Menu

Mode Gelap
Kejagung Tetapkan Nadiem Makarim Tersangka Korupsi Laptop Chromebook Gempa Dahsyat di Afghanistan Tewaskan Lebih dari 800 Orang Sejumlah Politisi Nasdem, PAN, dan Golkar Dicopot dari DPR Usai Demo Besar Taylor Swift dan Travis Kelce Umumkan Tunangan Siapa Anggota DPR yang Usulkan Gerbong Khusus Perokok? KAI Tegas Tolak Terkontaminasi Radioaktif, Kemendag Hentikan Ekspor Udang Indonesia ke AS

Internasional

Warga Negara Amerika Tewas Dipukuli Warga Israel di Tepi Barat

badge-check


					Sayfollah “Saif” Musallet, yang tewas setelah dikeroyok pemukim Israel. (foto: Facebook) Perbesar

Sayfollah “Saif” Musallet, yang tewas setelah dikeroyok pemukim Israel. (foto: Facebook)

Ramallah – Seorang Warga Negara Amerika Serikat berusia 20 tahun, Sayfollah “Saif” Musallet, tewas setelah diserang secara brutal oleh sekelompok pemukim Israel saat berada di lahan pertanian keluarganya di wilayah pendudukan Tepi Barat.

Menurut keterangan keluarga, Musallet yang berasal dari Florida, Amerika Serikat, tengah mengunjungi kerabatnya di dekat Ramallah ketika insiden terjadi. Ia dipukuli hingga tak sadarkan diri. Parahnya, kelompok penyerang juga menghalangi ambulans yang hendak menolongnya selama lebih dari tiga jam.

“Saya orang pertama yang menjangkau Saif,” ujar Mohammed Nael Hijaz (22), teman dekat korban. “Dia sudah nyaris tidak bergerak dan sulit bernapas. Masih ada waktu untuk menyelamatkannya.”

Selain Musallet, seorang warga Palestina , Razek Hussein al-Shalabi (23), juga tewas dalam insiden yang sama akibat luka tembak. Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, al-Shalabi dibiarkan tergeletak hingga meninggal karena kehabisan darah. Kedua jenazah rencananya akan dimakamkan bersama pada Minggu waktu setempat.

Militer Israel mengklaim bahwa serangan tersebut terjadi sebagai buntut dari aksi pelemparan batu oleh warga Palestina. Pihak militer mengaku sedang “menyelidiki laporan mengenai korban sipil Palestina.”

Sementara itu, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menyatakan telah menerima laporan mengenai kematian seorang warganya di Tepi Barat dan siap memberikan layanan konsuler. Namun, mereka enggan memberi keterangan lebih lanjut demi menjaga privasi keluarga.

Tuntutan Keadilan

Keluarga Musallet mendesak pemerintah AS untuk melakukan penyelidikan menyeluruh atas kematian Saif, dan meminta pertanggungjawaban terhadap para pelaku.

“Saif adalah seorang putra, saudara, dan pemuda yang tengah merintis masa depannya,” ujar keluarga dalam pernyataan tertulis. “Ia dikenal karena kebaikan hati, kerja keras, dan keterikatannya pada akar budaya Palestina.”

Musallet baru saja membuka usaha kedai es krim di Tampa, Florida, bersama ayahnya. Ia berada di Tepi Barat sejak awal Juni untuk mengunjungi kerabat.

Menurut saksi, sejumlah tentara Israel terlihat berada di lokasi saat penyerangan terjadi, namun tidak mencegah aksi kekerasan tersebut. Tuduhan bahwa tentara Israel kerap membiarkan, bahkan melindungi, serangan oleh pemukim terhadap warga Palestina bukan hal baru dan telah lama menjadi sorotan lembaga hak asasi manusia.

Kekerasan yang Terus Berulang

Pengeroyokan Mussalet terjadi di sebuah lahan pertanian milik keluarganya yang terletak di kota Baten al-Hawa, dekat Yerusalem. Wilayah tersebut berada di dalam Area B, yang berada di bawah kendali administratif Otoritas Palestina namun pengawasan keamanannya berada di tangan militer Israel.

Pekan sebelumnya, pemukim di kawasan yang sama juga menyerang dua jurnalis dari lembaga penyiaran Jerman DW, meskipun telah mengenakan rompi bertanda “PRESS”. Mobil mereka rusak parah akibat lemparan batu. Insiden itu memicu kecaman dari Duta Besar Jerman untuk Israel.

Kekerasan oleh pemukim di desa-desa Palestina meningkat tajam dalam beberapa bulan terakhir. Dua pekan lalu, lebih dari 100 pemukim menyerbu desa Kafr Malek dekat Ramallah, menewaskan tiga warga dan melukai sejumlah lainnya.

Sementara itu, dalam pemakaman seorang tentara Israel yang juga pemukim, Abraham Azulay, para pelayat menyerukan aksi balas dendam terhadap warga Palestina.

“Kami menginginkan penebusan. Kami ingin bait suci, kami ingin balas dendam,” seru seorang teman Azulay.

Pemerintahan Biden pernah menjatuhkan sanksi terhadap sejumlah tokoh dalam komunitas pemukim sebagai upaya untuk meredam kekerasan. Namun Donald Trump mencabut sanksi-sanksi tersebut setelah ia kembali menjadi presiden Amerika Serikat.

“Pemukim ingin merebut tanah kami,” kata Hijaz. “Agresi mereka semakin menjadi. Tentara Israel datang untuk melindungi mereka, bukan menghentikan serangan mereka. Tidak ada yang bisa membuat mereka bertanggung jawab.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Tragedi Rio de Janeiro: Operasi Polisi Tewaskan 121 Orang

31 Oktober 2025 - 08:32 WIB

Operasi polisi di Rio de Janeiro menewaskan 121 orang, menjadikannya yang paling mematikan dalam sejarah Brasil.

Pencurian Mahkota Kerajaan di Louvre Prancis, Pakar Sebut Barang Curian Akan Hilang Selamanya

22 Oktober 2025 - 09:22 WIB

Pencurian mahkota Kerajaan di Louvre jadi aib nasional Prancis. Polisi buru geng spesialis perhiasan lintas Eropa.

Industri Film Dunia Tetap Melaju di Tengah Ancaman Tarif Trump

19 Oktober 2025 - 10:29 WIB

Ancaman tarif 100 persen dari Donald Trump tak hentikan produksi global seperti Star Wars: Starfighter. Industri film tetap melaju.

Aksi ‘No Kings’ di AS, Ribuan Warga Protes Kebijakan Trump

19 Oktober 2025 - 07:59 WIB

Ribuan warga AS turun ke jalan dalam aksi No Kings memprotes kebijakan Donald Trump yang dinilai mengancam demokrasi dan kebebasan sipil.

Tercatat Sejarah: Trump Umumkan Perang Gaza Berakhir

14 Oktober 2025 - 08:34 WIB

Hamas bebaskan sandera terakhir, Trump nyatakan perang Gaza berakhir. Dunia sambut babak baru perdamaian Timur Tengah.
Trending di Internasional