Menu

Mode Gelap
Kejagung Tetapkan Nadiem Makarim Tersangka Korupsi Laptop Chromebook Gempa Dahsyat di Afghanistan Tewaskan Lebih dari 800 Orang Sejumlah Politisi Nasdem, PAN, dan Golkar Dicopot dari DPR Usai Demo Besar Taylor Swift dan Travis Kelce Umumkan Tunangan Siapa Anggota DPR yang Usulkan Gerbong Khusus Perokok? KAI Tegas Tolak Terkontaminasi Radioaktif, Kemendag Hentikan Ekspor Udang Indonesia ke AS

Internasional

Rusia Ajak Ukraina Bertemu di istanbul

badge-check


					Presiden Rusia, Vladimir Putin saat menyampaikan pernyataan ke awak media di Moskow, Rusia, 11 Mei 2025. Perbesar

Presiden Rusia, Vladimir Putin saat menyampaikan pernyataan ke awak media di Moskow, Rusia, 11 Mei 2025.

Moskow – Presiden Rusia Vladimir Putin, Minggu (11/5/2025), mengusulkan pembicaraan langsung dengan Ukraina di Istanbul pada 15 Mei mendatang. Usulan ini bertujuan untuk mencapai perdamaian jangka panjang dan mengatasi akar konflik yang telah berlangsung sejak Februari 2022.

Dalam pernyataannya dari Kremlin pada dini hari, Putin menyatakan bahwa Rusia siap melakukan perundingan tanpa prasyarat. “Kami menawarkan kepada otoritas Kyiv untuk melanjutkan negosiasi secara langsung tanpa syarat apa pun. Kami usulkan dimulai pada hari Kamis di Istanbul,” ujar Putin.

Putin menyampaikan bahwa ia akan berbicara dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk memfasilitasi pertemuan tersebut. “Proposal kami telah diajukan, keputusan kini berada di tangan otoritas Ukraina dan para kurator mereka, yang tampaknya lebih dipandu oleh ambisi politik pribadi daripada kepentingan rakyat mereka,” kata Putin.

Belum Ada Tanggapan dari Ukraina

Hingga Minggu malam waktu Moskow, belum ada tanggapan resmi dari pihak Ukraina terkait tawaran ini.

Perang Rusia-Ukraina yang telah berlangsung lebih dari dua tahun telah menyebabkan ratusan ribu korban jiwa di kedua belah pihak. Konflik ini juga telah memicu ketegangan terburuk antara Rusia dan Barat sejak Krisis Rudal Kuba 1962. Sejumlah upaya gencatan senjata sebelumnya, termasuk saat Paskah dan peringatan 80 tahun kemenangan Perang Dunia II, berulang kali gagal ditegakkan oleh kedua belah pihak.

Putin menuding Ukraina telah melanggar gencatan senjata terbaru pada bulan Mei dengan melancarkan serangan udara dan laut menggunakan ratusan drone serta rudal buatan Barat. Rusia, kata dia, telah berhasil memukul mundur lima serangan besar terhadap wilayahnya.

Sebaliknya, Ukraina dan negara-negara Barat kerap menuduh Rusia melanggar komitmen gencatan senjata. Pada Sabtu (10/5/2025), negara-negara Eropa kembali mendesak Moskow untuk menerima gencatan senjata 30 hari tanpa syarat, atau menghadapi sanksi ekonomi tambahan.

Putin menolak tekanan tersebut. “Beberapa negara Eropa terus mengajukan ultimatum,” katanya. Namun, ia menegaskan bahwa Rusia tetap membuka pintu negosiasi, merujuk pada draf kesepakatan damai yang sempat dibahas pada 2022. Dalam draf itu, Ukraina diharuskan menyatakan netralitas permanen dengan jaminan keamanan dari lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB.

“Bukan Rusia yang menghentikan pembicaraan saat itu, melainkan Kyiv,” kata Putin.

Rusia Tegaskan Kembali Syarat Damai

Dalam pernyataannya, Putin kembali menyampaikan syarat-syarat damai Rusia: Ukraina harus menghentikan ambisi bergabung dengan NATO dan menarik pasukannya dari empat wilayah yang diklaim Rusia. Rusia juga menginginkan pengakuan internasional atas kontrol de facto-nya atas sekitar seperlima wilayah Ukraina. Meskipun demikian, Moskow menyatakan tidak keberatan dengan keinginan Ukraina untuk bergabung dengan Uni Eropa.

Putin juga berterima kasih kepada Tiongkok, Brasil, negara-negara Afrika dan Timur Tengah, serta Amerika Serikat atas upaya mereka dalam menengahi konflik.

Sementara itu, para pemimpin Barat dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky tetap menilai invasi Rusia sebagai upaya perampasan wilayah secara paksa. Mereka bersumpah untuk mempertahankan integritas teritorial Ukraina.

Konflik ini kini menjadi titik balik dalam hubungan Rusia dengan Barat. Putin menilai bahwa Barat telah merendahkan Rusia pasca runtuhnya Uni Soviet pada 1991, termasuk melalui perluasan NATO ke wilayah yang dianggap sebagai zona pengaruh Moskow.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Tragedi Rio de Janeiro: Operasi Polisi Tewaskan 121 Orang

31 Oktober 2025 - 08:32 WIB

Operasi polisi di Rio de Janeiro menewaskan 121 orang, menjadikannya yang paling mematikan dalam sejarah Brasil.

Pencurian Mahkota Kerajaan di Louvre Prancis, Pakar Sebut Barang Curian Akan Hilang Selamanya

22 Oktober 2025 - 09:22 WIB

Pencurian mahkota Kerajaan di Louvre jadi aib nasional Prancis. Polisi buru geng spesialis perhiasan lintas Eropa.

Industri Film Dunia Tetap Melaju di Tengah Ancaman Tarif Trump

19 Oktober 2025 - 10:29 WIB

Ancaman tarif 100 persen dari Donald Trump tak hentikan produksi global seperti Star Wars: Starfighter. Industri film tetap melaju.

Aksi ‘No Kings’ di AS, Ribuan Warga Protes Kebijakan Trump

19 Oktober 2025 - 07:59 WIB

Ribuan warga AS turun ke jalan dalam aksi No Kings memprotes kebijakan Donald Trump yang dinilai mengancam demokrasi dan kebebasan sipil.

Tercatat Sejarah: Trump Umumkan Perang Gaza Berakhir

14 Oktober 2025 - 08:34 WIB

Hamas bebaskan sandera terakhir, Trump nyatakan perang Gaza berakhir. Dunia sambut babak baru perdamaian Timur Tengah.
Trending di Internasional