Washington – Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali beri kejutan kepada publik dunia pada Rabu (9/4/2025) waktu setempat dengan mengumumkan penundaan sementara atas pemberlakuan tarif tinggi yang baru sehari sebelumnya mulai diterapkan kepada puluhan negara mitra dagang. Kebijakan tersebut diambil di tengah gejolak pasar keuangan yang belum pernah terjadi sejak awal pandemi COVID-19, dan langsung memicu lonjakan tajam indeks saham di bursa AS.
Langkah mendadak ini menjadi tanda terbaru dari ketidakpastian arah kebijakan perdagangan Trump sejak kembali menjabat pada Januari lalu. Dalam pernyataannya kepada wartawan, Trump menyatakan bahwa kondisi pasar yang volatil membuatnya mempertimbangkan ulang kebijakan tarif yang telah ditekennya.
“Saya pikir orang-orang bereaksi terlalu berlebihan, mereka mulai ‘yippy’, Anda tahu,” ujar Trump dengan merujuk pada istilah dalam golf, menandakan bahwa ia merasa pasar terlalu panik.
Strategi atau Respons Panik?
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menegaskan bahwa penundaan ini merupakan bagian dari strategi yang telah dirancang sebelumnya untuk mendorong negara-negara mitra datang ke meja perundingan. Namun, pernyataan Trump mengisyaratkan bahwa gejolak pasar pasca pengumuman tarif pada 2 April lalu turut mempengaruhi keputusannya.
“Anda harus fleksibel,” kata Trump, meskipun selama beberapa hari sebelumnya ia berkukuh bahwa kebijakan tersebut tidak akan berubah.
Meski demikian, tekanan terhadap Tiongkok tetap ditingkatkan. Trump mengumumkan bahwa tarif terhadap impor dari Tiongkok akan dinaikkan menjadi 125 persen dari sebelumnya 104 persen. Ketegangan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia itu terus meningkat, menyusul serangkaian aksi saling balas tarif selama sepekan terakhir.
Penangguhan Bersyarat
Gedung Putih menyebutkan bahwa penangguhan tarif bersifat terbatas. Tarif umum sebesar 10 persen atas hampir seluruh impor AS tetap diberlakukan. Selain itu, tarif atas mobil, baja, dan aluminium juga tidak mengalami perubahan. Kanada dan Meksiko tetap dikenai tarif fentanyl sebesar 25 persen jika tidak mematuhi ketentuan asal barang dalam perjanjian dagang USMCA.
Menurut Daniel Russel dari Asia Society Policy Institute, keputusan Trump dipandang oleh Beijing sebagai bentuk kelemahan. “Tiongkok kemungkinan tetap pada strateginya: bertahan, menyerap tekanan, dan membiarkan Trump melakukan kesalahan langkah,” ujarnya. “Negara lain mungkin menyambut penundaan ini—jika benar-benar berlangsung—namun ketidakpastian yang terus berubah justru menciptakan kekhawatiran baru bagi dunia usaha dan pemerintah.”
Reaksi Pasar dan Dampak Ekonomi
Pasar saham AS menyambut baik pengumuman ini. Indeks S&P 500 melonjak 9,5 persen, sementara imbal hasil obligasi AS kembali turun dan nilai dolar menguat terhadap mata uang safe haven.
Sebelumnya, pasar sempat mengalami penurunan drastis yang menghapus triliunan dolar nilai kapitalisasi. Kanada dan Jepang menyatakan siap untuk ikut menstabilkan kondisi keuangan global—tugas yang biasanya diemban AS saat terjadi krisis.
Namun, sejumlah analis memperingatkan bahwa lonjakan harga saham belum tentu menandakan pemulihan total. Survei menunjukkan penurunan investasi dan konsumsi rumah tangga akibat kekhawatiran dampak tarif. Survei Reuters/Ipsos menyebutkan tiga dari empat warga AS memperkirakan harga barang akan naik dalam beberapa bulan ke depan.
Goldman Sachs menurunkan proyeksi kemungkinan resesi dari 65 persen menjadi 45 persen pasca pengumuman Trump, namun memperingatkan bahwa tarif yang tersisa masih berisiko meningkatkan beban tarif secara keseluruhan hingga 15 persen.
Jalan Panjang Negosiasi
Bessent mengatakan bahwa langkah ini akan memberi ruang untuk negosiasi bilateral, mencakup isu ekonomi, bantuan luar negeri, hingga kerja sama militer. Sejumlah pemimpin negara seperti Jepang dan Korea Selatan telah dihubungi, sementara delegasi Vietnam dijadwalkan bertemu dengan pejabat AS pada hari yang sama.
Trump tidak menutup kemungkinan adanya kesepakatan dengan Tiongkok, meski prioritas tetap diberikan pada negara lain. “Tiongkok ingin membuat kesepakatan,” katanya. “Mereka hanya belum tahu bagaimana caranya.”
Di platform Truth Social miliknya, Trump sempat mencoba menenangkan investor sebelum pengumuman, menulis, “BE COOL! Everything is going to work out well. The USA will be bigger and better than ever before!” dan menambahkan, “THIS IS A GREAT TIME TO BUY!!!”
Langkah Trump kali ini kembali menyoroti gaya kepemimpinannya yang penuh kejutan dan kerap berubah haluan, yang meskipun memberikan ruang negosiasi, turut menciptakan ketidakpastian global yang luas.