Menu

Mode Gelap
Kejagung Tetapkan Nadiem Makarim Tersangka Korupsi Laptop Chromebook Gempa Dahsyat di Afghanistan Tewaskan Lebih dari 800 Orang Sejumlah Politisi Nasdem, PAN, dan Golkar Dicopot dari DPR Usai Demo Besar Taylor Swift dan Travis Kelce Umumkan Tunangan Siapa Anggota DPR yang Usulkan Gerbong Khusus Perokok? KAI Tegas Tolak Terkontaminasi Radioaktif, Kemendag Hentikan Ekspor Udang Indonesia ke AS

Internasional

Protes Massal di Seoul Menyambut Putusan Pengadilan Konstitusi Terkait Pemecatan Presiden Yoon Suk Yeol

badge-check


					Ribuan warga Korea Selatan melakukan unjuk rasa yang menyerukan pengusiran segera Presiden Korea Selatan yang dimakzulkan, Yoon Suk Yeol, di pusat kota Seoul, Korea Selatan, hari Sabtu. Perbesar

Ribuan warga Korea Selatan melakukan unjuk rasa yang menyerukan pengusiran segera Presiden Korea Selatan yang dimakzulkan, Yoon Suk Yeol, di pusat kota Seoul, Korea Selatan, hari Sabtu.

Seoul – Ribuan warga Korea Selatan memadati jalan-jalan ibu kota, Seoul, pada hari Sabtu (15/3/2025) untuk menunjukkan dukungan atau penolakan terhadap pemecatan Presiden Yoon Suk Yeol, menjelang keputusan Pengadilan Konstitusi apakah deklarasi darurat militer yang dilakukan Yoon akan mendiskualifikasinya dari jabatan presiden.

Pengadilan Konstitusi Korea Selatan dijadwalkan untuk memberikan keputusan terkait kasus pemecatan Yoon dalam beberapa hari mendatang. Kasus ini telah memicu krisis politik terburuk di negara tersebut dalam beberapa dekade terakhir, sekaligus mengguncang pasar finansial.

Di pusat kota Seoul, ribuan demonstran anti-Yoon berkumpul di sebuah alun-alun besar, menyerukan pengunduran diri presiden yang dimakzulkan tersebut, dan turut bergabung dengan para politisi oposisi.

Sementara itu, beberapa blok dari lokasi tersebut, para pendukung konservatif Yoon memenuhi jalanan besar, menggelorakan seruan untuk kembalinya Yoon ke jabatan, dengan membawa bendera Korea Selatan dan Amerika Serikat.

Partai oposisi utama, Partai Demokratik Korea, mengklaim bahwa satu juta orang hadir dalam demonstrasi anti-Yoon tersebut. Namun, pihak kepolisian, menurut laporan Yonhap, memperkirakan jumlah peserta di setiap demonstrasi sekitar 43.000 orang.

Penerapan darurat militer oleh Yoon dan dampaknya telah memperburuk perpecahan sosial yang mendalam antara kalangan konservatif dan liberal. Selain itu, hal tersebut menambah tekanan pada berbagai institusi dan militer, yang terjebak dalam dilema mengenai apakah mereka harus menegakkan keputusan darurat militer tersebut.

Para demonstran pro- dan anti-Yoon telah turun ke jalan dalam jumlah besar hampir setiap pekan sejak krisis ini dimulai.

“Minggu lalu, saya pikir Pengadilan Konstitusi akan memberikan keputusan, tetapi itu tidak terjadi. Lalu Yoon dibebaskan, yang membuat saya sangat frustrasi,” ujar Song Young-sun, seorang peserta aksi berusia 48 tahun. “Maka, saya datang ke sini minggu ini, berharap Pengadilan Konstitusi akan segera memutuskan kasus pemecatan ini.”

Survei Gallup Korea yang dirilis pada Jumat (14/3/2025) menunjukkan bahwa 58% warga mendukung pemecatan Yoon, sementara 37% menentangnya.

Salah satu peserta pro-Yoon, Kim Hyung-joon, yang berusia 70 tahun, berharap agar para hakim Pengadilan Konstitusi dapat memberikan keputusan yang tepat. “Saya berharap para hakim Pengadilan Konstitusi akan membuat penilaian yang akurat dan membatalkan pemecatan ini,” ujar Kim.

Ketegangan politik yang semakin memuncak ini menunjukkan pentingnya putusan yang akan dikeluarkan oleh Pengadilan Konstitusi Korea Selatan dalam beberapa hari mendatang, yang diperkirakan akan menentukan arah masa depan negara tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Tragedi Rio de Janeiro: Operasi Polisi Tewaskan 121 Orang

31 Oktober 2025 - 08:32 WIB

Operasi polisi di Rio de Janeiro menewaskan 121 orang, menjadikannya yang paling mematikan dalam sejarah Brasil.

Pencurian Mahkota Kerajaan di Louvre Prancis, Pakar Sebut Barang Curian Akan Hilang Selamanya

22 Oktober 2025 - 09:22 WIB

Pencurian mahkota Kerajaan di Louvre jadi aib nasional Prancis. Polisi buru geng spesialis perhiasan lintas Eropa.

Industri Film Dunia Tetap Melaju di Tengah Ancaman Tarif Trump

19 Oktober 2025 - 10:29 WIB

Ancaman tarif 100 persen dari Donald Trump tak hentikan produksi global seperti Star Wars: Starfighter. Industri film tetap melaju.

Aksi ‘No Kings’ di AS, Ribuan Warga Protes Kebijakan Trump

19 Oktober 2025 - 07:59 WIB

Ribuan warga AS turun ke jalan dalam aksi No Kings memprotes kebijakan Donald Trump yang dinilai mengancam demokrasi dan kebebasan sipil.

Tercatat Sejarah: Trump Umumkan Perang Gaza Berakhir

14 Oktober 2025 - 08:34 WIB

Hamas bebaskan sandera terakhir, Trump nyatakan perang Gaza berakhir. Dunia sambut babak baru perdamaian Timur Tengah.
Trending di Internasional