Kyiv/Moskow – Harapan akan jeda kemanusiaan dalam konflik Rusia-Ukraina selama perayaan Paskah pupus sudah. Kedua belah pihak saling menuduh melakukan ribuan pelanggaran terhadap gencatan senjata satu hari yang diumumkan oleh Presiden Vladimir Putin.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, memastikan bahwa tidak ada perintah untuk memperpanjang gencatan senjata yang diumumkan Sabtu lalu hingga pukul 24.00 waktu Moskow Minggu malam. “Tidak ada instruksi lebih lanjut,” ujarnya, dikutip kantor berita TASS.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyebut pasukannya mencatat hampir 3.000 pelanggaran yang dilakukan Rusia terhadap gencatan senjata yang mereka umumkan sendiri. “Kami akan merespons keheningan dengan keheningan, dan melakukan serangan hanya untuk mempertahankan diri,” tulis Zelenskyy melalui Telegram, Senin dini hari waktu setempat.
Zelenskyy menyatakan bahwa pelanggaran paling intens terjadi di sekitar Pokrovsk, kota di wilayah timur Ukraina yang menjadi titik konflik berat. Meskipun tidak terdengar sirene serangan udara sepanjang hari Minggu, peringatan terhadap serangan misil dan drone kembali diumumkan pada Senin dini hari di wilayah timur dan tenggara Ukraina.
Sebaliknya, Kementerian Pertahanan Rusia menuduh Ukraina telah melanggar gencatan senjata lebih dari 1.000 kali, termasuk 444 serangan ke posisi pasukan Rusia dan lebih dari 900 serangan drone, termasuk ke wilayah Crimea serta perbatasan Bryansk, Kursk, dan Belgorod. “Akibatnya, terdapat korban jiwa dan luka di kalangan sipil serta kerusakan infrastruktur,” ungkap pernyataan resmi kementerian.
Di tengah saling tuduh, Amerika Serikat menyatakan akan menyambut baik perpanjangan gencatan senjata. Presiden Donald Trump, yang tengah mendorong upaya damai, mengatakan pada Minggu bahwa ia masih berharap kesepakatan bisa tercapai “minggu ini”.
Namun, Trump dan Menteri Luar Negeri Marco Rubio menegaskan Jumat lalu bahwa AS akan menarik diri dari upaya perdamaian jika tidak ada kemajuan nyata dalam waktu dekat.
Trump sebelumnya mengusulkan gencatan senjata 30 hari, yang telah diterima Ukraina. Namun, Presiden Putin menyebut ada masalah verifikasi yang belum terselesaikan. Kedua pihak sebelumnya sepakat tidak menyerang fasilitas energi dan target di laut, meski saling menuduh pelanggaran terhadap kesepakatan itu.
Trump juga menyampaikan visi pascaperdamaian, di mana Ukraina dan Rusia bisa “berbisnis besar-besaran” dengan AS. Saat ini, Washington dan Kyiv tengah merampungkan kesepakatan pertambangan, sementara AS mempertimbangkan pelonggaran sanksi energi terhadap Rusia jika Moskow bersedia mengakhiri perang.
Dalam pesan video Paskah yang dirilis terpisah, Zelenskyy menyerukan harapan dan keteguhan hati rakyat Ukraina. “Kita tahu apa yang kita pertahankan, kita tahu apa yang kita perjuangkan,” ucapnya dari depan Katedral Saint Sophia di Kyiv, mengenakan pakaian tradisional Ukraina.
Meski sebagian pengamat mencatat penurunan aktivitas di garis depan, tentara Ukraina di lapangan bersikap skeptis. “Tidak ada tanda-tanda gencatan senjata,” kata Dmytro (24), dari Brigade Mekanis Terpisah ke-93. Serhii (22), dari unit yang sama, menambahkan, “Gencatan senjata ini hanya untuk citra. Di medan perang, semuanya tetap sama. Ini hanya kebohongan seperti biasa.”
Peristiwa ini menunjukkan betapa rapuhnya harapan perdamaian di tengah konflik yang telah berlangsung lebih dari dua tahun. Meskipun diplomasi terus diupayakan, medan tempur tetap menyuarakan hal berbeda.