Swiss – Suasana duka menyelimuti wilayah pegunungan Valais, Swiss, setelah es longsor bercampur lumpur dan batu dari Gletser Birch menghancurkan desa Blatten dan sekitarnya pada Rabu (28/5/2025) waktu setempat. Warga yang telah dievakuasi lebih awal pada bulan Mei, setelah bagian belakang Gletser Birch mulai runtuh, kini menyaksikan kampung halaman mereka lenyap ditelan alam.
Sekitar jutaan meter kubik material longsor meluncur deras dari gunung, meratakan permukiman yang dikenal indah di kaki Pegunungan Alpen. Rumah-rumah yang tersisa kemudian terendam banjir akibat luapan Sungai Lonza yang tersumbat oleh tumpukan puing.
Hingga Kamis sore, tim penyelamat yang dibantu anjing pelacak dan drone termal masih mencari seorang pria berusia 64 tahun yang dilaporkan hilang. Namun pencarian terpaksa dihentikan sementara karena kondisi medan dinilai terlalu berbahaya.
“Material longsoran sangat tidak stabil, dan masih ada potensi longsor susulan,” kata Stephane Ganzer, Kepala Divisi Keamanan Kanton Valais, dalam konferensi pers.
Banjir Meluas, Sungai Tersumbat
Tumpukan puing sepanjang hampir dua kilometer menutup aliran Sungai Lonza, membentuk danau besar di tengah reruntuhan. Menurut Ganzer, permukaan air meningkat hingga 80 sentimeter per jam akibat kombinasi es mencair dan sungai yang tersumbat.
Presiden Swiss, Karin Keller-Sutter, yang tengah berada di Irlandia untuk kunjungan kenegaraan, memutuskan kembali lebih awal dan dijadwalkan mengunjungi lokasi bencana pada Jumat (30/5).
Sementara itu, warga yang kehilangan rumah memilih diam. Seorang perempuan paruh baya terlihat duduk terpaku di depan gereja desa tetangga, Wiler.
“Saya kehilangan segalanya kemarin. Maaf, saya tidak bisa bicara sekarang,” ujarnya lirih kepada wartawan.

Beberapa rumah yang tersisa, terlihat setelah longsoran besar batu dan es menutupi sebagian besar desa Blatten, Swiss, pada 29 Mei 2025.
Warisan Leluhur Hancur
Tak jauh dari lokasi, Werner Bellwald (65), seorang pakar studi budaya, mengenang rumah kayu keluarganya yang dibangun pada tahun 1654 di desa Ried, kini lenyap tanpa jejak.
“Tidak ada yang bisa menunjukkan bahwa pernah ada permukiman di sana. Peristiwa ini melampaui bayangan siapa pun di sini,” ujarnya.
Tentara Swiss telah dikerahkan bersama 50 personel, pompa air, ekskavator, dan perlengkapan berat lain. Selain itu, hewan ternak dievakuasi menggunakan helikopter demi menghindari korban tambahan.
Ganzer menambahkan, skenario terburuk adalah jika longsoran baru memicu gelombang besar yang menghantam Bendungan Ferden. Namun ia memastikan, bendungan sudah dikosongkan sebagai langkah pencegahan.
Iklim yang Berubah, Gunung Tak Lagi Stabil
Peristiwa tragis ini memunculkan kembali kekhawatiran akan dampak perubahan iklim terhadap lapisan permafrost di Alpen. Para ilmuwan mencatat, mencairnya tanah beku menyebabkan struktur batuan melemah dan berisiko runtuh.
“Gletser Birch telah bergerak perlahan selama bertahun-tahun akibat tekanan material di puncak,” jelas Matthias Huss, Kepala Pemantauan Gletser di Swiss.
Ia menambahkan, fenomena ini besar kemungkinan merupakan akibat dari perubahan iklim yang memicu keruntuhan batuan di wilayah yang selama ratusan tahun stabil.
“Hal-hal tak terduga kini terjadi di tempat yang selama ini kita anggap aman. Itu sangat mungkin karena perubahan iklim,” tegas Huss.