dan Ukraina berlangsung di Istanbul pada Maret 2022, tidak lama setelah invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina. Kini, lebih dari tiga tahun setelahnya, kedua belah pihak secara prinsip telah sepakat untuk membuka kembali jalur dialog.
Namun, para analis memperingatkan bahwa kesepakatan Zelensky dan Putin untuk bertemu belum tentu berujung pada kesepakatan damai. Garis merah kedua pihak tampaknya masih berjauhan.












